Senin, Desember 22, 2008

Pohon Apel dan Seorang Anak; Met Hari Ibu

Kita mungkin pernah berpikir, kenapa berbakti kepada orangtua ditempatkan oleh Islam di tempat yang begitu tinggi. Bahkan ketika orangtua kita adalah orang kafir dan bukan Islam.. Mungkin cerita di bawah ini bisa menjawab kenapa,..

Selamat Hari Ibu... miss u so much, Mom,

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi.” jawab anak lelaki itu.



“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi.” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”

“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu.” kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi denganku.” kata pohon apel.

“Aku sedih,” kata anak lelaki itu.

“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.


“Maaf anakku,” kata pohon apel itu.

“Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”

“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.” Jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat.” Kata pohon apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu.” jawab anak lelaki itu.

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini.” Kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang.” kata anak lelaki.

“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apapun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan bila Anda berpikir, orangtua kita begitu memiliki cinta dan sayang kepada kita yang begitu tak terbatas dan tanpa syarat... pernahkah kita berpikir betapa besar dan luas cinta-Nya kepada kita yang telah menganugerahi dua orang tua kita, untuk menjaga kita dari saat sebelum kita lahir??

Umar bin Abdul Aziz berkata: "Sesungguhnya syukur dan tambahan nikmat itu adalah saling berkaitan. Maka sungguh tidak akan terputus tambahan nikmat dari Allah, kecuali telah terputus ungkapan syukur dari sang hamba."

credit to: arie5758 [kaskus maniac]
www.kaskus.us

Sabtu, Desember 20, 2008

Hukum Jalan Berduaan, Nganterin Temen

Sore itu, aku ditanya seorang senior salah satu organisasi kekeluargaan di Mesir. Dalam sebuah acara makan bareng, “Ehm.. Sul, gimana tuh kabar ******?” Sontak aku kaget ditanya tentang temen wanitaku tersebut. Aku terdiam sebentar, lalu balik nanya, “Ehm... lha ada apa nih, sama ******?” candaku.

“Lho, bukannya kalian sering jalan bareng? Ya.. aku cuma nanya aja kok, he..”

“Ups,...!!!” teriakku dalam hati. Wah gawat, akhirnya hal yang selama ini aku kuatirin terjadi juga. Ada beberapa orang yang beranggapan lain saat melihatku jalan bareng temen wanitaku itu, meski niatnya buat nganterin pulang. Tapi tetep aja, orang yang ngeliat kan beda-beda anggapannya..

“Gimana tuh, Am...?” tanya temenku setelah sejenak cerita soal dirinya barusan. "Apa menurut nt (kamu) hukum nemenin cewek pulang bareng?"



Sejenak aku berpikir. Kemudian aku jadi ingat dulu waktu pertama kali menginjakkan kakiku di bumi Kinanah ini. Saat aku jalan-jalan, dan emang kalo di Kairo ini segala sesuatu harus jalan kaki, berhubung ndak ada motor, heu..heu... Saat aku jalan-jalan, kadang aku ngeliat seorang cowok yang jalan berdua dengan seorang cewek. Saat itu, timbul pikiran negatifku. Hm.. ternyata, ada juga pacaran di sini, bukannya pacaran itu gak boleh karena mendekati zina? Praktis, kalau jalan bareng berdua itu kan udah khalwat?? Meski di situ banyak orang, toh orang lain gak dianggap keberadaannya bukan? “Dunia cuma milik berdua, yang lain Ngontrak!!” he...

Dan aku pun punya pikiran agar jangan sampai jalan berdua ama siapapun. Termasuk yang cowok? He.. capede, ya gak lah. Karena kupikir, kalau kita jalan berdua aja sama cewek, itu udah masuk khalwat yang gak boleh dalam Islam. Kan bukan muhrim.. (ejaan Indonesia, padahal aslinya sih, mahram. Yang ngerti ilmu Sharaf pasti tau, kalau artinya beda bangett).

Khalwat gak sih??

Dulu aku sempet ngecap, bahwa siapapun dan apapun bentuknya, yang namanya jalan berdua, ya tetep aja jalan berdua. Khalwat tetep khalwat. Bahkan sampai kepada siapapun yang aku temui. Baik itu bener-bener nganterin pulang ato enggak, tetep kuanggap mereka itu udah khalwat. Apa bener niat kita nganterin pulang, bener-bener ‘cuma’ nganterin pulang? Atau ada hal lain? Itulah yang jadi landasanku selama ini.

Hingga suatu pagi, tepatnya pagi tadi sih... he, saat aku nderes surat an-Nur ayat 11. Aku jadi teringat kisah bagaimana siti Aisyah difitnah telah berbuat serong dengan seorang sahabat. Mulanya aku berpikir, “Masya Allah, gimana ya perasaan siti Aisyah kala itu. Seorang istri nabi, pemimpin umat dan para anbiya, difitnah berbuat serong!!” Hancur n tak terbayangkanlah... perasaan bersalah ama Nabi pasti gak ketulungan, meskipun beliau sama sekali gak melakukannya. Tapi bagaimanapun, meski itu adalah fitnah, tetep aja beliau ngerasa bersalah. Ditambah lagi sakitnya difitnah dan gak bisa ngebuktiin fitnah tersebut. Subhanallah...

Sampai kemudian turun ayat an-Nur di atas. Bukti yang langsung didatangkan oleh Ia yang Maha Tahu. Dan orang-orang yang nyebarin fitnah itu pun kemudian dihukum. Sementara beberapa orang mu’min di ayat selanjutnya juga disinggung, kenapa gak mau membela Nabi dan istrinya yang difitnah, tetapi malah ikut menyebarkannya? Tapi memang, berat cobaan iman kala itu. Bayangin sendiri aja, yaw...

Namun selanjutnya, aku mikir, kira-kira apa yang menjadi landasan sahabat tersebut mengantar siti Aisyah pulang? Perlu diketahui, bahwa menurut kitab “Khulasoh nur al-Yaqin” juz 2, diceritakan bahwa ketika itu siti Aisyah bersama Nabi sedang berkemah, suatu hal yang lazim ketika berperang. Siti Aisyah kemudian meminta izin kepada nabi untuk pergi sebentar. Namun, ketika itu setelah siti Aisyah menyelesaikan hajatnya dan akan kembali ke perkemahan, beliau teringat sebuah kalung yang terputus dan berusaha mencarinya. Akan tetapi sayang, saat siti Aisyah kembali ke perkemahan, didapatinya Rasulullah telah pergi bersama rombongan. Sementara rombongan tersebut tidak sadar, bahwa siti Aisyah tidak bersama mereka.

Beruntung saat itu, seorang sahabat (Shafwan bin Mua’thal) menemukan siti Aisyah dalam keadaan tertidur. Siti Aisyah kemudian terbangun, dan tanpa berkata sepatah katapun Shafwan kemudian mempersilahkan siti Aisyah untuk menunggangi untanya, lalu mengantar beliau pulang. Saat pulang itulah, timbul fitnah atau yang dikenal dengan ‘haditsu al-ifki’.

Sementara itu dalam kitab tafsir ibnu Katsir, dijelaskan bahwa sepuluh ayat ini turun sebagai ‘baraat’ atau pembebas atas tuduhan yang dikenakan kepada siti Aisyah oleh orang-orang munafik. Orang pertama yang menyebarkannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin orang-orang munafik. Hingga orang-orang mu’min kala itu ikut terpengaruh. Perkara ini berlangsung hingga sebulan lamanya, sebelum akhirnya turun sepuluh ayat tersebut sebagai pembebas.

Dalam kitab ini juga disertakan riwayat tentang asal mula siti Aisyah tertinggal dari rombongan. Imam Ahmad berkata, diceritakan kepada kami dari Abdur Razzaq, dari Ma’mar dari Zuhri. Ia (Zuhri) berkata, Sa’id bin Musayyab, Urwah bin Zubair, Alqamah bin Waqash dan Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud bercerita kepadaku dari Aisyah ra. dengan cerita seperti yang udah aku ringkas di atas dari kitab ‘khulasoh nur al-yaqin’.

Nah, dari sinilah kemudian aku berpikir, kira-kira apa yang terjadi bila sahabat tersebut tidak mengantar siti Aisyah pulang? Meninggalkan beliau di tengah padang pasir, karena takut timbul fitnah? Dalam cerita tersebut, bahkan tidak dijelaskan keragu-raguan sahabat tersebut. Karena beliau sadar, bagaimana jadinya bila siti Aisyah sendirian di tengah padang pasir. Bagaimana nanti bila bertemu musuh Islam? Gak bisa dibayangin... bukankah, kejahatan itu terjadi bukan saja karena niat, tapi lebih karena ada kesempatan??

Dengan alasan dharurat inilah kemudian sang sahabat mengantar siti Aisyah pulang. Apakah ini disebut khalwat? Tentu bukan khalwat yang dilarang agama, berhubung madharrat yang dihindari jauh lebih besar.

Nah sekarang, bagaimana dengan kita di sini? Bisakah dengan alasan sadd adz-dzarai (mencegah keburukan) dijadikan landasan? Kupikir bisa. Karena kita tahu, bahwa saat ini kondisi wanita yang berjalan pulang sendirian malam-malam udah gak aman lagi. Bahkan di negeri kita sendiri sudah sering kejadian wanita menjadi korban perilaku menyimpang orang-orang kurang iman.

Tapi tentunya, bukan berarti kemudian kita bisa bebas nganterin temen wanita kita pulang berduaan. Kalo bisa lebih dari satu, tentu itu lebih baik. Selain untuk menjaga hati kita agar tidak kesetrum oleh panah si cupid dan pandangan mata setan, juga agar tidak timbul fitnah yang tidak kita inginkan.

Jadi intinya, boleh-boleh aja kita nganterin temen wanita kita pulang berduaan, karena kalo ia ditinggal sendirian lebih berbahaya, asalkan kita tetep inget bahwa yang kita lakuin adalah sebatas sadd adz-dzarai (jagain temen kita dari tangan-tangan usil) dan tidak jalb al-mashalih (ngambil kesempatan dalam kesempitan, :P). Inget, Allah Maha Tahu setiap gerak-gerik hatimu.

So, sebelum nantinya kita jalan berdua nganterin temen wanita kita – inget di sini aku bilang temen lo, bukan ‘temen’ – kita kudu siap-siap. Pertama, benerin dulu niat kita, lalu tata hati ini, dan terakhir doa semoga niatnya bener-bener ikhlas dan senantiasa dijaga Allah, baik dari tangan-tangan jahil penjahat, ataupun dari bisikan-bisikan mesra setan terkutuk.

Wallahu al-muwaffiq ila aqwam ath-thariq...

STOP PRESS!! Alasan utama tulisan ini dibuat adalah sebagai pengingat agar temen penulis lebih bisa menjaga hati ketika nganterin temennya tersebut, dan bukan untuk berfatwa. Karenanya, bila ditemukan sebuah atau banyak kejanggalan, penulis sangat terbuka untuk kritik dan saran.

Wama uridu ill al-islaha ma istatha’tu, wama taufiqiy illa billahi. Alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniibu. (Hud: 88).

Wallahu a’lamu bi ash-showab.

Kamis, Desember 18, 2008

Surat Untuk Tuhanku

Di Ujung Tanduk

di mana Engkau?
kucari-cari dalam tiap rakaatku,
dan hanya kutemukan toleh salam dalam tahiyatku

dan saat aku bertakbir di waktu duha-Mu,
kutemukan diriku t'lah berdoa memohon rizki dariMu
tapi di mana kebesaran-Mu?

kulanggengkan rawatib sunnah Nabi-Mu,
pun tak jua kutemukan keagungan jejak-Mu

aku masih ingat di istikhorohku malam itu,
kupanjatkan kegelisahanku,
namun sungguh tak kutemui Engkau di hatiku


kusuarakan bacaan kalam agung-Mu,
kuulang-ulang di waktu apapun di bilangan hari-hariku,
namun masih tak mampu kudengar bisikan-bisikan-Mu

lalu aku berlari-lari mengejar bus kuliahku,
namun tak kujumpai niat dalam tiap langkahku

dan saat kurangkai perjalanan mimpi cintaku
rupanya tak kutemukan nama-Mu dalam anganku itu

di mana Engkau ya Rabb...
benarkah Engkau tlah tinggalkanku?

bukankah Engkau tahu betul,
aku tak dapat hidup tanpa nikmat-Mu
ku takut berjalan sendiri tanpa-Mu
aku hina bila tak disentuh rahmat-Mu
dan bukankah aku hanyalah seorang hamba-Mu?

Rabbi inni audzubika an as'alaka ma laisa laka bihi ilm
wa illa taghfirly wa tarhamny akun min al-khasirin

Sabtu, Desember 13, 2008

Ciri Orang Sok Tau

'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.

1. Enggan Membaca

Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.



Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.

2. Enggan Menulis

Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin, " katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.

Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?

3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan

Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.

Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.

4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham

Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)

Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."

5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain

Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi) .

Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."

6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat

Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.

7. Suka Berdebat Kusir

Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.

Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq dalam pemahamanku. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamien.

Sumber : Al Qur'an Dan Al Hadits.

http://ratih1727. multiply. com/journal/ item/154/ 7_CIRI_ORANG_ SOK_TAU

Jumat, Desember 12, 2008

Tips Menghadapi Diktat Kuliah

ditulis oleh Abdurrahman Samboo, dengan judul asli "Menaklukkan Muqorror" diposting di milis PMIK
Penulis adalah mahasiswa Al-Azhar yang selama ujian termin satu/tingkat satu berjibaku hampir 24 jam penuh hanya untuk merumuskan metode belajar ini.


Ujian telah dekat, dan mengharuskan seluruh elemen yang ada di mahasiswa untuk berkonsentrasi penuh terhadap materi-materi yang akan diujikan. Bagi sebagian mahasiswa yang sedari awal tahun ajaran sudah mempersiapkan diri, hari-hari ujian ini akan menjadi saat-saat yang paling ia tunggu-tunggu. Akan tetapi, bagi sebagian mahasiswa lain yang melulu disibukkan hal-hal di luar kuliah, hari-hari ujian paling tidak akan menjadi saat-saat yang paling menakutkan baginya.

Baik golongan mahasiswa yang pertama maupun yang kedua harus melewati satu keadaan yang bisa dibilang paling krusial. Apakah itu? Menaklukkan muqarrar atau diktat kuliah. Tapi, sebenarnya unsur-unsur lain yang harus dipersiapkan untuk menghadapi ujian tidaklah sedikit. Jika disebutkan, antara lain seperti datang ke kuliah untuk mendengarkan materi-materi langsung dari duktur (sebutan dosen pengajar di Al-Azhar –Red), mengadakan belajar-belajar kelompok secara reguler dan intens, meningkatkan nilai-nilai spiritualitas atau kedekatan kepada Tuhan, bersikap tenang selama ujian berlangsung, dan mengetahui tata cara mengisi jawaban di waktu ujian.



Dari sekian unsur yang telah disebutkan, sekali lagi perlu diingatkan bahwa unsur terpenting adalah bagaimana mahasiswa Al-Azhar menaklukkan muqarrar. Dalam artian menguasai dan memahami dengan baik isi materi diktat kuliahnya. Sering terdengar pepatah bilang, “Ath-thariqatu ahammu minal maddah”, yang artinya metode atau cara itu lebih penting dari bekal atau pra-sarana. Maksudnya, tidak terlalu penting mahasiswa itu mempunyai diktat secara lengkap, ataupun mempunyai berbagai macam kamus, dan lain-lain. Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana ia menggunakan metode dalam belajarnya. Cara apa yang paling strategis dalam memanfaatkan “bekal-bekal” tadi.

Sebuah rumusan yang ideal memang mengharuskan setiap mahasiswa memiliki seluruh unsur-unsur yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, semuanya akan tergantung sepenuhnya kepada pemahaman dan penguasaan mahasiswa tersebut terhadap diktat. Jikalau ia sudah mempunyai unsur-unsur tadi secara lengkap namun ia tidak menguasai muqarrar dengan baik, maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Sebaliknya, meskipun ia tidak mempunyai sebagian besar unsur-unsur di atas namun mampu menguasai muqarrar secara tepat, bisa dipastikan hasil ujiannya akan memuaskan.

Sekarang langsung ke inti permasalahan. Bagaimana menaklukkan muqarrar? Apa saja yang harus disiapkan untuk menguasai lembar demi lembarnya? Bagaimana mengetahui bagian-bagian diktat yang akan keluar di kertas soal ujian? Perlukah menghafal bagian-bagian terpenting dari materi tertentu? Bagaimana menghadapi kalimat-kalimat yang sukar dimengerti dalam muqarrar? Bagaimana memahami arah dan maksud penulis diktat? Dan masih banyak lagi apa dan bagaimana dalam hal ini. Namun, pertama kali yang harus ditanyakan adalah, “Bagaimana model soal-soal ujian yang dikeluarkan Al-Azhar selama ini?”

Jawabannya adalah Al-Azhar tidak pernah bisa diprediksi dalam pembuatan soal-soal ujian. Disini, memang terlihat sisi Al-Azhar yang angker, mungkin tidak seperti universitas- universitas lainnya. Bagian-bagian yang dikatakan penting dan materi-materi yang diberikan duktur tidak mesti akan keluar menjadi soal ujian. Berdasarkan pengalaman penulis, soal-soal ujian tersebut diacak sedemikian rupa meskipun tetap ada maksud dan tujuan pentingnya. Tapi, tidak usah khawatir karena seluruh soal-soal yang keluar pasti berasal dari tahdidan muqarrar (bab-bab materi yang akan diujikan –Red). Tidak ada yang keluar selain darinya. Oleh karena itu, diperlukan metode khusus untuk menghadapi soal-soal ujian ala Al-Azhar ini. Sebuah strategi yang tepat dan efektif sehingga pada nantinya akan sangat membantu selama ujian berlangsung.

Demi mengetahui fakta pembuatan soal di Al-Azhar yang unpredictable, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah merubah gaya pembacaan mahasiswa terhadap muqarrar. Yaitu, tidak ada anggapan bahwa sebagian materi penting dan sebagian lain tidak. Pada akhirnya, ia akan memusatkan perhatian dan hafalannya hanya pada bagian-bagian yang dianggapnya penting. Bisa dipastikan, metode ini akan menjadi blunder nanti ketika waktu ujian. Seringkali muncul soal ketika ujian dari hal-hal yang sepele dan tidak diwaspadai sama sekali. Padahal pada bagian tersebut tidak ada hafalan dan pemahaman yang sempurna. Tentu hasilnya adalah proses menjawab yang berdasarkan tanjim alias aji-aji pengawuran.

Untuk menanggulangi hal tersebut, metode pembacaan muqarrar selayaknya menganut paham bahwa semua yang ada di muqarrar atau tahdid (batasan-batasan bab yang akan diujikan –Red) adalah penting dan harus dibaca plus dipahami. Hal pertama yang terbayang otomatis adalah berat dan melelahkan. Iya, memang harus seperti itu, Al-Azhar bukanlah universitas sembarangan. Al-Azhar memang mewajibkan mahasiswanya untuk mempunyai daya hafalan yang kuat dan melebihi rata-rata. Membaca, memahami, dan menghafal semua materi tanpa terkecuali merupakan ciri khas cara belajar disini. Ini adalah rahasia terbesar yang sudah banyak diketahui orang tapi juga banyak yang tidak mempercayainya.

Beranjak dari pemahaman masalah di atas, seharusnya setiap mahasiswa sudah memulai membaca dan menghafal sejak awal tahun ajaran. Cara seperti ini akan membuatnya melewati masa-masa ujian dengan tenang, santai, dan meyakinkan. Ketika masa ujian sudah dekat seperti sekarang, minimal materi yang harus dibaca dan dihafal dari setiap mata pelajaran tinggal 30% saja. Dan ketika hari ujian tiba, ia hanya tinggal mengulang-ulanginya . Namun, bagi yang melakukan start pada waktu-waktu sekarang, ia harus menerapkan situasi gawat darurat dan mempunyai jurus membaca plus menghafal yang tepat, efektif, dan efisien. Jika tidak, ia akan menjadi salah satu pohon yang ditumbangkan selama badai ujian nanti.

Sekarang pembahasan beralih ke jurus membaca plus menghafal yang ampuh. Karena baik mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari atau yang baru mulai akhir-akhir ini tidak boleh tidak mempunyai cara atau metode membaca yang jitu dan ampuh. Berdasarkan pengalaman penulis, sedikitnya ada tiga tahapan yang kudu ditempuh oleh setiap pembaca dan penghafal suatu materi. Yaitu, Tahap Memahami, Tahap Menyimpulkan, dan Tahap Menghafal. Dengan ketiga hal mendasar ini, bisa dijamin proses pembacaan dan penghafalan materi ujian akan berjalan teratur dan tepat. Metode ini sangat bergantung kepada individu masing-masing. Lebih tepatnya, berkaitan erat sekali dengan kemampuan IQ atau Intelligence Quotients yang bersangkutan. Semakin tingkatan IQ-nya tinggi, semakin cepat proses yang dilaluinya. Di bawah ini akan dijelaskan per tahapan dalam proses membaca dan menghafal yang baik dan benar.

Tahapan pertama, Memahami, membutuhkan konsentrasi luar biasa. Hal ini juga tergantung individu masing-masing. Ada yang bisa berkonsentrasi untuk memahami suatu materi dalam suasana ramai, atau sambil dengerin musik, atau harus ditempat sepi, atau sambil hidupin MP3 Al-Quran, dan lain-lain. Setiap orang sudah seharusnya mengetahui karakter belajarnya sendiri-sendiri. Supaya proses memahami ini berjalan maksimal, ia musti mencari tempat untuk berkonsentrasi yang sesuai dengan kecenderungannya. Dalam memahami materi, setiap kalimat bahkan setiap kata tidak boleh ada yang luput satu pun dari mata dan otak. Semuanya harus melewati screening pemahaman. Kalau kesulitan memahami suatu kata atau istilah tertentu, baca dulu satu paragraf secara keseluruhan. Nanti akan terlihat --jelas maupun samar-samar- - maksud dan arti kata yang sulit tersebut. Atau lebih mudah lagi jika mau membolak-balik kamus bahasa, karena hasilnya akan lebih valid dan akurat.

Kalau menemukan substansi paragraf tertentu yang sukar dipahami, baca secara keseluruhan satu bab yang berkaitan. Nanti akan terlihat maksud substansi tertentu yang menjadi problem tersebut. Atau, bisa juga menanyakannya langsung kepada teman yang pandai, senior, bahkan duktur sekalipun. Bisa dibilang pemahamannya nanti akan lebih mendekati kebenaran. Dalam proses memahami ini, ada orang yang hanya membutuhkan untuk membacanya sekali saja, dua kali, tiga kali, dan seterusnya. Semuanya tergantung kemampuan IQ-nya masing-masing. Tahapan pertama ini akan mengantarkan pada tahapan berikutnya, yaitu Tahapan Menyimpulkan.

Dalam tahapan kedua ini, bekal pemahaman yang mumpuni sudah dimiliki. Proses menyimpulkan akan sangat penting guna memunculkan buah-buah pikiran yang akan menjadi pengingat nanti di waktu-waktu berikutnya. Ketika disebutkan kesimpulan tertentu, ia langsung akan teringat bangunan pemahaman yang mengerucut pada kesimpulan tadi. Ini adalah gunanya menyimpulkan setelah memahami. Secara teknis, boleh kesimpulan pengingat tesebut ditulis di kertas luar diktat dengan rapi dan teratur. Atau, boleh juga menuliskannya langsung di dalam diktat. Tentunya lembaran diktat akan begitu ramai dan penuh dengan tulisan-tulisan. Namun, ini semuanya kembali ke kecenderungan masing-masing.

Kemudian tahapan terakhir adalah menghafal. Tahapan ini mungkin bisa dibilang asupan terpenting nanti ketika ujian berlangsung. Jika memahami sudah bisa berjalan dengan baik dan menyimpulkan pun sudah dikerjakan secara baik pula namun menghafal tidak dilakukan, maka menghadapi ujiannya tidak akan bisa 100%. Jika dianalogikan secara sederhana adalah bagaikan seorang prajurit yang sudah berlatih dengan sangat keras baik fisik maupun tata cara pertarungan, namun ketika di medan tempur ia tidak memakai baju pelindung yang kuat dan tebal. Ia akan dengan mudah dikalahkan oleh musuh karena tidak mengantisipasi hal ini.

Baik itu menyimpulkan atau menghafal, sekali lagi semuanya tergantung kepada kemampuan kecerdasan yang bersangkutan. Bisa jadi menyimpulkan suatu paragraf tertentu hanya dengan sekali baca atau bahkan berkali-kali. Juga dalam menghafal, mungkin ia membutuhkan sekali baca atau berkali-kali. Sungguh, semua itu kembali kepada “kemampuan” masing-masing. Akan tetapi, setiap yang mencobanya mau berusaha sekuat tenaga, maka tidak ada sesuatu yang tidak bisa dikerjakan. Selamat mencoba!!!

Kamis, Desember 11, 2008

Evaluasi La Tansa

ditulis untuk mengisi blog Diary La Tansa

La Tansa kembali ngadain kumpul-kumpul silaturrahim antar kru Sabtu sore (15/11) kemaren. Acara yang diadain buat ajang silaturrahim ini, pastinya gak asal kumpul dong. Inisiatif Pinum kita, Zanuba Alfareni, selain ngadain silaturrahim juga digelar acara sharing ide dan evaluasi dengan para Redaktur Ahli.

Hadir dalam kesempatan kali itu, ust. Indra Gunawan, Lc. Penulis novel history Takdir Cinta ini mendapat porsi untuk ngulik kekurangan La Tansa dari segi kaderisasi. Sementara ust. Nur Fuad Shofiyullah, Lc. kebagian evaluasi dari cara pandang editing. Tak ketinggalan, kang Rizki Firmansyah dan bung Isa Anshori sang pimred kita tahun kemarin juga ikut nimbrung masalah tata letak dan perwajahan. Dan satu lagi, tokoh wanita Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) yang lagi naik daun, mbak Majidah, mbak Visa dan Bangun Prastiwi Zahro juga ikut beramai-ramai melihat La Tansa dari sudut alam lain.


Acara yang dipandu oleh moderator sekaligus Editor kita, Nailunni’am berjalan sangat hangat dan dipenuhi canda tawa, khas kumpul gontorians. Pembicara pertama dari ust. Indra berkomentar soal sisi kaderisasi yang menurutnya perlu mendapat perhatian serius. Karena, jangan sampai ketika menjadi kru, hanya jadi kru yang kacangan dan gak mendapat manfaat apapun dari dunia jurnalistik ini. Setidaknya, seorang kru harus bisa jadiin menulis media baginya untuk berbagi. Beliau juga memberi masukan, salah satunya dengan trik mengembalikan tulisan kru yang ‘kurang’ dengan hasil editing yang lebih fresh.

Sedang dari ust. Nur Fuad, yang kebagian mengorek sisi editing, berkomentar tentang beberapa trik untuk membuat majalah ini bisa lebih profesional. Diantaranya dengan membuat rujukan ke beberapa situs, semisal KBBI online dan majalah online lainnya. Beliau juga ngungkap sedikit kenakalan kru yang kadang asal tulis dan enggan meng-edit ulang tulisannya. “Tak pelak, sang editor harus berani mengubah dan menata ulang hampir sebagian atau bahkan seluruh tulisan kru yang dirasa masih kurang,” ungkap beliau. “Gak jarang kan, kru tiba-tiba kaget ngeliat tulisannya di majalah kok bisa berubah drastis...” yang segera disambut tawa ngeh dari para kru.

Masalah tata letak juga disinggung bung Isa. Menurutnya, majalah edisi ketiga, terlalu mencolok pilihan warnanya. Gak mencerminkan profesionalitas. “Lebih bagusnya, kover sebuah majalah hanya punya satu obyek. Tegas dan representatif,” ujar beliau memberi masukan.

Yang akhirnya membuat jalannya acara makin panas, tak lain adalah mbak Majidah. Kalau hampir seluruh Redaktur Ahli adem ayem dan gak terlalu mengumbar, tapi beda dengan koordinator Study Club akhwat ‘Salsabila’ ini. Hampir semua edisi majalah tahun ini dibabat habis olehnya. Untung sang pimred, Mujib Abdurrahman gak terkapar di tempat saat menerima berbagai serangan beruntun mbak Majidah. Salah satunya soal rubrik ‘Tasliyah’ alias karikatur yang dihilangkan.

Untungnya selesai mbak Majidah, mbak Visa yang masih putri ust. Hasan, pimpinan pondok kita, lantas memberi angin segar. “Mungkin ini yang akan ana sampein ke Bapak. Kenapa sisi tulis menulis, kayaknya masih kurang dapet perhatian di pondok. Moga aja, nantinya di Gontor dunia tulis menulis bisa berkembang pesat dari sejak masa santri.”

Masukan terakhir datang dari temen kita yang juga aktivis Lakpesdam NU, Bangun Prastiwi Z. Mahasiswi yang pernah diamanahi sebagai pengasuhan santri ini memberi masukan, “Kalau Lakpesdam NU juga bisa bikin buku, kenapa kita tidak?” sebuah usul yang sangat berarti. Bukan usul yang baru, tapi setidaknya memberi kita semangat kembali untuk menyelesaikan proyek buku dari diskusi al-Qudwah, yang kemarin sudah mulai berjalan.

Selesai sholat Maghrib berjamaah, acara ditutup dengan dinner bareng dan diskusi menanggapi berbagai komentar dan evaluasi sore tadi. Sebelum semuanya berakhir, ust. Indra menutup acara dengan doa agar kita semua diberi kemudahan menghadapi ujian Januari nanti. Dan sebagiamana biasa, khas para kru yang suka foto-foto, kali ini para kru juga kembali bergaya bersama para redaktur ahli, sebelum kembali ke flat masing-masing. Tentu tidak dengan isi kepala kosong, karena berbagai evaluasi dan PR dari sesepuh-sesepuh kita tadi masih menunggu untuk ditindaklanjuti. Salam Sukses, Maan Najah, Nanjah Maan!!

Minggu, Desember 07, 2008

Teka-Teki Imam Ghazali

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya tentang sebuah teka-teki:

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 = "Orang tua."
Murid 2 = "Guru."
Murid 3 = "Teman."
Murid 4 = "Kaum kerabat."
Imam Ghazali = "Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu adalah janji Allah, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, (Surah Ali-Imran :185).



Imam Ghazali = "Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?"
Murid 1 = "Negeri Cina "
Murid 2 = "Bulan."
Murid 3 = "Matahari."
Murid 4 = "Bintang-bintang."
Iman Ghazali = "Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan apa yang Allah perintahkan."

Iman Ghazali = "Apa yang paling besar di dunia ini?"
Murid 1 = "Gunung."
Murid 2 = "Matahari."
Murid 3 = "Bumi."
Imam Ghazali = "Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI"Apa yang paling berat di dunia?"
Murid 1 = "Baja."
Murid 2 = "Besi."
Murid 3 = "Gajah."
Imam Ghazali = "Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua berkata tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = "Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Murid 1 = "Kapas."
Murid 2 = "Angin."
Murid 3 = "Debu."
Murid 4 = "Daun-daun."
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, dengan mudah kita tinggalkan sholat."

Imam Ghazali = "Apa yang paling tajam di dunia ini?"
Murid- Murid dengan serentak menjawab = "Pedang."
Imam Ghazali = "Itu benar, tapi benda yang paling tajam di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri."

Rabu, Desember 03, 2008

"Met Ultah, ya..."

Tulisan ini aku dedikasikan buat beberapa temen yang udah ngasih aku ucapan. Sekedar tanda terima kasihku untukmu,...

Dari sisi kronologis, yang pertama ngucapin adalah temenku Ra (nama samaran FS), aslinya jambul (di Rouva) atawa Nablur, kalo biasa ana panggil. Sebelumnya, kita gak pernah kenal, coz di Gontor dulu, kita berbeda aliran. Dia aktif di Pramuka, yang notabene orang lapangan, sementara aku aktif di FP2WS, yang notabene orang ilmiah. Dua hal yang gak pernah bisa ketemu saat di Gontor dulu. Tapi kemudian, aku ama dia ketemu di sebuah Pondok di Pekalongan. Akhirnya, meski jalur yang ditempuh berbeda, tapi jiwa dan latar belakang pemikiran Gontory yang sama, membuat kami jadi akrab. Si Jambul alias Nablur ini, ngirim testi di FS tanggal 30 September. Pake gambar animasi, “Have a Cake..”

Nomor urut dua adalah mbak Ida. Kakakku yang sekarang udah menikah dan bekerja di Sampoerna Agro. Alumni UGM pertanian yang sekarang tinggal di Malang ini, adalah tipikal kakak yang sangat sayang ama adeknya ini.. he..he..he.., maka jangan heran, kalo aku lagi ketemu ama beliau, suka keluar manjanya... wkwkwkkwkw. Mbak Ida bilang pas tanggal 2 Desember malam, lewat chating, “Met Ulang Tahun ya, Dek..”

Sebelum malam beranjak larut, dan aku berbaring di tempat tidur. Seorang temen dari kelas samping yang juga masih Ketua Nozha, juga bilang lewat chating, “Met ulang tahun ya, Sul...”



Urutan kemudian adalah Rintany ‘yink’. Temen kenalan yang saat ini berada di Indonesia. Alumni PP al-Mawaddah ini, sekarang bergulat dengan jurusan HI di universitas al-Azhar juga, tapi di Jakarta.. he..he.. Bercita-cita jadi seorang diplomat, semoga terkabul angan dan cita sesuai dengan ridha-Nya. Yink bilang, dalam sebuah sms tanggal 2 Desember pukul 23:55, “(sementara disensor, lum dapet ijin dari yang krim..) Happy B’day Tad..”

Selanjutnya dari temen di Kairo, konsulaty si Cekur, alias Kurniawati. Spesialis dekor acara IKPM ini ngambil jurusan Bahasa Arab, sebuah jurusan yang konon ‘menakutkan’. Toh, ia masih mampu membuktikan kalo dia mampu. Terus berjuang ya, Sul..!! Wanita yang sehari-hari tinggal di kawasan Gami’ ini, kirim pesan singkat tanggal 2 Desember jam 23:56, “... Happy birrthday wat pimred ckrwala 2008... yg ke?..”

Dan pagi hari, setelah matahari agak menyembul dari balik ‘Imaroh (gedung apartemen), ada sebuah sms lagi masuk, dari Putri. Bunyi sms masuk dari hapeku, sejenak berhentikan aku dari ‘deres’anku. DJ Qommunity Radio yang juga masih tetangga flat-ku ini bilang, “many return of the day, met ultah y, moga asa, hrapan n cita yg terpatri tercapai,,mg doa n hrpan ortumu sllu mnyertaimu amin,,,”

30 menit kemudian, aku buka ym. Dan beberapa pesan ofline masuk, salah satunya dari Anggi Kusuma. Alumni Mantingan yang kini masih mengabdi sebagai DCC di Mantingan 1 ini, adalah temen kenal dari FS. Gadis asal Jawa Barat yang ingin nyantri juga di Azhar Kairo ini bilang, “anggi kusuma (03/12/2008 04:25:32 ص): yapp..wah antm ulang tahun ya..smoga panjang umur..”

Eh, mbakku kirim ofline juga, “Selamat ulang tahun adek..”

SMS terakhir masuk hari ini, dari Fiker, teman se-flat Cekur. Duet maut warga Gami’ ini selalu kompak bersama. Termasuk jurusan keduanya, yang sama-sama Fakultas Bahasa Arab. Setelah kejadian ‘pembantaian’ di acara ultahnya pertengahan September lalu, Fiker selalu semangat buat ‘ngebantai’ di ultah orang lain juga, peace... Dara Makasar ini nulis di smsnya jam 15:54, “Lewat lagu q suarakan nada, Lewat puisi terungkap rasa, Lwat swara jiwa bicara, Lwt sms ini jg q ucapkan Met Ultah... mAY Allah bless Us, . Maaf ni tlat, he8x.”

Ucapan terakhir sebelum tulisan ini dimuat, datang dari Alya. Salah seorang putri dari Ustadzku di Gontor dulu. Kalau boleh komentar, ia juga seorang wanita tangguh, tak kenal lelah. Tipe wanita yang gak cuma hobi menjelajah, tapi juga menggali ilmu sampai ke Tahrir (kawasan Metropolitan Kairo). Sekretaris penggantiku di majalah La Tansa ini berucap, “Happy b’day Ni’am..”

Tapi kok, yang kasih ucapan kebanyakan cewek ya?? Ups, jangan salah.. aku ngerti karena biasanya cowok suka jaim kalo masalah ginian. Karena buat kita, ngucapin ultah itu gak penting-penting banget... yang penting tindakan, alias tasyakuran!! He..he.. tul, gak para lelaki?? Tapi ma’alis lah.. aku lagi bokek, lagian tasyakuran juga gak penting di sini.. abis sama-sama mahasiswa, pasti ngerti lah, gimana susahnya... he..he..he.., peace.

Terakhir, intinya aku ngucapin thanks dah.. buat semua yang udah ngucapin selamat ke aku. Yang udah ngedoain, semoga Allah juga ngebales doanya dengan dikabulkan juga untuknya dengan yang lebih baik. Amin99x. Moga sama-sama kita diberi umur yang berkah, rizki yang lancar, dan jodoh yang qurratu a’yun (wuih... doa khas umur 20 ke atas, he..).

3 Desember...

Lahir merupakan salah satu ketentuan Allah yang siapapun tak bisa memilih tentang di mana, kapan, dan bagaimana ia dilahirkan. Maka ketika aku kemudian dilahirkan oleh seorang ibu asal Brebes, di sebuah rumah bidan di pinggir jalan kota Semarang, dan pada tanggal 3 Desember, maka aku hanya ingin sekedar menguak sebuah catatan dari tanggal ini. Tanggal spesial dalam hidupku.

Dari catatan sejarah di wikipedia, kutemukan beberapa fakta menarik tentang tanggal ini. Silahkan dilihat:
3 Desember adalah hari ke-337 (atau ke-338 dalam tahun kabisat) pada kalender Gregorian dengan 28 hari menjelang akhir tahun.



Peristiwa
* 1967 - Tim dokter yang dipimpin oleh Christiaan Barnard di Cape Town, Afrika Selatan berhasil melakukan operasi transplantasi jantung manusia yang pertama di dunia.
* 1984 - Tragedi Bhopal: Terlepaskannya gas metil isosianat dari sebuah pabrik pestisida di Bhopal, India menewaskan sedikitnya 18.000 korban jiwa.
* 1989 - George H. W. Bush dan Mikhail Gorbachev bertemu di Malta dan secara bersama mengatakan bahwa Perang Dingin bisa selesai dalam masa dekat tetapi belum tentu selesai. Di koran-koran di Amerika Serikat dan Uni Soviet, kata-kata kedua pemimpin dunia ini dibesar-besarkan seolah-olah Perang Dingin sudah selesai.
* 1994 - PlayStation diluncurkan untuk pertama kalinya di Jepang.

Kelahiran
* 1857 - Joseph Conrad, seorang penulis Inggris yang berasal dari Polandia
* 1918 - A.H. Nasution, jenderal Indonesia (w. 2000)
* 1925 - Kim Dae-Jung, mantan Presiden Korea Selatan

Selain tanggal ini, juga ada seseorang, entah siapa.. yang mencoba mengurai arti dari sebuah bulan kapan aku lahir, Desember.

DESEMBER

- Sangat setia dan pemurah.
- Bersifat patriotik.
- Sangat aktif dalam permainan dan pergaulan.
- Sikap kurang sabar dan tergesa-gesa.
- Bercita-cita tinggi.
- Suka menjadi orang yang berpengaruh dalam organisasi.
- Senang apabila didampingi.
- Suka bergaul dengan orang.
- Suka dipuji, diberi perhatian dan suka dibelai.
- Sangat jujur.
- Tidak pandai berpura-pura.
- Cepat marah.
- Perangai yang berubah-ubah.
- Tidak ego walaupun harga diri yang sangat tinggi.
- Benci apabila dikekang.
- Suka bergurau.
- Pandai membuat lelucon dan berfikir dengan logika.

Selanjutnya, apapun itu tak selalu harus tepat dan sesuai denganku. Tak juga mesti, bila aku jadi Jendral, karena pada tanggal ini, Jendral Nasution juga dilahirkan. Ataupun tak semua dari apa yang mereka tulis tentang karakter bulan di atas sepenuhnya benar. Karena, siapa dan apa aku ini, yang jelas aku masih seperti ini, dengan sedikit kelebihan dan banyak kurangnya. Maka, jangan bosan-bosan maafin aku, ya...

Tapi, sekedar cerita, dari catatan bulan di atas kok kayaknya sesuai ya, dengan karakterku (menurutku lo, ya...). Gimana temen-temen, ada yang mo nambahin ato ada yang mo nyangkal? Silahkan dikomentari...

Sebuah Kado untuk Wanita

Hari ini, 3 Desember, adalah saat aku berulang tahun. Di saat beberapa orang memberi aku ucapan selamat, ijinkan aku juga ikut sekedar berbagi. Salah satunya adalah dengan posting tulisan ini. Untukmu wanita, karena mungkin aku tak yakin bisa merangkai kata lebih jujur daripada tulisan ini. Maka kubiarkan saja, wanita berbicara sendiri tentang siapa mereka...

Dari wanita, untuk wanita. Ditulis oleh elsandra@yahoo.com, kuambil dari blog Friendster dek Fath, ‘maaf dek, lum ijin... sekalian di sini aja ya, ijinnya... he..he..he..’



Allah SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk dijadikan atasannya. Tidak juga Allah SWT ciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk dijadikan bawahannya. Tetapi Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lenganya untuk dilindunginya, dan dekat dengan hatinya untuk dicintainya.

Allah tidak menciptakan wanita sebagai komplementer atau sebagai barang substitusi apalagi sekedar objek buat laki-laki. Tetapi Allah menciptakan wanita sebagai teman yang mendampingi hidup Adam tatkala kesepian di surga. Juga Allah ciptakan wanita sebagai pasangan hidup laki-laki yang akan menyempurnakan hidupnya sekaligus sebab lahirnya generasi, di samping tunduk dan beribadah kepada Allah tentunya.

Tetapi mengapa tetap saja ada laki-laki yang tunduk di bawah kaki wanita. Mengemis cintanya, berharap kasih sayangnya dengan menggadaikan kepemimpinan, bahkan kehormatan dan harga dirinya.

Wanita dipuja bagai dewa, disanjung bagai Dewi Shinta, yang banyak menyebabkan laki-laki buta mata, buta telingga, bahkan buta mata hatinya. Namun ada juga yang menganggap rendah wanita. Wanita dinista, dihina. Kesuciannya dijadikan objek yang tidak bernilai harganya. Tenaganya dieksploitasi bagaikan kuda. Kelembutannya dijadikan transaksi murahan yang tak seimbang valuenya.

Wanita dijadikan sekedar pemuas nafsu belaka, bila habis madunya, dengan seenaknya di buang ke keranjang sampah, atau dianggap sandal jepit yang tak berguna.

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita melihat mereka menjajakan diri di gelapnya malam yang mencekam. Relakah kita melihat mereka membanting tulang mengumpulkan ringgit atau real dengan mayat terbujur kaku sebagai resikonya?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya seperti seonggok jasad hidup yang tidak memiliki nilai guna?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya beringas, liar, ganas, tidak berpendidikan, bodoh, dungu, hanya karena ketidakmampuan ayah memberi nafkah, karena ketidakmampuan kita mendidik dan mencintainya, karena ketidakmampuan kita melindunginya, sebagaimana Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lengannya untuk dilindunginya, dekat dengan hatinya untuk dicintainya.

Ia tetap wanita, yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tidak bisa manusia dengan akalnya yang kerdil ini mengganti kedudukannya apa lagi fitrahnya.

Ia bagaikan sekuntum bunga terpelihara, tidak semua kumbang bisa menghisap madunya. Lemah lembutlah dalam memperlakukannya, karena kalau tidak, ia bisa seganas srigala.
(elsandra/yelsandra@yahoo.com)

Selasa, Desember 02, 2008

Asal dari Cinta

ditulis oleh: Indri, dari web: yauhui.net

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling.” Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.



Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald’s yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong. Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu.

Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.” Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.” Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.” Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku dan anak-2ku! ” Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.”

Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya.

Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’ ini ditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya. “Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu:”PENERIMAAN TANPA SYARAT.”

—————————————————————————-

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

good day all

:x

sumber : fupei - Indri
www.yauhui.net

Berita Silatnas

Ups.. ternyata, di seberang sana para keluarga besar kita lagi pada tajamu' tau... seperti biasa, beberapa alumni tingkat tinggi hadir. Sebut saja pak Din dkk. Lebih lengkapnya, baca sekilas berita dari blog tetangga ini: suyuk.blogspot.com

29.11.08
Live update from Silatnas Gontor

0830 : Nyampe lokasi acara di Cendrawasih Room JCC. Rencananya datang
lebih awal buat bantu2. Tapi apa yang dibantu lagi. Panitianya
seabrek. Semuanya pake baju batik keren. Hohoho.. Lihat ada bus
berisi ustadz-ustadz Senior langsung dari Gontor. Buset. Pasukannya
lengkap nih. Plus puluhan santri senior 62008. Putra dan Putri. Wah
gak nyangka acaranya bakal semeriah ini. Di luar ruangan, ada
beberapa stand yang menampilkan produk-produknya: beberapa produk
wirausaha, beberapa bank syariah, lembaga ZIS, perguruan tinggi
ekonomi Islam dan karya2 seni. Plus tak ketinggalan di pojok ruangan
diadakan Arabic Speech Contest dan (English) Telling Story untuk
tingkat SMP/SMA/Pesantren untuk sebagai sub-acara. Di langit2
ruangan, spanduk-spanduk begitu banyak.

0900 : Sesuai jadwal acara dimulai. Peserta diminta masuk. Tapi acara
kayak gini seakan-akan sekali seumur hidup. Semuanya pada reunian
dengan teman-teman se-angkatannya.

0920 : Akhirnya acara dimulai. Tapi tetep aja. Tidak ada yang mo
duduk diam di tempat. Celingak celinguk nyari teman-temannya. Keadaan
jadi "terkendali" ketika pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an. Otomatis
semuanya duduk diam. Seakan sudah terprogram di chip kepala masing-
masing. Tradisi..



Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya & lagu (kebangsaan
Gontorians:) Hymne Oh Pondokku. Indonesia Rayanya kurang khidmat
karena gegap gempita. Soalnya ini acara reunian yg penuh haru. Hymne
Oh Pondokku syahdu banget, seperti menyanyi dengan lirih. Beberapa
hadirin sampe nangis.

Berikutnya beberapa sambutan. Kyai Syukri ngasih sambutan ringkas,
padat. Artikulasi & retorikanya keren. Khas dia. Pengajar Mantiq/Ilmu
Logika gw tuh. Hohoho.. sayangnya, isinya masih indoktrinasi di satu
sisi, dan tasji'/support di sisi lain.


Mendikbud, Bambang Sudibyo ngasih sambutan.

Pelantikan pengurus IKPM Cab. DKI Jakarta

1030 : Kyai Syukri, Dien Syamsuddin, Habib Khirzin tampil bersama
dalam format diskusi panel. Saya gak terlalu mengikuti pembicaraan
mereka. Tapi intinya tentang peranan alumni di masyarakat. Saya sibuk
dengan kamera Canon ZLSR punya Himawan. Keluar masuk ruangan. Rupanya
yang ngobrol sambil berdiri di luar ruangan hampir sama banyaknya
dengan yang di dalam. Ya, kapan lagi bisa ngumpul2 selengkap ini.

1220 : Istirahat

SALUT BUAT PANITIA serta dukungan Pesantren Darunnajah serta paduan
suaranya, Akhi Dedy dkk. Putra mahkota Daarunnajah ini emang keren &
down to earth. Sip !

sebagai tambahan, ada juga nih.. link beritanya:
thanks buat ust. abufaiz64

1. http://www.presiden sby.info/ index.php/ pidato/2005/ 01/07/275. html
2. http://www.antara. co.id/arc/ 2008/11/28/ keluarga- besar-gontor- gelar-silaturahm i-nasional/
3. http://www.antara. co.id/arc/ 2008/11/29/ ponpes-gontor- bersikap- netral-pada- pemilu-2009/
4. http://mediaindones ia.com/index. php?ar_id= NDc0NDM=
5. http://www.tribun- timur.com/ view.php? id=111025
6. http://news. okezone.com/ index.php/ ReadStory/ 2008/11/29/ 1/168994/ reuni-alumni- gontor-dihadiri- tokoh-nasional
7. http://www.detiknew s.com/read/ 2008/11/28/ 235145/1044993/ 10/sby-dan- tokoh-nasional- akan-hadiri- silatnas- ponpes-modern- gontor
8. http://www.myrmnews .com/situsberita /index.php? pilih=lihat_ edisi_website&id=68386
9. http://foto. detik.com/ read/2008/ 11/29/155557/ 1045176/157/ temu-alumni- gontor
10. http://www.surabaya post.co.id/ ?mnu=berita&act=view&id=23755432da68528f 115c9633c0d7834f&PHPSESSID=5335aa70e c13840852a14a729 c2a8c09