Selasa, Juli 26, 2011

Indonesia's Mission Impossible!



Bercerita tentang persoalan bangsa kita memang tak pernah ada habisnya. Hingga tak sedikit orang yang kemudian menjadi apatis karenanya. Jangankan berbuat sesuatu, berkorban apalagi membela bangsa ini dengan karya nyata, bahkan untuk sekedar melihat persoalan bangsa kita pun tak banyak orang yang mau memikirkannya. Sebagian bilang itu tak berguna, toh apa yang kita pikirkan tak akan mengubah apa-apa. Ada juga yang bilang, lebih baik mikirin diri sendiri, lebih kongkrit, yang penting kebutuhan hidup bisa kita penuhi. Ada lagi yang bilang, bangsa ini sudah terlalu sakit. Terlalu besar untuk menjadi sebuah negara!

Kompleksitas persoalan bangsa ini memang banyak yang mengakui. Atau menggerutui, mengeluhkan dan merasa desperate, putus asa. Mulai dari persoalan pertikaian antar kelompok agama, panggung sandiwara politik, penjajahan ekonomi oleh kapitalis, permainan kebutuhan pokok rakyat, hingga yang paling menyedihkan adalah kemandulan hukum yang serba tebang pilih. Masih teringat dalam benak penulis, seorang pencuri spion mobil, mati dikeroyok massa. Ya, satu nyawa untuk sebuah spion mobil. Sedangkan di sana, ratusan juta, miliaran, bahkan penilepan triliun dana negara, pelakunya cuma dikenakan hukuman penjara. Belum termasuk remisi-remisi hukuman pada momen tertentu!

Tentu masih terekam jelas dalam benak kita, nama seorang pegawai pajak yang jadi sangat terkenal hingga di jagad Youtube. Yupz, Gayus Tambunan. Namanya pertama kali disebut oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji. Susno menyebutkan Gayus memiliki Rp 25 miliar di rekeningnya, namun hanya Rp 395 juta yang dijadikan pidana dan disita negara. Sisanya Rp 24,6 miliar tidak jelas. Salah satu yang jadi pertanyaan, mengapa hanya Gayus yang ditangkap? Dulu pernah santer diberitakan bahwa Gayus akan membongkar semua orang-orang yang terkait dengan penilepan pajak. Tapi nyatanya, cuma Gayus yang hingga saat ini jadi tumbal.

Setali tiga uang dengan kasus Gayus, Susno Duadji pun sempat akan membeberkan ‘kelakuan nakal’ para petinggi POLRI. Kasusnya sempat menghiasi headline-headline semua media massa. Tentu itu bukan sekedar kicauan sembarangan. Di dalamnya ia berkoar akan membongkar semua borok-borok Jendral di tubuh POLRI, mempermainkan kasus demi uang, memeras pengusaha, dan memelihara budaya setoran dari anak buah. Maka timbullah pertanyaan, POLRI, melindungi dan melayani siapa? Istilah Markus, alias makelar kasus pun menambah ‘entri’ baru dalam kamus bahasa kita.

Ini baru dari bidang pajak dan penegak hukum. Belum lagi kasus lumpur Lapindo yang sangat menyakitkan. Ganti rugi yang hingga kini masih jadi mimpi di siang bolong. Lapindo, adalah sebuah kasus permainan dan kongkalikong pemerintah dengan Bakrie. Benar bahwa Lapindo terbukti tidak bersalah karena sesuai dengan aturan pemerintah. Akan tetapi, aturannya itu yang memang dibuat supaya Lapindo tidak bersalah! Tak heran bila kemudian pengadilan memenangkan Lapindo.

Kasus penjajahan ekonomi oleh TNC (Trans National Company), perusahaan multinasional. Perusahaan yang mengeruk kekayaan alam negeri ini, dan meninggalkannya dengan sedikit cipratan. Sedikit untuk rakyat daerah dan sedikit untuk pejabat! Dengan dalih belum menguasai teknologi, pemerintah membuat kontrak pengurasan kekayaan negara hingga 30 tahun. Itu pun masih bisa diperpanjang lagi!

Sistemik, kata temen penulis. Dimulai dari para pembuat kebijakan, hingga kelompok masyarakat terendah turut berperan. Apa mau dikata, keboborokan pemerintah kita mengatur negara ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari akumulasi sikap kita sehari-hari. Berapa banyak dari kita yang sudah bekerja keras, berfikir keras dan bersabar keras?? Kalau baru ditempa dengan ujian di Azhar aja kita udah sering mengeluh, bagaimana kita akan menghadapi kompleksnya persoalan bangsa ini?

Sekali lagi kata temen penulis, mental asal menyalahkan penguasa adalah mental bawahan. Segala sesuatu hanya ia gantungkan kepada mereka yang ada di atasnya. Kalau ada yang gak beres, maka pemerintah yang salah. Tanpa pernah melihat apalagi berbuat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Katanya, wajar. Ini karena kita dijajah, dan terbiasa menjadi bangsa jajahan. Sebelum dijajah Belanda, bangsa ini adalah bangsa pelayan di bawah ketiak kerajaan.

Mission impossible.

Begitu sebut penulis suatu waktu. Sebuah pernyataan yang sama, setiap kali selesai mendiskusikan ragam persoalan bangsa ini. Mulai dari kaburnya para ilmuwan kita. Penanganan industri strategis yang hanya memihak asing. Hingga masa depan suram, generasi penerus bangsa ini.
Hingga hari itu datang. Saat di mana penulis melihat wajah-wajah saudara dekat. Melihat semangat yang sama. Merasakan gelora dan optimisme yang tak pernah padam. Dan setruman-setruman baru dari mereka yang kita cintai. Ya, sebuah momen di sebuah tempat yang prestisius. Dengan wacana prestisius. Dan diisi oleh orang-orang prestius!

Harapan itu masih ada. Gedung Bhinneka, KBRI Cairo, Garden City. Dalam sebuah bingkai cerita sejarah, Konferensi Internasional IKPM.

Ust. Akrim menyebutnya, membangun bangsa ini terlihat jalan di tempat. Tak lain karena, saat yang lain mencoba membangun salah satu bagiannya, di saat yang sama, muncul orang lain menghancurkannya. Maka bagaimana mungkin bangunan itu akan berdiri? Memang sulit, kata beliau, dan memang sulit. Kita tidak bisa membangunnya sendirian. Kita harus bersama-sama, sinergis, dan simultan!

Perjalanan itu masih sangat panjang.. akan tetapi, tak pernah ada yang tak mungkin di alam mumkinat ini. Bukankah kita meyakini, bahwa “La yajibu ala Allahi fil mumkinat?”. La haula wala quwwata illa billahi. Teruslah berjalan Kawan, meski onak duri melukai kakimu. Teruslah bekerja, meski berulang kali bangunanmu mereka hancurkan. Dan teruslah berjuang, meski keringatmu telah menjadi darah.
Sejauh apapun jalan itu, ingatlah selalu, bahwa Allah tak kan pernah melupakan balasan bagi orang-orang yang berbuat baik. Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.

Tulisan ini dimuat dalam Buletin Silaturahim Internasional IKPM Edisi Perdana Juli 2011. 
Download buletinnya di 4shared.com

--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Minggu, Juli 17, 2011

Stop Fighting, Let it flow..


Po kemudian terbangun di sebuah desa di mana ia berasal. Ia dirawat the Soothsayer, sang kambing peramal di gubuk itu. Saat melihat boneka kecil miliknya yang telah lama tak bersua, ia pun terbawa ke alam inner peace. Kemudian mulai bergerak gemulai khas selingkung kungfunya, softcore. Saat mengalir bersama embun di tubuhnya, the Old Goat berbicara pelan padanya, "Stop fighting. Let it flow.. "


Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ku sampaikan malam itu. Di ACC (Al Azhar Conference Center), tempat di mana dilaksanakan dialog bersama Pak Habibie. Pak Habibie, pertama kali mengangkat tema soal Eyang, hehe.. Karena yang berbicara di depan kita adalah pria berumur 75 tahun, maka kata beliau, bukan lagi bapak atau om. Tapi eyang.

Acara yang diadakan kerjasama KBRI Kairo dan PPMI ini berlangsung sangat meriah. Aku sudah menduga dari awal. Makanya ketika jam menunjukkan pukul 3 sore ternyata aku masih di sekretariat, pastinya bakal lesehan nih. Dan yap, seperti perkiraanku. Sampai di sana pukul 5 sore, ruangan sudah penuh dengan mahasiswa yang berdiri. Sebagian lagi lesehan karena jumlah kursinya ga muat.

Tapi tanpa perlu lama menunggu, Pak Irwan, selaku MC kali itu, mulai membuka acara. Seperti biasa, acara formal tilawah al Quran dan anthem Indonesia Raya pun diperdengarkan. Seteleh 'berpuisi' beberapa beberapa bait, jalannya acara diserahkan kepada bapak Dubes, A.M Fachir selaku moderator.

Acara bertemakan 'Indonesia Pasca Reformasi dan Peran Lulusan Azhar' pun segera dimulai. Seperti yang ku bilang di awal, Pak Habibie bicara sebagai seorang eyang. Selanjutnya beliau bercerita tentang wawancara beliau di Mesir. "Mungkinkah kami bisa maju di tahun 2020? Bagaimana caranya? Dari mana memulai?" tanya seorang mahasiswa Mesir dalam acara tersebut.

Beliau menjawab, "Bisa. Dan itu adalah dengan nilai tambah dari sumber daya yang terbaharukan. Manusia."

Beliau kemudian menjelaskan arti penting dari nilai tambah. Bagaimana sebuah barang itu bisa bernilai. Memberi contoh mobil Marcedes dan Kijang. Plus Marcedes habis tabrakan. Harga itu yang menilai adalah pasar. Hasil dari nilai tambah dikurangi cost. Semakin besar nilai tambah, dan semakin kecil biaya cost, maka keuntungan semakin besar.

Bagaimana membuat nilai tambah itu? Kata beliau ada 3 elemen. Agama, budaya dan IPTEK. Ketika ketiga hal ini bersinergi positif, maka akan menghasilkan nilai tambah luar biasa. Dan inilah yang dibutuhkan demi sebuah kemajuan.

Selesai bercerita tentang konsep, kemudian beliau berbagi pengalaman bagaimana dulu merintis dan mengembangkan IPTN - yang kini bernama PT DI. Dimulai dari sebuah obrolan panjang dengan Pak Harto alm. Sekitar 5 jam, kata beliau. Tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1974, beliau diminta untuk mengembangkan industri strategis negara maritim.

Ada hal yang menarik ketika itu. Pak Habibie bertanya, "Kenapa saya Pak?"
"Banyak negara-negara tetangga memberi saya nasehat. Bahwa kalau Indonesia ingin maju, maka harus meninggalkan Islam. Karena Islam adalah hambatan utama bagi sebuah kemajuan."

Suasana di ACC hening dan kaget.

"Lantas,..?"
"Saya tahu kamu, ini berkas-berkas tentangmu," kata Pak Harto sambil menunjukkan bertumpuk dokumen tentang Pak Habibie.
"Kamu puasa senin-kamis, .... nafasmu adalah al Quran. Karenanya, nanti kamu yang akan buktikan. Bahwa Indonesia, dengan Islam, pun bisa membuat sebuah kemajuan. Itu kamu."

Ruang ACC seketika bergemuruh. Sungguh aku tak pernah tahu. Ku pikir, Pak Harto setali tiga uang dengan Bung Karno yang dekat dengan komunis. Terlebih ketika mendengar kalimat pertamanya. Ternyata,..

"Duitnya, Pak?" tanya Pak Habibie setelah nampak menerima alasan penunjukan beliau.

Di sinilah titik balik alur pikiranku. Dari semula yang sangat bersemangat dan bangga dengan apa yang sudah diperbuat Pak Habibie, menjadi sebuah kemirisan.

Sebuah realita yang tak terbantahkan. Benar bahwa dulu Pak Harto bahkan pernah bilang, "Kamu buat apapun, terserah, saya akan mendukung. Bikin kapal, pesawat, kereta api, atau apapun." Namun realita sekarang, membuat para pelaku industri strategis menangis. Para ilmuwan pun kabur karena ga ada dana riset dan lapangan pengabdian. IPTEK di Indonesia jalan di tempat. Hilmi Fauzi bilang, industri ini sudah seperti zombie, it's dying.

Apa yang membuat saya miris adalah, ketika itu, ya di malam itu Pak Habibie begitu bersemangat. Menjelaskan panjang lebar dengan berapi-api tentang cerita itu. Saat CN 250 akhirnya terbang perdana tanggal 10 Agustus 1995, sebagai sebuah hadiah bagi Indonesia... Sebagai sebuah pesawat pertama yang menggunakan teknologi fly by wire di dunia. IPTN sebagai sebuah perusahaan pertama dan satu-satunya, yang memproduksi semua komponen pesawatnya. Dan semua ini, hasil dari orang-orang Indonesia. Kita mampu!

Hampir semua yang ada di ACC tertegun bangga saat film itu diputar. Bagaimana pesawat bernama Gatotkaca itu terbang tinggi dan bermanuver. Kemudian mendarat dengan sempurna. Tapi tak banyak yang ingat, bahwa tanggal itu adalah tahun 1995. Lima Belas tahun yang lalu Bung!! Dan sekarang? Hm.. Wajah itu terlihat bersemangat. Tapi aku yakin, dalam hati beliau bersedih. Melepaskan IPTN dan meninggalkan Indonesia.

Pertanyaan itu berputar-putar dalam kepalaku. Hingga, hampir-hampir aku tak terlalu memperhatikan apa yang beliau sampaikan. Terlebih karena suara beliau yang kadang kurang jelas, tercampur dengan logat Germany-nya yang kental. Maka ketika sesi pertanyaan dibuka, aku segera angkat tangan. Berharap Pak Fachir bakal menunjukku. Tapi ternyata tidak. Aku harus membawa pulang pertanyaan-pertanyaan itu sampai di kamar.

Satu-satunya kalimat semangat yang ku ingat adalah, "you perform!" Semua itu karena perform. Bukan ngomong doang. Bukan polemik. Apalagi tawar menawar politik.

Sambil membawa ratusan - lebay dikit, - pertanyaan, aku pulang ke sekretariat. Sengaja aku jalan dari mahattah gami' menuju KSW dengan jalan kaki. Sambil menikmati malam dan membawa terbang angan-angan.

Sampai kemudian saat tiba di kamar, temenku lagi nyetel film Kunfu Panda 2. Aku pun jadi asyik duduk. Sedikit lupa dengan pertanyaan tadi. Hingga ketika sampai di suatu adegan, saat Po terkena tembakan meriam si Peacock. Po terjebak dan tak mampu menghindar. Terlebih karena ketika itu ia harus bertarung dengan masa lalu. Sebuah pertanyaan, "who am I?".

Po kemudian terbangun di sebuah desa di mana ia berasal. Ia dirawat the Soothsayer, sang kambing peramal di gubuk itu. Saat melihat boneka kecil miliknya yang telah lama tak bersua, ia pun terbawa ke alam inner peace. Kemudian mulai bergerak gemulai khas selingkung kungfunya, softcore. Saat mengalir bersama embun di tubuhnya, the Old Goat berbicara pelan padanya, "Stop fighting. Let it flow.. "

Aku tertegun dengan kalimat ini. Stop fighting. Hm... iya. Ternyata banyak dari kita, lebih sering bertarung dengan masa lalu. Menyalahkan apa yang sudah terjadi. Kesalahan kita. Kesalahan orang. Kedzaliman mereka. Ketidak-aturan di dunia. Keserakahan negara-negara kapitalis. Dan yang lebih menyesakkan adalah, para korporasi besar yang membuat negara ini jajahan oportunis! Termasuk saat melihat diriku. Ku lihat di sana sebuah pertarungan tak pernah usai. Antara memori dan masa kini.

Stop fighting dude,..

Berhentilah bertarung dan menyalahkan masa lalumu. Ia tak kan berubah. Kau juga tak kan pernah menang. Tapi yang pasti engkau akan semakin terluka. Berdamailah.. terima masa lalumu dan maafkan realita dirimu.

Let it flow..

"The only thing that matters is what you choose to be now.”

Terima kasih Pak Habibie. Semangat dan pesan Bapak akan selalu kami ingat. Ketegaranmu berdamai dengan masa lalu, tampak sekali dengan suara lantang itu. Melihat IPTN pelan-pelan mati seharusnya benar-benar menyakitkan untuk Bapak. Tapi bukan itu, bukan itu yang engkau bagikan kepada kami. Bukan rasa sakit. Tapi semangat untuk memilih, what ought we choose to be now!

--------------------------
 Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Sabtu, Juli 09, 2011

Pengumuman Calon Mahasiswa Al Azhar Mesir 2011-2012

PENGUMUMAN
Nomor : Dj.I/Dt.I.IV/4/HM.00/1206/2011


Berkaitan dengan seleksi calon mahasiswa baru dari Indonesia ke Universitas Al-Azhar Mesir tahun akademik 2011-2012, dengan ini disampaikan bahwa :

1. Sejak tahun 2011 Al-Azhar mewajibkan bahwa semua ijazah Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren yang telah mu'adalah harus diperbaharui kembali sebagai syarat untuk studi ke Universitas Al-Azhar.
2. Namun dikarenakan pengurusan mu'adalah ijazah dimaksud membutuhkan waktu sekitar 3 atau 4 bulan, maka Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama memutuskan pada tahun 2011 ini tidak melakukan seleksi mahasiswa baru ke Univ. Al-Azhar. Keputusan ini diambil sampai ada ketentuan lebih lanjut.

Demikian pengumuman ini, harap maklum adanya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.



Jakarta, 23 Juni 2011

An. Direktur Jenderal
Direktur Pendidikan Tinggi Islam

Ttd.

Prof. Dr. H. Machasin, MA
NIP. 19561013 198103 1 003


Tembusan :
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (sebagai laporan)
-----

Sumber: http://www.diterptais.net


--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Rabu, Juli 06, 2011

Google Plus

Beberapa hari yang lalu, nyobain Google Plus setelah diinvite sama kawan2 di Grup Facebook Shakira. Pertama kali nyoba, udah excited duluan.... Google Plus ini emang jadi tool utama Google buat nyaingin Facebook. Ini setelah melihat kenyataan bahwa Soc-Med emang pasar yang sangat besar.. dan sayangnya, hingga saat ini, Google masih mati kutu ngedenger nama Facebook, sang Raja Soc-Med.

Faktanya mungkin emang, bahwa untuk Search Engine, Google masih teratas.. bukan karena trik marketing, tapi karena kualitasnya. Akan tetapi, apa orang akan melulu nongkrongin search engine? Dari data yang bertebaran menunukkan bahwa social media adalah tempat paling lama buat para netter nongkrongin komputernya. Dan benar saja, akhirnya Facebook udah ngalahin Google soal lama waktu penggunanya. Ga heran, dari sejak dulu Google sudah mulai ngincar platform social media. Tapi sayang, Buzz dan Wave sama sekali ga berfungsi. Mati ditelan waktu..

Sampai kemudian Google meluncurkan Google +, dengan ide utamanya adalah Privacy, yang ditunjukkan dengan circle concept-nya. Bagaimana kita hanya akan berbagi hal yang tepat kepada orang yang kita anggap tepat! Permasalahan terpenting Facebook adalah, ketika kita pencet tombol share, sangat sulit bagi kita untuk menentukan, apakah orang yang akan membaca apa yang kita bagikan itu sudah sesuai?

Kita tahu dan sadar, bahwa dalam dunia nyata, kita punya tingkatan relationship yang berbeda-beda dengan teman-teman kita. Ada yang akrab, sehingga bahkan kita bebas mencaci mereka.. karena kita tahu, we are joking! Tapi tentu, joking tersebut akan terlihat nerd dan aneh kalau ada orang di luar lingkaran kita yang mengetahuinya.. Dan inilah masalahnya di Facebook. Dari yang kuingat, pernah beberapa kasus aku ngalamin hal seperti ini.. :hammer:

Tapi dengan Google Plus, semuanya aman.. setiap dari relationship kita, akan mendapatkan porsi sesuai dan menu yang pas dengan hubungan kita dengan mereka, this is what they called, CIRCLE. :)

Selain itu, integrasinya dengan fasilitas Google yang lain, akan bikin kita betah nongkrongin GPlus sambil baca email, nulis di docs, dan baca GReader.

Jangan lupa, fasilitas Hangouts sama Huddle-nya yang keren abiz... :D

Tapi sebelum sign in atau minta invite, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, ini note dari Mbah Google:

Before you ask anyone for a Google plus invite, here are the two things you should know:

1. Google Plus works only with Google accounts that have an active Google profile. If you haven’ t created your Google profile yet, you won’t be able to sign up for Google Plus.
2. Only regular Gmail accounts are supported and you can’ t use your Google apps account to setup a Google Plus profile.

Susah masuk, coba perbaiki dulu Google Profiles Anda; http://profiles.google.com/

Buat Androiders; donlot aplikasinya di sini: Google Plus.apk
And jangan lupa, CIRCLE me ok.. neilhoja

--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."