Anda punya permainan monopoli di rumah atau maniak monopoli. Permainan itu kini memiliki saingan baru. Bila monopoli mengajarkan kita untuk kaya, kaya, dan kaya. Siapa bermodal besar, maka akan berpenghasilan besar. Barang siapa miskin, maka akan kesulitan mendapatkan kekayaan. Saya bisa katakan kalau monopoli adalah permainan kaum kapitalis.
Pesaing baru monopoli, adalah ZAKATI. Zakati adalah sebuah permainan anak anak-anak usia 11 – 18 tahun, yang dirancang agar dapat merangsang tumbuh berkembangnya kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Konsep permainan ini adalah setiap pemain agar gigih berusaha untuk memiliki usaha sebanyak-banyaknya dan memiliki penghasilan yang besar agar dapat memperbanyak shodaqoh, infak dan zakat. Para pemain dituntut kemampuannya mengatur finansial dalam bertransaksi untuk memiliki usaha, menyewakan, menjual, dan bershodaqoh. Yang pada akhirnya menjadi pengusaha yang dermawan.
Jauh berbeda dengan monopoli, Zakati mengajarkan kita untuk memperbesar shodaqoh, Infak, dan zakat. Siapa pemain yang punya harta paling banyak, maka dia akan punya kewajiban berzakat lebih besar. Di monopoli, pemenang adalah yang bisa membuat miskin lawan mainnya, di Zakati pemenang adalah pemain yang berzakat paling besar, dan mensejahterakan pemain lain.
Anda penasaran??
Permainan yang merupakan buah pikir Bapak Ageng Sadnowo Repelianto (Dosen Univ.Lampung) ini baru dilaunching kan oleh Lazis Baitul Hikmah Masjid Al Wasii Unila pada 14 Februari 2009 lalu di Univ Lampung dan langsung mendapatkan sambutan hangat masyarakat. Dengan harga hanya 1/8 dinar saja, keluarga anda dapat memiliki permainan ini.
Asyik, menghibur, cerdas, dan tercerahkan pastinya setelah anda memainkan permainan ini.
Tidak hanya untuk anak, tapi untuk seluruh keluarga juga dapat berpartisipasi dalam memainkan Zakati.
Setelah anda membeli, maka anda langsung bershodaqoh untuk masyarakat palestina, karena 10% hasil penjualan akan disumbangkan untuk masyarakat Palestina. Ayo tunggu apalagi, lengkapi permainan keluarga kita dengan ZAKATI.
Perbedaan lainnya dengan monopoli, kata Ageng, dalam Zakati kita diajarkan tentang konsep memilih dalam hidup. ”Kita diberikan sebuah peluang, lalu diminta memilih mana yang dikehendaki. Tapi dalam Monopoli kita lebih diajarkan pada nilai-nilai gambling (bertaruh) dengan dadu misalnya.”
Karenanya, jelas Ageng, dalam zakati dadu tidaklah digunakan sebagaimana dalam permainan monopoli. Sebagai gantinya, dipakailah sistem kartu yang berjumlah 114 buah atau sama seperti jumlah surat dalam Al-Qur’an. Pada setiap kartu tertera nomor urut surat termasuk pengkategoriannya dalam surat Makiyah atau Madaniyah. Tujuannya, tandas Ageng Ummah ini, agar kita selalu kenal dan ingat surat jumlah surat dalam Al-Qur’an yang sebenarnya aset penting bagi setiap muslim.
Menurut Ageng permainan zakati ini cocok bagi pendidikan anak hingga dewasa. Mereka yang aktif bermain akan jadi terbiasa mengatur keuangannya sejak dini dan termotivasi untuk bersedekah.
Saat ini Zakati terus diperkenalkan ke seluruh Indonesia. Dalam waktu dekat, pihak LAZIS Baitul Ummah Universitas Lampung sebagai penggagas produk akan menggelar kampanye ke berbagai kota.
Bagi anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Zakati bisa menghubungi melalui email atau "yahoo messenger" ke zakati@yahoo.com. Bisa pula kontak langsung via telepon ke 081379513497 atas nama Cipto Wadi.
Selamat datang dunia kedermawanan….. selamat tinggal dunia kapitalis
source: dari mas Anggi, dan suara merdeka.
Jumat, Maret 13, 2009
Maen Zakati, hayuks...
04.42
Mas Niam
9 comments
9 comments:
waah great! moga2 penyebarannya bs seefektif mgkn dan mengalahkan dominasi monopoli yg dah kt kenal slma ini. thx fyi ;)
hehehe, iya mbak... semoga :)
Semoga menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang memberi bukan bangsa yang meminta-minta
Wah lum pernah nyoba... Monopoli juga lum pernah nyona... :D
Selamat datang dunia kedermawanan….. selamat tinggal dunia kapitalis
Setuju Banget :))
begimana tuh mainnya?? :-o
Mauuuuuu...dimana yah bisa dapetinnya he1000x :X
@ Mampir Ngombe
yups... setuju banget tuh, mas.. kita mulai sejak dini ;)
@ mamas86
wew :o, mkkb tuh.. masa kecil kurang bahagia, hehehe.... peace... :x
@ Kurnia Septa
hu uh, setuju2...
@ Neng Aia
hehehe ;)) aku juga lum pernah nyoba neng.. ntar kalo udah nyoba, ceritain ya aya.. :D
@ emanikova
owh.. :D kan udah ada di tulisan paling bawah buat kontaknya ;)
wah.. keren yah.. we have to try it.. :D
Posting Komentar
Punya opini lain? Ceritakan di sini kawan.. :)