lagi-lagi ku terpasung
menjejak kata dalam rasa ini
padahal dulu aku sudah bilang,
aku hanya ingin mati rasa..
menatap indahnya langit
melenakan dan membuat takjub
terlebih saat pandangan beradu bulan
selami rasa yang tak lagi asing di telinga
ku tak pernah berharap lebih padamu
persis seperti saat pertama kali ku melihatmu
maka saat gelap mentari menghalangimu
dan ciptakan gerhana tutupi cahayamu
aku tak kan protes
tak jua itu salahmu, atau salahku
itu hanya bagian dari hidup
dan revolusi putaran sunnah
meski sulit, tapi ijinkan aku
untuk mati rasa. kali ini saja..
dan bila suatu saat pelita hati bertanya di mana,
aku akan bilang, tak perlu gelisah
meski bulan gerhana dan tak kasat mata
tapi ia ada di sana
dan masih akan ada di atas sana..
suatu waktu
maaf bila ku masih suka mengintipmu dari balik jendelaku
dan lagi-lagi.. ku tersenyum
saat kutemukan orbitmu yang lain
engkau masih dalam sederhanamu
dalam lembut cahayamu
tetaplah di atas sana bulan,
meski gerhana dan matahari menghadang
tapi kita tak kan menyerah, bukan?wasta'inu bi ash-shobri wa ash-sholat...
ya Allah, berilah kami kekuatan dengan kesabaran dan kekhusyukan dalam mengingat-Mu
Senin, Mei 25, 2009
Bulan Gerhana
Categories : Sajak
00.22
Mas Niam
5 comments
5 comments:
hmmmm puisi yang apik
agak sedikit bingung nentuin alurnya kemana. tapi setelah baca berulang
sepertinya saya mengerti sedikittt...
kenapa harus mati rasa
bukankah lumrahnya manusia memiliki rasa?
sedang bulan masih bersinar
dengan kelembutan sinarnya
maka jangan menyerah
meskipun gerhana datang
eits pertamazz nih keknya
nice post mas.... besok bikin lagi yah
mantabbb jangan menyerah.
selamat malam bro
wah .. bagus nih syairnya ... kayaknya mesti jadi pengunjung tetap blog ini ... biar bisa nikmatin yg ginian ...
Cobaan dalam kehidupan itu adalah warna-warni kehidupan yang mestinya bisa membuat kita dewasa.
Tepap tabah dan tegar, semoga segala sesutau cepat berlalu dan kehidupan semakin baik di masa mendatang.
Posting Komentar
Punya opini lain? Ceritakan di sini kawan.. :)