Sapa yang tak mengenal Syaikh Jibril di Mesir ini? Suaranya yang merdu, dapat membuat 500 ribu orang jamaah di belakangnya menangis tersedu-sedu. Ya, beliau adalah salah satu imam terbaik saat ini. Jamaahnya di bulan Ramadhan, bisa mencapai 500 ribu orang. Sebagai gambaran, untuk bisa mendapat shaf terdepan di masjid Amru bin Ash, tempat beliau menjadi imam, maka sudah harus booking tempat sejak jam dua siang. Booking tempat jam dua siang, bukan untuk shalat Ashar, tapi shalat Tarawih! Subhanallah..
Sama seperti Ramadhan tahun lalu, kali ini Syaikh Jibril juga menjadi imam shalat Tarawih pada malam 27. Biasanya, kawan-kawan di Kairo sudah persiapan sejak sehari sebelumnya untuk berangkat bareng-bareng. Pun juga malam tanggal 27 ini, Syaikh Jibril mengimami shalat Tarawih di masjid Amru bin Ash. Hanya saja yang berbeda, kali ini aku ga sadar bahwa malam ini adalah malam beliau akan menjadi imam! Hiks...
Sejatinya, sudah sejak malam 21 kemarin aku ingin ikut shalat tarawih di masjid-masjid yang 'keren'. Keren dalam artian, shalat tarawihnya satu juz dan doa qunutnya mangstabh. Akan tetapi, karena satu dan lain hal.. malam-malam itu pun terlewat begitu saja. Hingga yang terakhir dan membuat hati ini miris.. adalah malam ini. Malam di mana syaikh Jibril, yang hanya satu kali dalam setahun menjadi imam, kembali tak kudapati. Padahal, niat itu sudah kupasang sejak tahun pertama kedatanganku di Mesir. Tapi hingga tahun ketiga ini, belum sekalipun aku berkesempatan menjadi makmum beliau... T_T
Malam 27 Ramadhan di Mesir memang istimewa. Tak seperti malam-malam Ramadhan yang lain, malam ini mendapat tempat khusus di hati masyarakat. Salah satunya adalah imamah dari Syaikh Jibril di atas. Tak lain dan tak bukan, menurut penulis, ini adalah demi mengejar barokah malam lailatul Qadar.
Sebagaimana yang kita tahu, malam Lailatul Qadar, menurut clue dari Rasulullah, adalah di malam-malam terakhir bulan Ramadhan. Dan malam itu adalah malam ganjil. Entah kenapa, di Mesir ini dikhususkan pada malam 27..
Berita dari al-Quran menggambarkan, bahwa ketika malam itu datang, ia adalah lebih baik dari seribu bulan. Para ulama kemudian ada yang menafsirkan, pahala ibadah yang dilakukan malam itu adalah sama seperti pahala ibadah seribu bulan atau 80 tahun lebih.
Sayang sekali, malam ini aku ga diberi kesempatan menjadi makmum syaikh Jibril dan doa qunut beliau yang katanya begitu menggetarkan hati. Kesempatan satu kali dalam setahun itu pun berlalu begitu saja. Rasa penyesalan itu pasti ada.. karena itu pula lah, aku terketuk untuk menuliskannya di blog ini. Akan tetapi, semoga tidak membuatku juga ketinggalan keutamaan malam lailatul Qadar itu..
Ramadhan segera berlalu.. ia akan pergi dan tak pernah kembali. Membungkus hasil ibadah dan catatan amal kita pada tahun ini.
Manusia biasa, akan mengisi malam-malam terakhir ini dengan sambutan kemenangan...
Akan tetapi, manusia pilihan.. akan menjalani detik-detik akhir Ramadhan kali ini dengan derasnya tangis perpisahan. Gundah gulana dan sedih haru, menyadari akan segera ditinggal bulan penuh rahmat dan anugerah..
Duhai Allah.. sampaikan salamku pada Ramadhan-Mu, jangan dulu engkau tinggalkan aku, sebelum aku benar-benar telah kembali dalam kedekatan pada-Mu.
-------------------------- Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."
Senin, September 06, 2010
Mengejar Malam Lailatul Qadar
Categories : Corat-Coret
02.16
Mas Niam
No comments
0 comments:
Posting Komentar
Punya opini lain? Ceritakan di sini kawan.. :)