Mari kita mulai dengan sebuah adegan dalam film. Judulnya "People Like Us".
Seorang ibu, bernama Frankie, terpaksa menghadap kepala sekolah tempat anaknya belajar. Sang anak didakwa telah merusak kolam renang sekolah. Ia pun diancam akan dikeluarkan dari sekolah.
Tapi sang ibu tak terima. Ia pun memulai argumen nya dengan pertanyaan menjebak, "dari mana anakku mendapatkan asam sulfat tersebut?"
Frankie, si ibu tersebut akhirnya berhasil balik menuntut kepala sekolah, karena dianggap tidak becus menjaga barang berbahaya tersebut dari jangkauan anak-anak. Walhasil sang kepala sekolah menyerah, dan memberi kesempatan kedua untuk putra Frankie tadi..
Spontan aku berkomentar, "itulah politik."
Pikiran ku kemudian melayang pada drama politik negeri ini yang tak kunjung usai. Atau sebenarnya banyak perseteruan lain sebelumnya. Sebut saja, perbedaan harakah, pergerakan, dakwah, jamaah, ormas, atau apapun lah.. yang sudah ada sebelum isu politik jadi dagangan laris tahun ini.
Antara kubu koalisi KMP dan KIH yang sedang ramai, berebut kuasa dan legitimasi dalam parlemen.
Saling sikut, menjatuhkan, atau menurut kacamata mereka, menjadi penyeimbang.. check and balance, katanya.
Pada akhirnya memang sebuah konflik dan perseteruan tak pernah hadir kecuali berawal dari dua hal: salah paham, atau niat buruk.
Dua hal tersebut harus ada di masing-masing pihak. Karena bila hanya ada satu saja.. maka konflik tak kan pernah bertahan lama.
Maka sesungguhnya, untuk mengakhiri sebuah konflik.. cukup memilih salah satu hal: berusaha tuk mengerti, atau perbaiki niat kita.
Saya teringat dengan sebuah kata bijak, "Ada begitu banyak hal yang dapat menyatukan kita.. dan sangat terlalu sedikit hal yang membuat kita pantas berpisah."
Bukankah itu sudah dibuktikan bangsa ini sejak berabad lamanya? Sejak sebelum tahun 1928?
Maka.. di tengah begitu banyak perbedaan dalam umat ini.. atau bangsa ini.. atau perbedaan kita, sungguh aku tak pernah risau.
Karena aku masih percaya, perbedaan itu hanya karena kita kurang saling memahami.. dan sangat sedikit yang punya niat buruk di negeri ini.
Jales veva jaya mahe. Jayalah engkau di lautan.. begitu kata mading Iqro, di kantor kami.
0 comments:
Posting Komentar
Punya opini lain? Ceritakan di sini kawan.. :)