Selasa, November 29, 2011

Renungan Untuk Para Sarjana

Bodoh VS Pintar Ala Bob Sadino

1. Terlalu Banyak Ide -
Orang "pintar" biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai -
Orang "bodoh"biasanya lebih berani dibanding orang "pintar", kenapa ? Karena orang "bodoh"sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang "pintar"telalu banyak pertimbangan.


3. Telalu Pandai Menganalisis -
Sebagian besar orang "pintar"sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang "bodoh"tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses -
Orang"Pintar" merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar -
Orang "Pintar" berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang "bodoh"tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi -
Orang "Pintar"menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang "Bodoh" berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai -
Orang "Pintar" yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri -
Orang "Pintar"berpikir "aku pasti bisa mengerjakan semuanya", sedangkan orang "bodoh" menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan -
Orang "Pintar" menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang "bodoh" berpikir simple, "yang penting produknya terjual".

10. Tidak Fokus -
Orang "Pintar" sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang "bodoh"tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen -
Orang "Pintar" sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke
berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang"bodoh"?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -
Orang "bodoh" kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka
tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang "pintar" sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas -
Orang "Pintar" dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang "bodoh"mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Pioritas -
Orang "Pintar" sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang "Bodoh"? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas -
Banyak orang "Bodoh" yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang "Pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Mencampur adukan Keuangan -
Seorang "pintar" sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah -
Orang "Pintar" merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang "Bodoh" seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

sumber: Irwan Masduqi
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Sabtu, November 12, 2011

Maaf



gelung cincin ini masih terpasang erat
melepasnya,
mengendurkannya,..
ingin sebenarnya membuat jemari tangan ini sedikit bernapas

tapi ahr... rasanya ga bisa
hati ini terikat kuat
melepasnya, sama saja melepaskan separuh jiwa

aku pun terlelap, dengan gelung cincin itu
masih melingkar di jari manis kanan
berat tuk menggenggamnya,
lebih berat lagi buat melepasnya

semua bermula saat kata maaf tak kunjung bertuah jawaban
jangankan berucap maaf,
tuk mengerti kenapa harus meminta maaf pun tak terpikir sebelumnya
sampai kemudian sebuah cerita,
sadarkan khilafku

ingin rasanya kembali ke masa lalu
mengulang kembali renda-renda yang sempat terangkai
kembali menata puzzle demi puzzle

tentang arti hidup
tentang arti bahagia
dan tentang arti cinta..

tapi apa daya..
manusia seringkali khilaf
dan kembali ke masa lalu adalah hal paling mustahil
sementara penyesalan adalah penyakit hati paling menyakitkan

hingga sebuah khutbah Jum'at mengingatkanku,
"sesungguhnya malaikat, merasakan sakit sebagaimana manusia merasakannya.."
malaikat juga tak senang bila ada orang, membuat orang di sekitarnya merasa terganggu
dan hilanglah rahmat bersama perginya sang malaikat
degh!

maaf,... maaf.. dan maaf..
kata-kata itu terus berputar dalam perjalanan hari selanjutnya
meski begitu, keinginan menata ulang sang puzzle juga tak berkurang

dan lalu hari ini, sebuah majlis di masjid Azhar
Syekh Yusri menegaskan
sesungguhnya perlakukanlah manusia,
sebagaimana engkau ingin agar Allah memperlakukanmu seperti itu
bersikaplah lembut, bila engkau ingin Allah lembut pula kepadamu
dan bersikaplah pemaaf, bila engkau ingin Allah juga pengampun atas dosa-dosamu..

meski benar, bahwa aku ingin mencintai hanya karena-Mu
tapi jalan menuju ke sana tak semudah itu
maka, maafkanlah..
dan bersikaplah bijaksana

aku pun tak tahu lagi, bagaimana Engkau akan memberiku takdir
yang aku tahu, segala yang Engkau berikan adalah ujian untukku

aku pun menutup mata siang itu, dengan doa sederhana

"duhai Allah, jika hal ini adalah baik bagiku, agamaku, dan hidupku..
maka mudahkanlah dan takdirkanlah untukku
namun bila hal ini buruk untukku, agamaku dan hidupku
maka jauhkanlah hal itu dariku dan jauhkanlah aku darinya..

maka berikanlah aku takdir yang baik dari-Mu
kemudian berilah aku keridhaan atas keputusan-Mu itu"

maafkan aku ya, bunda.

#sore yang melelahkan, di atas pembaringan, Nasr City, Cairo 2011
 
--------------------------
 Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Kamis, November 10, 2011

Labyrinth of Mind


Start sinking in the labyrinth of mind..
do not know nor do understand why..

It really hurt so much, Dear
when we can't understand something we want to understand

And yea,.. lagi-lagi harus ku akui, bahwa otak ini terlalu lemah. Bahkan untuk sesuatu yang mungkin sudah akrab kita kenal. Otakku tiba-tiba kelu. Pengen menuliskan, dan merangkai kegelisahan ini dalam kata-kata pun tak mampu.

Aku adalah orang yang sangat logis. Bahkan hampir ga bisa berpikir kalau tidak ada alurnya. But meskipun rasional, aku bukan orang yang menolak keberadaan alam ghaib, atau fenomena-fenomena di sana. Karena buatku, dan sejauh pengetahuanku, mereka sangatlah masuk akal. Atau lebih tepatnya, masuk akal, bahwa mereka tidak bisa dijangkau oleh akal.

Mungkin temen-temen di facebook sempat melihat sekilas gimana perdebatan dan diskusi yang ku jalani dengan para atheist. Ga tanggung-tanggung, selama seharian aku bisa kuat nongkrong di depan laptop.. Makan sekedarnya, dan ga beranjak kecuali untuk sholat dan ke kamar kecil.

Beberapa temen sempet menyebut, diskusi yang berjalan sangat menarik. Tapi itu sebelum terjadi debat kusir, khususnya di page Ateis Indonesia. Namun di page yang lain, Anda Bertanya Ateis Menjawab, diskusi yang berjalan tetap damai.. dan bahkan memberi banyak pengetahuan.

Setiap pertanyaan dari para ateis, berhasil aku jawab dengan memuaskan -menurutku, salah satu buktinya, mereka ga membalas jawaban itu lagi. Hingga, dari yang awalnya ada sekitar 5-6 orang atheist yang 'keroyokan' menyerang, akhirnya sampai hari ini, hanya tertinggal 1 orang. Itu pun sudah 24 jam ini, belum dibalas lagi.

Salah seorang atheist itu pun menyebutku, sebagai seorang penanya yang paling 'wah'! But, I'd rather not to be called with that. Aku bilang padanya, apa yang aku tanyakan dan jawaban yang aku utarakan, semuanya hanyalah translasi dari kitab suci yang aku pelajari. So, it's merely based on a Book.

Memang ku akui, diri ini adalah seorang pemikir. Mungkin sudah beberapa kali ku sebut di blog ini. Maka ga heran, bila sesuatu yang sangat menggangguku bukanlah ketiadaan uang, atau ga bisa makan hari ini, atau apa kerjaanku hari ini,.. tapi yang sangat menggangguku adalah, 'sebuah pertanyaan yang aku ga bisa/ belum bisa nemuin jawabannya..'

Terjebak dalam labyrinth of mind..

Sama seperti sore ini. Ketika tiba-tiba aku harus nemuin realita yang kelu, kesel dan menyesakkan. Yaitu, menerima kenyataan bahwa akal-ku tak bisa berfungsi. Why?.... rrrrr...

Kata seorang temenku, "kamu ini orangnya sangat pengertian. tapi harus ada syaratnya, yaitu kamu harus tahu, apa alasan di balik itu. dan kamu ga bisa ngertiin orang, hanya dari bahasa tubuh mereka.. itulah kelemahanmu".

Maka, ketika diharuskan menjelaskan bagaimana lika-liku jiwa, emosi dan rasa, hati dan akalku pun kelu dibuatnya. And start sinking deeply...

And so, this is happen again. Aku selalu bilang, give me a word.., tapi saat mereka menolak, lalu apa daya? Ga ngerti harus nyalahin siapa..

Pesan Pak Jeli tadi pagi, menjadi pemimpin itu harus tegas. Semakin sedikit pemimpin bicara, semakin baik. Semua harus dilaksanakan sesuai SOP (standard operating procedure), sekali saja ia di bypassed.. maka semua akan kacau. Dan di sinilah tugas pemimpin untuk mengontrol dan memastikan semua berjalan sesuai dengan sistem, sesuai dengan SOP.

Dan lalu, bagaimana bila suatu ketika, SOP harus dilanggar? Seorang pemimpin harus segera mengambil keputusan dengan cepat, dan lalu memberikan pemahaman kepada bawahannya. Bisa lewat musyawarah, bisa lewat komunikasi persuasif..  itulah tugas pemimpin, menyatukan jiwa-jiwa dan emosi yang berada di bawahnya.

And so do this matter..

Hanya kepada-Mu ya Allah aku berharap, agar melembutkan hati-hati kami.. Maafkan hamba-Mu, bila sudah terlalu sering membuat-Mu cemburu dan kecewa..

Duhai Allah, sesungguhnya aku meminta diberikan petunjuk yang terbaik sesuai Ilmu-Mu, dan aku minta diberikan kekuatan dengan bantuan qudrah-Mu, dan sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dari kemuliaan-Mu yang Maha Agung..

Semoga esok, 'mentari' kan bersinar lagi.. dan menuntunku keluar, dari gelapnya labirin ini. Semoga. Amin99x ya Allah..

I'm sorry..


#mendekap gelisah di balik selimut, winter @Cairo, 2011.
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Negara Islam di Mata Agus Mustofa



JAWA POS - PERBINCANGAN seputar Islam dan negara hampir selalu menarik untuk diangkat. Tak saja karena ia bersinggungan secara ideologis dengan 1,57 miliar pemeluknya di seluruh dunia, tetapi juga bisa menimbulkan konflik bahkan disintegrasi dan perang yang tak berkesudahan. Perbedaan pendapat dalam masalah itu bukan saja perbedaan yang paling pertama terjadi di kalangan umat Islam, tapi juga perbedaan yang paling ''rawan'' dan paling sering memakan korban.

Realita itulah yang bahkan bisa kita lihat sejak masa-masa awal Islam, tepatnya setelah Rasulullah wafat. Perang Jamal adalah perang internal pertama umat Islam. Perang itu pun terjadi karena perbedaan pendapat dalam soal kebijakan pemerintah. Siti Aisyah ketika itu mengangkat senjata kepada Ali. Siti Aisyah, Talhah, dan Zubair menghendaki persoalan pembunuhan Usman diselesaikan
secepatnya. Sementara itu, Ali yang sudah dibaiat sebagian sahabat merasa kondisi yang masih kacau belum memungkinkan untuk pelaksanaan qishas. Hingga kemudian terjadilah perang Jamal tersebut.

Adapun dalam kaitannya dengan realitas kekinian, Agus Mustofa dalam bukunya ini mencoba bertanya, ''Manakah menurut Anda negara Islam yang paling islami: Arab Saudi, Iran, Iraq, Mesir, Sudan, Afghanistan, Jordania, Pakistan, Malaysia, ataukah Brunei Darussalam?''

Sebuah pertanyaan sederhana namun tak mudah untuk dijawab. Ketika kita menyodorkan Arab Saudi yang menerapkan syariah Islam, ternyata di sana masih ada kebijakan yang mengekang wanita. Di sana, kita juga mendapati bentuk pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Padahal, kita tahu bahwa Rasulullah selaku pemimpin negara Madinah ketika itu tidaklah disebut sebagai raja dan tidak mewariskan tampuk kepemimpinan kepada kerabatnya. Tidak juga Abu Bakar, Umar, Ustman, maupun Ali.

Demikian juga ketika kita berbicara tentang Mesir, Prof Dr Rafaat -anggota Komisi Fikih dan Fatwa Majma' al-Buhuts al-Islamiyyah Mesir- dengan tegas menyatakan bahwa sebenarnya masyarakat Mesir sangatlah dekat dengan ulama. Namun, juga tak bisa dimungkiri bahwa bentuk resmi negara Mesir adalah negara sekuler.

Lantas, bagaimana sebenarnya bentuk negara yang islami itu?

Perbedaan-perbedaan bentuk pemerintahan ''islami'' di negara berpenduduk muslim adalah sebuah realitas yang tak terbantahkan. Ada yang tekstualis seperti Arab Saudi, namun ada juga yang substansialis semisal Mesir dan Indonesia. Lalu, di mana posisi Agus Mustofa? ''Buku yang saya tulis ini bukan dalam rangka memperjelas berbagai perbedaan-perbedaan itu, melainkan justru menyodorkan titik temu antara berbagai kalangan dengan harapan mudah-mudahan umat Islam bisa memiliki pandangan yang senada dalam hal ini,'' tulisnya dalam kata pengantar buku ke-27 serial diskusi tasawuf modernnya itu.

Agus Mustofa tidak sedang berdiri di kanan ataupun kiri, tapi dia sedang menawarkan sebuah pandangan alternatif. Hanya, berbeda dengan tulisan-tulisan ilmiah berbobot lain, Agus Mustofa mengemas persoalan paling pelik dalam umat Islam itu menjadi seperti kacang goreng. Renyah, ringan, namun bergizi. Dan, tetap dengan gaya tulisannya yang mampu menyihir para pembaca setianya, sebuah buku bergizi tinggi dengan rasa dialog dan diskusi interaktif. Tak heran, kemudian judul yang diangkatnya adalah sebuah kalimat tanya tanpa tanda tanya, Perlukah Negara Islam.

Agus Mustofa memilah buku tersebut menjadi empat bagian. Dia mengawali buku ini dengan kata pengantar singkat seputar Reformulasi Negara Islam. Bagaimana seharusnya kita melihat realitas perbedaan bentuk negara muslim dan seperti apa sesungguhnya frame work bentuk negara yang islami itu. Dengan harapan, sebelum akhirnya kita bisa memformulasi sebuah jawaban dari pertanyaan, Perlukah Negara Islam, kita bisa mengenal terlebih dahulu alur peta perjalanannya.

Di bagian pertama bangunan pemikirannya, dia mengawalinya dengan ragam potret realitas negara-negara muslim modern. Di sini dia mencoba menyusun puzzle-puzzle pemahaman yang berserakan, terkait apa itu negara Islam. Dengan runtut dia paparkan warna-warni bentuk negara muslim modern. Ada yang bersifat demografis, kerja sama lintas negara semisal OKI (Organisasi Konferensi Islam), hingga persoalan penerapan syariat Islam di berbagai negara berikut kritiknya.

Bagian kedua buku ini membahas bentuk-bentuk pemerintahan masa Islam klasik. Dimulai dengan analisis masa Abbasiyah, kemudian Muawiyah, hingga masa Khulafaurrasyidin. Yang terakhir adalah potret seperti apa negara yang Rasulullah bentuk selama memegang tampuk pemimpin pemerintahan di Madinah.

Sekilas terlihat aneh, ketika Agus Mustofa membangun pemikirannya itu dengan alur mundur. Tapi, keanehan tersebut terjawab ketika kita telah sampai di subjudul terakhir bab ini, yaitu masa pemerintahan Rasulullah. Sebuah masa yang sudah seharusnya kita jadikan sumber rujukan, termasuk dalam usaha reformulasi negara Islam.

Perang dan terorisme menjadi isu utama bagian ketiga dari buku ini. Terorisme dan perang adalah dua isu utama yang sering dibenturkan kepada Islam. Entah sudah berapa ribu tulisan menyoroti isu perang dalam Islam. Hingga kemudian, terpatrilah sebuah premis, Islam disebarkan dengan pedang. Agus Mustofa menjawabnya dengan lincah. Mulai bagaimana sesungguhnya situasi ketika perintah perang itu turun dan apa saja aturan main dalam Islam ketika perang. Islam tidak berperang tanpa alasan dan tidak membunuh hanya karena perbedaan.

Bahasannya soal distorsi makna jihad kembali menjadi bukti baru bahwa perang istilah itu ada dan amat berbahaya. Hasilnya, jihad pun menjadi lekat dengan usaha teror umat Islam dan perang melawan kaum kafir. Padahal, jihad, dalam arti umumnya, bermakna perjuangan dan usaha keras. Sementara dalam Alquran, menurut Agus Mustofa, di antara lima pengertian jihad yang ada, menariknya hanya ada satu yang bermakna perang fisik. Lantas, bagaimana mungkin jihad diartikan hanya dengan satu makna tunggal, yaitu terorisme?

Terakhir, Agus Mustofa menutup bab ''tambahan'' ini dengan kesimpulan tegas bahwa pada saat tertentu tindakan perang pun bisa jadi adalah hal yang sangat rasional, bahkan bagi pencinta kedamaian di mana pun mereka berada. Di bagian akhir buku ini, sampai pulalah kita pada sebuah formulasi negara Islam. Setelah diperbincangkan terlebih dahulu soal gambaran konsep sebuah negara madani hingga akhirnya kita siap memformulasikan jawaban, Perlukah Negara Islam.

Sebagaimana buku-buku Agus Mustofa lain, dia kerap mengangkat tema atau bahkan judul yang sebagian orang bilang kontroversial. Namun, kiranya ada satu hal menarik yang perlu dicatat. Agus Mustofa menulis dan mengangkat judul buku-bukunya tersebut dengan jujur dan bertanggung jawab. Dalam arti, tidak hanya menarik minat pasar dengan bombastisisme judul, tapi dia benar-benar jujur bahwa apa yang dia angkat sebagai judul adalah kesimpulan isi bukunya. Itulah salah satu kekuatan utama buku-bukunya hingga selalu berhasil menjadi best seller di pasaran, selain gaya bahasanya yang ringan dan membumi tentunya. (*)

*) Nailunni'am , mahasiswa Jurusan Tafsir Universitas al-Azhar Mesir dan
Pimpinan Umum Majalah La Tansa IKPM Kairo

Judul Buku: Perlukah Negara Islam

Penulis: Agus Mustofa

Penerbit: Padma Press, Surabaya

Cetakan: I, Juli 2010

Tebal: 272 halaman

Sumber: JawaPos.co.id
Resensi ini terbit pada [ Minggu, 01 Agustus 2010 ] di Jawa Pos

Sabtu, November 05, 2011

Nulis oh Nulis..

Bismillahirrahmanirrahiem..

keyword: motivasi menulis, bagaimana menulis yang baik, tips-tips menulis, membuat tulisan, belajar nulis, susah menulis.. lanjut sendiri ya. :D

Waoew... udah lama sekali ya, ana ga ngepost di blog ini lagi. Terakhir tanggal 20 Agustus kemarin, dan sekarang udah tanggal 5 November. Yaudah daripada berlama-lama ngeluh, mending langsung aja menuliskan apa yang bermanfaat.

Jujur sebenarnya buannyak sekali yang pengen ku tuliskan. Bahkan saking banyaknya, hampir selalu bingung.. mau nulis apa dan mulai dari mana. Itulah kenapa, sejak tanggal itu sampai sekarang aku belum bisa nulis di blog lagi. Kalau nulis dan komen di facebook sih selalu, hahaha.. :D :P

Oke lanjut, .. selain karena kebingungan itu, aku juga dihadapkan banyak kegiatan. Khususnya setelah aku balik lagi ke Cairo setelah 'berliburan' - weeeeks.. bahasanya liburan, kayak orang kaya aja.. hahaha -, selama dua bulan di Indonesia. Sungguh bener-bener petualangan yang sangat luar biasa. Di mana aku nemukan banyak hal dan pelajaran yang sangat bermanfaat.. tentang kuliah, tentang karir, tentang masa depan.. dan tentunya juga tentang apa arti hidup ini. Memahami hidup lebih dekat..

Dan alhamdulillah sekarang aku udah mulai bisa nemukan 'feeling' nulisku yang dulu sempet ilang. Semoga tetap begitu sehingga bisa lebih banyak berbagi, yang tidak saja bermanfaat buat orang lain, tapi juga bisa jadi amal jariyah buatku.. dan kita semua yang menyebarkannya.. insya Allah, amin99x.

Lanjut ke persoalan nulis.. emang bener, begitulah yang selalu dialami oleh para penulis alias author -kekeke, jadi berasa kayak JK Rowling euy - pemula adalah persoalan mood menulis. Kadang pengen nulis, kadang engga. Pas kali ini semangat.. lain waktu jadi males, dsb. Pengen tahu kenapa? Dan bagaimana agar selalu bisa menulis yang tidak saja enak dibaca, dan tentunya bermanfaat? Kali ini aku pengen berbagi soal itu, insya Allah. Yok, menelusur lebih dalam...

1. Menulis adalah skill!

Ini penting sekali kita pahami. Dan harus kita sadari, bahwa menulis itu adalah hasil asahan, sama seperti bidang-bidang skill lainnya. Semakin diasah, semakin tajam.. Jadi, menulis itu bukan saja soal bakat, bukan tiba-tiba seseorang jadi pakar dalam menulis. Tapi adalah soal kemauan kita mengasah skill tersebut.

Memang, tidak semua orang harus pandai menulis. Sama seperti tidak wajibnya, semua orang pandai dalam berkhutbah, mengajar, dst.. dan karenanya, bagi kalian yang merasa ga cocok dengan dunia tulisan, ga usah dipaksain cocok-cocokan. But wait, buat kalian - dan kita sih sebenernya, hehe :P - yang udah pernah nulis di blog, dan kemudian vakum, maka itu bukan salah mood kalian sehingga sampai sekarang ga pinter-pinter juga menulis. Tapi yang bener adalah, salah kalian karena ga disiplin mengasah skill menulis kalian...

Bener bahwa di atas aku bilang, menulis adalah ketika bener-bener ga tahan, bukankah ini adalah mood? Iya bener itu adalah mood. Tapi mood seorang penulis, akan selalu ada.. bukan karena diada-adakan, tapi karena instingnya akan selalu menciptakan itu. Semua realita yang ia lihat, dengar dan rasakan akan menjadi bahan yang sangat asyik ia tuliskan. Dan ketika menulis pun, tidak kemudian gagap.. why? Karena menulis sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dan agar menulis selalu hidup dalam jiwa kita, ia harus selalu disirami.. biar ga layu dan mati. Itulah skill dan kedisiplinan.

Ga usah susah-susah dan banyak-banyak.. cukup mulai dari yang sederhana dan teruskan setiap hari.

2. Tulislah saat engkau benar-benar tidak tahan menuangkannya..

Pengen nulis tapi bingung? Bisa jadi ini karena kita dikejar deadline. Atau karena terpaksa harus nulis. Maka ingatlah pesan dari bang Napi ini, - eh, maksudnya bang pemilik blog ini, hehe..- yaitu, tulislah ketika kita benar-benar ga tahan menuangkannya!

Lalu, nulis apa? Nah, tapi jangan lupa, kita juga perlu selalu menyimpan ide yang berseliweran dan kita lagi ga mood nulis. Jadi, simpan dulu ide-ide tersebut.. dan pada saat yang membuncah itulah, kita tuangkan dengan sekuat tenaga dan sepenuh jiwa,.. :D

3. Cari motivasi menulis

Sama seperti kegiatan lain. Menulis juga butuh motivasi. Entah motivasi cari duit, motivasi bekal latihan, motivasi ga ada kerjaan, motivasi curhat.. asal jangan motivasi nipu orang. :P

Ga ada satu kerjaan pun dikerjain manusia, kecuali ada alasan di baliknya. Maka, carilah motivasi dan alasan menulis kita. Kira-kira apa yang paling interesting buat hati kita dan ingin kita bagikan lewat tulisan.. apa yang bisa mentrigger-nya dan seterusnya.

Seperti misalnya aku, ga akan bisa diam kalau udah ditanya tentang suatu persoalan. Jadi, teknik pertama adalah, cari pertanyaan.. hehe. Maka dengan sendirinya, aku akan nyari jawaban dan membuat tulisan. #ting!

4. Menarik adalah persoalan human interest! Dan bermanfaat adalah tujuan utama dari menulis

Tulisanku jelek ga ya.....?? Ga usah jauh-jauh minta penilaian. Persoalan menarik atau engga itu adalah soal 'rasa', jadi tentunya kita bisa menilainya sendiri. Kecuali emang kita -eh, kamu aja kali ya.. :P- udah mati rasa hatinya. :D

Tulisan yang berhasil menguras air mata, mengobrak-abrik emosi dan menyayat-nyayat hati manusia, itulah tulisan yang menarik. Dan percaya deh, jadi best seller kalau dibukukan. Maka jangan heran, buku yang paling laris biasanya soal motivasi, soup for the soul, novel, dst.. Karena memang, manusia mudah terombang-ambing emosinya, lewat tulisan-tulisan sederhana yang 'match' dengan hatinya. Dan hati, adalah persoalan rasa..

Membuat tulisan dengan standar semenarik mungkin sangat tidak dilarang. Bahkan dianjurkan. Akan tetapi harus diingat,.. sebuah tulisan bernyawa karena ada pesan yang ingin disampaikan di dalamnya. Baik jeleknya tulisan tidak hanya dinilai dari menarik tidaknya. Tapi apa manfaat dan isi tulisan tersebut? Tanpanya, sebuah tulisan hanya akan jadi mayat.

Beri suatu hal yang baru. Beri pengetahuan, beri motivasi.. beri pandangan baru kepada pembaca. Dan berbagi manfaat, adalah tujuan utama menulis. Maka, apa yang kita tulis, haruslah apa yang kita kuasai.. Bercerita tentang hal yang kita tidak tahu apa-apa di dalamnya, sama saja bohong. Bukan saja kita jadi tampak seperti orang sombong,.. akan tetapi juga bisa jadi bahan tertawaan orang lain. Lebih parah lagi kalau sampai ada yang terpengaruh dan ikut-ikutan tulisan kita.

Udah sesat, menyesatkan pula... :D :P

6. if it's important to you, you'll find a way..

Akhirul kalam.. ada sebuah quote menarik yang aku temuin di fesbuk. "If it is important to you, you'll find a way.. Otherwise you'll find an excuse."

Jangan heran kalau kita selalu berhasil mencari alasan untuk tidak menulis. Apalagi bangga berhasil 'menipu' diri kita dengan alasan-alasan tersebut. Karena sesungguhnya, bukan kita yang pintar cari alasan.. tapi karena emang, bagi kita.. bagi jiwa kita, menulis tidaklah penting. :)

So, sebaiknya.. dan afterwards.. benar-benarlah tanyakan pada diri sendiri. Apa arti menulis buatmu?

#Winter @ Cairo, dalam kegelisahan mencari alasan menulis. Nov, 2011.



 
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."