Sabtu, Desember 17, 2011

Mencintaimu Karena Allah itu..

speechless.. sekedar renungan untuk diri sendiri..

"cinta, sebagaimana perbuatan manusia lainnya membutuhkan pondasi. dan pondasi terkuat untuk sebuah alasan adalah Allah. lalu, pernahkah kau bertanya, untuk alasan apa engkau mencintainya..?"

-------
Wahai diri..
Jika memang kau mencintainya karena Allah
Cintailah dia dengan cara yang benar
Cintailah dia pada saat yang tepat

Ya Robb..
Aku tak akan memaksakan diri hanya untuk sebuah perasaan

Ya Robb..
Jika dia memang jiwa yang telah Kau pilihkan untukku, berikanlah kami jalan dan petunjuk
Jika dia memang takdir bagi ku, pantaskanlah dia untuku dan pantaskanlah diriku untuknya


Ya Robb..
Aku memilihnya karena sebuah keyakinan
Aku terima seluruh kelebihan dan kekurangannya
Aku terima seluruh luka dan bahagia yang menyertai hidupnya
Aku terima dirinya dengan seluruh apa yang telah Engkau berikan untuknya

Ya Robb..
Jika ada dua pilihan dan diantaranya adalah dia, tentu aku akan memilihnya
Jika ada sepuluh pilhan dan diantaranya adalah dia, tentu aku akan memilihnya
Jika ada seratus pilihan dan diantaranya adalah dia, tentu aku akan memilihnya
Dan jika hanya ada satu pilihan, dan tidak ada dia dalam pilihan itu…
Maka aku pun akan menerimanya sebagai pemberian terbaik dari Mu…
Aku tidak akan memaksakan diriku untuk memilihnya
Karena Engkaulah yang Maha Mengetahui
Karena Engkaulah yang Menciptakanku
Karena Engkaulah yang Memelihara diriku

Ya Robb…
Jika dengan menutup cinta ini yang menjadikan Mu Ridhlo kepadaku
Jika dengan mengorbankan perasaan ini Engkau menyelamatkanku
Di saat manusia tergelincir dari jalan-Mu
Maka aku serahkan cinta ini untuk Mu..
Sebagai wujud bakti ku pada Mu
Sebagai wujud syukurku pada Mu

Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi ‘ala Diinika..
Aku yakin bahwa tidak ada Ketetapan Mu yang salah
Aku yakin bahwa semua Kehendak Mu sangat terukur
Buatlah aku mencintai pilihan yang Kau berikan
Buatlah aku setia pada pilihan yang Kau berikan
Buatlah aku menyayangi pada pilihan yang Kau amanahkan

Ya Robb..
Dengan segala Kekuasaan Mu
Dengan segala Kekuatan Mu
Dengan segala Keagungan Mu
Hamba mohon pada Mu,
Kuatkanlah hati ini saat ketetapan Mu membuat hati ini terasa sempit
Tenangkanlah hati ini saat ketetapan Mu membuat hati ini terasa berat
Sesungguhnya hanya dengan PertolonganMu, diri ini bisa menjalani semua ketentuanMu.

Ya Robb buatlah diriku mencintai Mu lebih dari segala makhluk yang telah Engkau Ciptakan
Ya Robb buatlah diriku mencintai Rosululloh, karena Engkau pun mencintainya(Rosululloh)
Inilah isi hatiku, inilah harapanku, inilah keyakinanku…
Aku tidak hanya mencintaimu..
Tapi aku ingin mencintaimu karena Allah
Aku ingin mencintaimu dengan cara yang benar
Aku ingin Alloh Ridhlo dengan cinta ini
Tak usah khwatir jika engkau adalah Qudrah dan Irodah Nya
Karena semuanya pasti akan terwujud, hanya waktu yang akan menjadi saksi kekuasaan Nya
Tak usah memaksakan jika dia memang bukan untuk diriku
Karena pasti aku bukan yang terbaik untuk mu

Sehebat apapun cinta ini…
Tidak akan pernah bisa menyelamatkan kita, saat matahari hanya satu hasta di atas ubun2 kita
Karena yang terbaik adalah…
Kita menjaga perasaan dan keyakinan ini dengan sebersih-bersih ketauhidan
Kita diwafatkan bersama hamba-hamba yang berbakti
Hamba-hamba yang mengorbankan sesuatu yang paling dicintainya untuk Tuhan nya
Semoga Allah mempertemukan kita kembali disatu tempat
Dimana para abid melihat Robb-nya dengan penuh keridhloan dan kebahagiaan
Kulakukan semua ini, karena aku mencintaimu karena Allah swt
Aamiin..


Sumber: Facebook
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Sabtu, Desember 10, 2011

Istri Salehah

Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.
Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah…
Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.
Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..
Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.
Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.
***
Suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi ?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya…

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.
Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.
***
“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…
Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.
Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.
“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”
“Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.
Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.
“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”
“Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.
Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”
“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.
“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”
“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”
”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.
***
Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.
“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.
Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.
Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.
“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”
Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…
Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.
“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.” “Subhanalloh…”

Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits

“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).
***
“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.
Subhanallah…

sumber: puarman.blogspot.com
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Rabu, Desember 07, 2011

Syahadat dan Kemanusiaan

Terus terang saya malu sekali karena dia tak punya alasan untuk mengagumi saya. Syahadat usia dini tidak mengarahkan saya menjadi humanis yang berarti. Sewaktu saya tanya tentang inti filosofinya, Samanta hanya menjawab, ”Untuk membahagiakan orang lain.” Sebuah filosofi yang melawan sifat mementingkan diri sendiri. Demikian buya Safie Maarif bertutur dalam tulisannya di Kompas. Ungkapan itu disampaikannya kepada Dr Achyuta Samanta yang dikenal sebagai the Poorest of the Poor, Nabi kaum miskin dari yang termiskin. Semua tahu bahwa buya Safie Maarif mantan ketua Umum Muhammadiah yang dikenal Ormas terbesar di Indonesia yang mengabdikan diri untuk kemanusiaan dibidang pendidikan, kesehatan, panti asuhan. Namun bagaimanapun kehebatan gerakan Muhammadiah tetap membuat Safie Maarif menaruh hormat dan merasa rendah dihadapan pejuang kemanusiaan Dr Achyuta Samanta.

Betapa tidak? Achyuta Samanta, menggeluti perjuangan selama 20 tahun untuk orang miskin diantara yang miskin itu. Dia melepaskan jabatan dosen dan menggunakan ilmunya untuk berbaur dengan orang mskin dan berbuat untuk mereka. Selama dua puluh tahun, dia berhasil membuat project bernilai ratusan juta dollar , bukan untuk dirinya dan tidak diwariskan kepada keluarganya, tapi untuk orang miksin. Sikap dan perbuatannya menyatu dengan pribadinya yang rendah hati, Demikian yang dirasakan oleh Buya Safie Maarif ketika kali pertama bertemu dengan Dr Achyuta Samanta di kota Bhubaneswar, Negara Bagian Orissa, India. Dia memang panta disebut sebagai pejuang pembebas dari ketertindasan: kasta, ekonomi, pendidikan, sosial, dan politik.

Begitu banyak contoh perjuang kemanusiaan yang legendaries dibumi ini, termasuk kisah Madam Teresa yang mengabdikan hidupnya bersama rakyat duapa di pusat kota Bombai. Yang dari kelompok kaya , yang ikut berkorban untuk orang miskin kita bisa lihat seperti Angelina Jolie yang mengabdikan populartisnya sebagai artis untuk membantu rakyat teraniaya akibat perang. Menjadi duta keliling bagi UNHCR. Bukan hanya dari kegiatan melepas harta dan waktunya untuk orang miskin tapi juga membagi jiwanya dengan mengadopsi anak anak yang terlantar dari Negara miskin. Walau hanya empat anak namun itu sudah menjadi repliksi betapa dia dekat dengan orang miskin. Juga ada Bill Gate dan Warren Baffet super kaya dari AS yang menghibahkan miliaran dollar bagi program kemanusiaan yayasan yang didirikannya.

Tentu di Indonesia atau umat islam dibelahan dunia lain, juga berbuat hal yang sama untuk kemanusiaan walau tidak diberitakan secara luas. Namun ada juga kita melihat kenyataan yang kadang membua kita miris. Bahwa bukan rahasia lagi bila banyak pengurus Ormas social entah itu Pendidikan seperti Ponpes, Panti Asuhan, Kesehatan, bahkan Dai yang sering berkotbah didepan kamera televise, hidup mereka bergelimang dengan kemewahan. Kegiatan social dibuatnya dan pada waktu bersama mereka juga menumpang hidup dari kegiatan social itu. Bahkan ada yang hidup makmur karena itu. Kalau mereka popular sebagai Dai maka apapun dikomersialkan , termasuk menulis buku, mendapatkan fee dari program umroh bersama Dai. Kalau mereka aktifis politik utuk syiar islam, maka lihatlah gaya mereka ketika terpilih sebagai anggota dewan atau Menteri. Sangat jauh dari gaya orang miskin. Bahkan Partainya memilih hotel termewah didunia sebagai tempat Muktamar.

Begitu banyak contoh orang yang bukan muslim yang menjadi pejuang kemanusiaan bagi simiskin. Ada mereka yang memang tak berharta namun mewakafkan umur dna keahliannya bagi simiskin. Ada mereka yang memang diberkati harta berlebih karena profesi atau bisnisnya namun tidak hidup bermewah dengan itu kecuali merasa puas ketika mereka melepas hartanya bagi program kemanusiaan. Bagi saya, mereka semua itu adalah cobaan bagi orang muslim. Suatu pembelajaran yang dibentangkan Allah dihadapan kita bagaimana ruh kasih sayang Allah itu tampil kepermukaan, walau lewat orang yang tidak bersahadat. Jangan sampai keberadaan mereka membuat kita mencibir dengan berkata untuk apa pengorbanan mereka , toh mereka tidak beriman kepada Allah maka amalan itu akan terbang. Tapi pada waktu bersamaan kita yang mengaku bersahadat lupa akan makna sahadat. Lupa makna cinta dan kasih sayang.

Lupa bahwa Allah itu dekat dengan orang miskin dan yang dizolimi. Tidak kita temukan Allah di Mesjid mewah, TIdak kita temukan Allah di acara Zikir akbar. Allah ada bersama mereka yang miskin dan terlupakan oleh orang orang yang berada. Kalau ingin mencari Allah maka temuilah fakir miskin, anak yatim dan piatu, orang yang terjerat hutang, orang terzolimi. Bantulah mereka karena kita yang berlebih telah ditakdirkan menjadi wakil Allah untuk menegakkan keadilan bagi mereka yang duafa harta maupun ilmu. Setidaknya mulailah berpikir dan besikap seperti ungkapan Samanta " Untuk membahagiakan orang lain"

Tulisan asli dari Pak Jeli

--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Sabtu, Desember 03, 2011

26 Syukur yang Undefined

Tak terasa, waktu berjalan begitu cepatnya. Tiba-tiba saat aku berhenti sejenak hari ini, ini adalah hari di mana aku telah berpacu selama 26 tahun lamanya. Sebuah waktu yang tidak sebentar, tapi juga bukan waktu yang cukup lama.

Waktu yang tidak sebentar untuk mempelajari arti hidup ini. Juga waktu yang tidak sedikit telah kuhabiskan tanpa perjuangan dan hasil yang berarti. Pun waktu yang tidak sedikit untuk mengisi penuh kantong-kantong amal saleh ku. Dan bukan waktu yang sebentar untuk merenungi, apa yang sudah kuberikan untuk mereka yang selalu menyayangiku... Bukan waktu yang sebentar, brad.. tapi kenapa hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali yang sudah kau perbuat selama ini?

Karena parameter waktu, sangatlah relatif dan tidak pasti.

26 tahun, seperembat abad lebih sedikit.. juga bukan waktu yang cukup lama untuk merasa sudah dewasa. Juga bukan waktu yang cukup lama untuk menganggap semua sudah selesai.. Bukan waktu yang cukup lama untuk untuk merasa cukup dengan amal yang kau perbuat. Pun bukan waktu yang cukup lama untuk merasa bahwa kau sudah di atas segalanya..

Karena, parameter merasa.. hampir selalu salah.

Maka tidak ada yang bisa ku lakukan sekarang untuk menambahi kekurangan-kekurangan di atas, kecuali dengan mensyukuri-nya. Syukur bukanlah asal nerimo. Tapi syukur adalah sikap "berterima kasih dan memuji untuk apa yang telah diberi, dengan jalan mempergunakan sebaik mungkin pemberian tersebut sesuai dengan harapan sang pemberi.."

26 tahun sudah nama-ku selalu mengingatkan untuk senantiasa bersyukur, nailunni'am.. yang berarti, memperoleh kenikmatan. Dan dalam setiap khutbah pula seringkali "namaku" disebut, "ala ni'ami Allah..", maka tak heran bila aku lebih memilih menjadi hamba-Nya yang bersyukur "dibanding" menjadi hamba-Nya yang bersabar. Sebagaimana sabda Rasulullah, "orang kaya yang bersyukur lebih dicintai Allah dibanding orang miskin yang bersabar.."

Maka, izinkanlah saya pribadi berucap rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada semua individu yang telah begitu banyak membantuku dalam banyak hal. Tanpa kalian, aku bukanlah apa-apa. Tanpa kalian, aku tidak akan jadi seperti sekarang ini.. dan mereka itu semua adalah guruku;


  1. dalam memahami hakikat kehidupan; Bapak dan Ibu, Pak Dhe dan Bu Dhe.. .. kemudian juga Pak Erizeli Bandaro dan Om Dedy.. 
  2. dalam hal khazanah ilmu dan akhlak; Para bilih sepuh Pak Yai Subki, Abah Hasanuddin, Pak Yai Khozin, Ust. Syukri, Ust. Badri, Ust. Hasan, Ust. Syarif Abadi dan Ust. Suharto, dan para Asatidz lain di Gontor 2, 1 dan 3, Bu Dewi, Pak Ris, Pak Sukad, Bu Nada, Bu Khur,... dll di TK2, SDI, Pak Syakur, Pak Ali, Bu Dewi, Pak Wahyu dll di SLTPN2, dan tentu saja para Masyayikh Azhar, Dr. Mu'thi Bayumi, Syekh Yusri, Syekh Ali Jum'ah, Syekh Yusuf Qardhawi, Syekh Ramadhan Bhuti, Syekh Wahbah Zuhaily, dll... Pak Agus Mustofa beserta Ibu, 
  3. dalam hal hati, cinta dan maturity; ada Mba Ida, Rie, Ka Ain, Adel, Imun, Unyi, Pus Miaw, De Puput, Wulan, Ty, Yanita, De Shinta, De Gina, dadah, qq, Defi.. Budi Ahda, Angga, Faiq, Mujib, Gus Yusron, Saepannur..
  4. dalam persoalan muamalah, persahabatan dan humanism,.. Jamiat, Bayu, Dani, Sepri, Udel, Arip, Mondol, Cepy, Farid, Iqbal Huda, Topan, Hendrik, Yasin, dan semua cs SD, SMP dan kampoeng Wayang.. hehe. Juga sohib-sohib Marhalah Blitzer, Sapdal, Sukhoy, Harda, Iqbal Faishol, Samsul-ani, Rizka H, Prayitno, Jamil.. ikhwan2 Forum dan Tunis, A'do fushul B, para OESAMA; Kakek, Marix, dst, anak2 Rouva Kang Husen Kang Sabar, Kang Daus, dst.. dan Manbaul Falah.. juga anak2 Nozha, Redong, Beler, Mughits, Ma'mun, Ipenk, Muwafik, buset dah banyak banget.. :D -perasaan masih banyak yang kelewatan... maaph2.. :(
  5. terakhir (dianggap terakhir maksudnya, meski masih banyak daftar list-nya); temen-temen diskusan yang begitu banyak menyumbang ilmu,.. kawan2 di kajian SIT, Mujib, Angga, Fadlan, Nurdin, dll.. di kajian Nun Center, Sadzali, Jauhar, dll... dan kajian PAKEIS... ust. Ghazali, teh Yuli, ust. Jamal, ust. Najib, Rois, Adel, Copen, Hasbullah, Asmopur, Rifqi, Syakur, ibu Respati, dll... juga di Politikana.com, Mbahel, Kang Galih, Edwin, Striding Cloud, kang Olas, Emina, Isma, Nurma, dll.. Kaskuser, Facebooker, Irfan, kang Army, Surani, kang Irfan, Asep, pak Adrian, prof Ma'rufin, kang Riza, pak Wahyu, mastah Oxy, mastah frogy, mastah Kuya.. dll.. 

ya Allah banyak banget.. itu aja masih banyak yang kelewatan.. emang bener-bener undefined,..

dan yang paling besar syukurku adalah kepada-Mu ya Allah.. yang telah menghadirkan mereka-mereka dalam kehidupanku. 'La ilaha illa Anta, subhanaka inni kuntu min azh-zhalimin...' :(


--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Selasa, November 29, 2011

Renungan Untuk Para Sarjana

Bodoh VS Pintar Ala Bob Sadino

1. Terlalu Banyak Ide -
Orang "pintar" biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai -
Orang "bodoh"biasanya lebih berani dibanding orang "pintar", kenapa ? Karena orang "bodoh"sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang "pintar"telalu banyak pertimbangan.


3. Telalu Pandai Menganalisis -
Sebagian besar orang "pintar"sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang "bodoh"tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses -
Orang"Pintar" merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar -
Orang "Pintar" berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang "bodoh"tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi -
Orang "Pintar"menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang "Bodoh" berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai -
Orang "Pintar" yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri -
Orang "Pintar"berpikir "aku pasti bisa mengerjakan semuanya", sedangkan orang "bodoh" menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan -
Orang "Pintar" menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang "bodoh" berpikir simple, "yang penting produknya terjual".

10. Tidak Fokus -
Orang "Pintar" sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang "bodoh"tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen -
Orang "Pintar" sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke
berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang"bodoh"?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -
Orang "bodoh" kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka
tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang "pintar" sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas -
Orang "Pintar" dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang "bodoh"mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Pioritas -
Orang "Pintar" sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang "Bodoh"? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas -
Banyak orang "Bodoh" yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang "Pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Mencampur adukan Keuangan -
Seorang "pintar" sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah -
Orang "Pintar" merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang "Bodoh" seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

sumber: Irwan Masduqi
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Sabtu, November 12, 2011

Maaf



gelung cincin ini masih terpasang erat
melepasnya,
mengendurkannya,..
ingin sebenarnya membuat jemari tangan ini sedikit bernapas

tapi ahr... rasanya ga bisa
hati ini terikat kuat
melepasnya, sama saja melepaskan separuh jiwa

aku pun terlelap, dengan gelung cincin itu
masih melingkar di jari manis kanan
berat tuk menggenggamnya,
lebih berat lagi buat melepasnya

semua bermula saat kata maaf tak kunjung bertuah jawaban
jangankan berucap maaf,
tuk mengerti kenapa harus meminta maaf pun tak terpikir sebelumnya
sampai kemudian sebuah cerita,
sadarkan khilafku

ingin rasanya kembali ke masa lalu
mengulang kembali renda-renda yang sempat terangkai
kembali menata puzzle demi puzzle

tentang arti hidup
tentang arti bahagia
dan tentang arti cinta..

tapi apa daya..
manusia seringkali khilaf
dan kembali ke masa lalu adalah hal paling mustahil
sementara penyesalan adalah penyakit hati paling menyakitkan

hingga sebuah khutbah Jum'at mengingatkanku,
"sesungguhnya malaikat, merasakan sakit sebagaimana manusia merasakannya.."
malaikat juga tak senang bila ada orang, membuat orang di sekitarnya merasa terganggu
dan hilanglah rahmat bersama perginya sang malaikat
degh!

maaf,... maaf.. dan maaf..
kata-kata itu terus berputar dalam perjalanan hari selanjutnya
meski begitu, keinginan menata ulang sang puzzle juga tak berkurang

dan lalu hari ini, sebuah majlis di masjid Azhar
Syekh Yusri menegaskan
sesungguhnya perlakukanlah manusia,
sebagaimana engkau ingin agar Allah memperlakukanmu seperti itu
bersikaplah lembut, bila engkau ingin Allah lembut pula kepadamu
dan bersikaplah pemaaf, bila engkau ingin Allah juga pengampun atas dosa-dosamu..

meski benar, bahwa aku ingin mencintai hanya karena-Mu
tapi jalan menuju ke sana tak semudah itu
maka, maafkanlah..
dan bersikaplah bijaksana

aku pun tak tahu lagi, bagaimana Engkau akan memberiku takdir
yang aku tahu, segala yang Engkau berikan adalah ujian untukku

aku pun menutup mata siang itu, dengan doa sederhana

"duhai Allah, jika hal ini adalah baik bagiku, agamaku, dan hidupku..
maka mudahkanlah dan takdirkanlah untukku
namun bila hal ini buruk untukku, agamaku dan hidupku
maka jauhkanlah hal itu dariku dan jauhkanlah aku darinya..

maka berikanlah aku takdir yang baik dari-Mu
kemudian berilah aku keridhaan atas keputusan-Mu itu"

maafkan aku ya, bunda.

#sore yang melelahkan, di atas pembaringan, Nasr City, Cairo 2011
 
--------------------------
 Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Kamis, November 10, 2011

Labyrinth of Mind


Start sinking in the labyrinth of mind..
do not know nor do understand why..

It really hurt so much, Dear
when we can't understand something we want to understand

And yea,.. lagi-lagi harus ku akui, bahwa otak ini terlalu lemah. Bahkan untuk sesuatu yang mungkin sudah akrab kita kenal. Otakku tiba-tiba kelu. Pengen menuliskan, dan merangkai kegelisahan ini dalam kata-kata pun tak mampu.

Aku adalah orang yang sangat logis. Bahkan hampir ga bisa berpikir kalau tidak ada alurnya. But meskipun rasional, aku bukan orang yang menolak keberadaan alam ghaib, atau fenomena-fenomena di sana. Karena buatku, dan sejauh pengetahuanku, mereka sangatlah masuk akal. Atau lebih tepatnya, masuk akal, bahwa mereka tidak bisa dijangkau oleh akal.

Mungkin temen-temen di facebook sempat melihat sekilas gimana perdebatan dan diskusi yang ku jalani dengan para atheist. Ga tanggung-tanggung, selama seharian aku bisa kuat nongkrong di depan laptop.. Makan sekedarnya, dan ga beranjak kecuali untuk sholat dan ke kamar kecil.

Beberapa temen sempet menyebut, diskusi yang berjalan sangat menarik. Tapi itu sebelum terjadi debat kusir, khususnya di page Ateis Indonesia. Namun di page yang lain, Anda Bertanya Ateis Menjawab, diskusi yang berjalan tetap damai.. dan bahkan memberi banyak pengetahuan.

Setiap pertanyaan dari para ateis, berhasil aku jawab dengan memuaskan -menurutku, salah satu buktinya, mereka ga membalas jawaban itu lagi. Hingga, dari yang awalnya ada sekitar 5-6 orang atheist yang 'keroyokan' menyerang, akhirnya sampai hari ini, hanya tertinggal 1 orang. Itu pun sudah 24 jam ini, belum dibalas lagi.

Salah seorang atheist itu pun menyebutku, sebagai seorang penanya yang paling 'wah'! But, I'd rather not to be called with that. Aku bilang padanya, apa yang aku tanyakan dan jawaban yang aku utarakan, semuanya hanyalah translasi dari kitab suci yang aku pelajari. So, it's merely based on a Book.

Memang ku akui, diri ini adalah seorang pemikir. Mungkin sudah beberapa kali ku sebut di blog ini. Maka ga heran, bila sesuatu yang sangat menggangguku bukanlah ketiadaan uang, atau ga bisa makan hari ini, atau apa kerjaanku hari ini,.. tapi yang sangat menggangguku adalah, 'sebuah pertanyaan yang aku ga bisa/ belum bisa nemuin jawabannya..'

Terjebak dalam labyrinth of mind..

Sama seperti sore ini. Ketika tiba-tiba aku harus nemuin realita yang kelu, kesel dan menyesakkan. Yaitu, menerima kenyataan bahwa akal-ku tak bisa berfungsi. Why?.... rrrrr...

Kata seorang temenku, "kamu ini orangnya sangat pengertian. tapi harus ada syaratnya, yaitu kamu harus tahu, apa alasan di balik itu. dan kamu ga bisa ngertiin orang, hanya dari bahasa tubuh mereka.. itulah kelemahanmu".

Maka, ketika diharuskan menjelaskan bagaimana lika-liku jiwa, emosi dan rasa, hati dan akalku pun kelu dibuatnya. And start sinking deeply...

And so, this is happen again. Aku selalu bilang, give me a word.., tapi saat mereka menolak, lalu apa daya? Ga ngerti harus nyalahin siapa..

Pesan Pak Jeli tadi pagi, menjadi pemimpin itu harus tegas. Semakin sedikit pemimpin bicara, semakin baik. Semua harus dilaksanakan sesuai SOP (standard operating procedure), sekali saja ia di bypassed.. maka semua akan kacau. Dan di sinilah tugas pemimpin untuk mengontrol dan memastikan semua berjalan sesuai dengan sistem, sesuai dengan SOP.

Dan lalu, bagaimana bila suatu ketika, SOP harus dilanggar? Seorang pemimpin harus segera mengambil keputusan dengan cepat, dan lalu memberikan pemahaman kepada bawahannya. Bisa lewat musyawarah, bisa lewat komunikasi persuasif..  itulah tugas pemimpin, menyatukan jiwa-jiwa dan emosi yang berada di bawahnya.

And so do this matter..

Hanya kepada-Mu ya Allah aku berharap, agar melembutkan hati-hati kami.. Maafkan hamba-Mu, bila sudah terlalu sering membuat-Mu cemburu dan kecewa..

Duhai Allah, sesungguhnya aku meminta diberikan petunjuk yang terbaik sesuai Ilmu-Mu, dan aku minta diberikan kekuatan dengan bantuan qudrah-Mu, dan sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dari kemuliaan-Mu yang Maha Agung..

Semoga esok, 'mentari' kan bersinar lagi.. dan menuntunku keluar, dari gelapnya labirin ini. Semoga. Amin99x ya Allah..

I'm sorry..


#mendekap gelisah di balik selimut, winter @Cairo, 2011.
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Negara Islam di Mata Agus Mustofa



JAWA POS - PERBINCANGAN seputar Islam dan negara hampir selalu menarik untuk diangkat. Tak saja karena ia bersinggungan secara ideologis dengan 1,57 miliar pemeluknya di seluruh dunia, tetapi juga bisa menimbulkan konflik bahkan disintegrasi dan perang yang tak berkesudahan. Perbedaan pendapat dalam masalah itu bukan saja perbedaan yang paling pertama terjadi di kalangan umat Islam, tapi juga perbedaan yang paling ''rawan'' dan paling sering memakan korban.

Realita itulah yang bahkan bisa kita lihat sejak masa-masa awal Islam, tepatnya setelah Rasulullah wafat. Perang Jamal adalah perang internal pertama umat Islam. Perang itu pun terjadi karena perbedaan pendapat dalam soal kebijakan pemerintah. Siti Aisyah ketika itu mengangkat senjata kepada Ali. Siti Aisyah, Talhah, dan Zubair menghendaki persoalan pembunuhan Usman diselesaikan
secepatnya. Sementara itu, Ali yang sudah dibaiat sebagian sahabat merasa kondisi yang masih kacau belum memungkinkan untuk pelaksanaan qishas. Hingga kemudian terjadilah perang Jamal tersebut.

Adapun dalam kaitannya dengan realitas kekinian, Agus Mustofa dalam bukunya ini mencoba bertanya, ''Manakah menurut Anda negara Islam yang paling islami: Arab Saudi, Iran, Iraq, Mesir, Sudan, Afghanistan, Jordania, Pakistan, Malaysia, ataukah Brunei Darussalam?''

Sebuah pertanyaan sederhana namun tak mudah untuk dijawab. Ketika kita menyodorkan Arab Saudi yang menerapkan syariah Islam, ternyata di sana masih ada kebijakan yang mengekang wanita. Di sana, kita juga mendapati bentuk pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Padahal, kita tahu bahwa Rasulullah selaku pemimpin negara Madinah ketika itu tidaklah disebut sebagai raja dan tidak mewariskan tampuk kepemimpinan kepada kerabatnya. Tidak juga Abu Bakar, Umar, Ustman, maupun Ali.

Demikian juga ketika kita berbicara tentang Mesir, Prof Dr Rafaat -anggota Komisi Fikih dan Fatwa Majma' al-Buhuts al-Islamiyyah Mesir- dengan tegas menyatakan bahwa sebenarnya masyarakat Mesir sangatlah dekat dengan ulama. Namun, juga tak bisa dimungkiri bahwa bentuk resmi negara Mesir adalah negara sekuler.

Lantas, bagaimana sebenarnya bentuk negara yang islami itu?

Perbedaan-perbedaan bentuk pemerintahan ''islami'' di negara berpenduduk muslim adalah sebuah realitas yang tak terbantahkan. Ada yang tekstualis seperti Arab Saudi, namun ada juga yang substansialis semisal Mesir dan Indonesia. Lalu, di mana posisi Agus Mustofa? ''Buku yang saya tulis ini bukan dalam rangka memperjelas berbagai perbedaan-perbedaan itu, melainkan justru menyodorkan titik temu antara berbagai kalangan dengan harapan mudah-mudahan umat Islam bisa memiliki pandangan yang senada dalam hal ini,'' tulisnya dalam kata pengantar buku ke-27 serial diskusi tasawuf modernnya itu.

Agus Mustofa tidak sedang berdiri di kanan ataupun kiri, tapi dia sedang menawarkan sebuah pandangan alternatif. Hanya, berbeda dengan tulisan-tulisan ilmiah berbobot lain, Agus Mustofa mengemas persoalan paling pelik dalam umat Islam itu menjadi seperti kacang goreng. Renyah, ringan, namun bergizi. Dan, tetap dengan gaya tulisannya yang mampu menyihir para pembaca setianya, sebuah buku bergizi tinggi dengan rasa dialog dan diskusi interaktif. Tak heran, kemudian judul yang diangkatnya adalah sebuah kalimat tanya tanpa tanda tanya, Perlukah Negara Islam.

Agus Mustofa memilah buku tersebut menjadi empat bagian. Dia mengawali buku ini dengan kata pengantar singkat seputar Reformulasi Negara Islam. Bagaimana seharusnya kita melihat realitas perbedaan bentuk negara muslim dan seperti apa sesungguhnya frame work bentuk negara yang islami itu. Dengan harapan, sebelum akhirnya kita bisa memformulasi sebuah jawaban dari pertanyaan, Perlukah Negara Islam, kita bisa mengenal terlebih dahulu alur peta perjalanannya.

Di bagian pertama bangunan pemikirannya, dia mengawalinya dengan ragam potret realitas negara-negara muslim modern. Di sini dia mencoba menyusun puzzle-puzzle pemahaman yang berserakan, terkait apa itu negara Islam. Dengan runtut dia paparkan warna-warni bentuk negara muslim modern. Ada yang bersifat demografis, kerja sama lintas negara semisal OKI (Organisasi Konferensi Islam), hingga persoalan penerapan syariat Islam di berbagai negara berikut kritiknya.

Bagian kedua buku ini membahas bentuk-bentuk pemerintahan masa Islam klasik. Dimulai dengan analisis masa Abbasiyah, kemudian Muawiyah, hingga masa Khulafaurrasyidin. Yang terakhir adalah potret seperti apa negara yang Rasulullah bentuk selama memegang tampuk pemimpin pemerintahan di Madinah.

Sekilas terlihat aneh, ketika Agus Mustofa membangun pemikirannya itu dengan alur mundur. Tapi, keanehan tersebut terjawab ketika kita telah sampai di subjudul terakhir bab ini, yaitu masa pemerintahan Rasulullah. Sebuah masa yang sudah seharusnya kita jadikan sumber rujukan, termasuk dalam usaha reformulasi negara Islam.

Perang dan terorisme menjadi isu utama bagian ketiga dari buku ini. Terorisme dan perang adalah dua isu utama yang sering dibenturkan kepada Islam. Entah sudah berapa ribu tulisan menyoroti isu perang dalam Islam. Hingga kemudian, terpatrilah sebuah premis, Islam disebarkan dengan pedang. Agus Mustofa menjawabnya dengan lincah. Mulai bagaimana sesungguhnya situasi ketika perintah perang itu turun dan apa saja aturan main dalam Islam ketika perang. Islam tidak berperang tanpa alasan dan tidak membunuh hanya karena perbedaan.

Bahasannya soal distorsi makna jihad kembali menjadi bukti baru bahwa perang istilah itu ada dan amat berbahaya. Hasilnya, jihad pun menjadi lekat dengan usaha teror umat Islam dan perang melawan kaum kafir. Padahal, jihad, dalam arti umumnya, bermakna perjuangan dan usaha keras. Sementara dalam Alquran, menurut Agus Mustofa, di antara lima pengertian jihad yang ada, menariknya hanya ada satu yang bermakna perang fisik. Lantas, bagaimana mungkin jihad diartikan hanya dengan satu makna tunggal, yaitu terorisme?

Terakhir, Agus Mustofa menutup bab ''tambahan'' ini dengan kesimpulan tegas bahwa pada saat tertentu tindakan perang pun bisa jadi adalah hal yang sangat rasional, bahkan bagi pencinta kedamaian di mana pun mereka berada. Di bagian akhir buku ini, sampai pulalah kita pada sebuah formulasi negara Islam. Setelah diperbincangkan terlebih dahulu soal gambaran konsep sebuah negara madani hingga akhirnya kita siap memformulasikan jawaban, Perlukah Negara Islam.

Sebagaimana buku-buku Agus Mustofa lain, dia kerap mengangkat tema atau bahkan judul yang sebagian orang bilang kontroversial. Namun, kiranya ada satu hal menarik yang perlu dicatat. Agus Mustofa menulis dan mengangkat judul buku-bukunya tersebut dengan jujur dan bertanggung jawab. Dalam arti, tidak hanya menarik minat pasar dengan bombastisisme judul, tapi dia benar-benar jujur bahwa apa yang dia angkat sebagai judul adalah kesimpulan isi bukunya. Itulah salah satu kekuatan utama buku-bukunya hingga selalu berhasil menjadi best seller di pasaran, selain gaya bahasanya yang ringan dan membumi tentunya. (*)

*) Nailunni'am , mahasiswa Jurusan Tafsir Universitas al-Azhar Mesir dan
Pimpinan Umum Majalah La Tansa IKPM Kairo

Judul Buku: Perlukah Negara Islam

Penulis: Agus Mustofa

Penerbit: Padma Press, Surabaya

Cetakan: I, Juli 2010

Tebal: 272 halaman

Sumber: JawaPos.co.id
Resensi ini terbit pada [ Minggu, 01 Agustus 2010 ] di Jawa Pos

Sabtu, November 05, 2011

Nulis oh Nulis..

Bismillahirrahmanirrahiem..

keyword: motivasi menulis, bagaimana menulis yang baik, tips-tips menulis, membuat tulisan, belajar nulis, susah menulis.. lanjut sendiri ya. :D

Waoew... udah lama sekali ya, ana ga ngepost di blog ini lagi. Terakhir tanggal 20 Agustus kemarin, dan sekarang udah tanggal 5 November. Yaudah daripada berlama-lama ngeluh, mending langsung aja menuliskan apa yang bermanfaat.

Jujur sebenarnya buannyak sekali yang pengen ku tuliskan. Bahkan saking banyaknya, hampir selalu bingung.. mau nulis apa dan mulai dari mana. Itulah kenapa, sejak tanggal itu sampai sekarang aku belum bisa nulis di blog lagi. Kalau nulis dan komen di facebook sih selalu, hahaha.. :D :P

Oke lanjut, .. selain karena kebingungan itu, aku juga dihadapkan banyak kegiatan. Khususnya setelah aku balik lagi ke Cairo setelah 'berliburan' - weeeeks.. bahasanya liburan, kayak orang kaya aja.. hahaha -, selama dua bulan di Indonesia. Sungguh bener-bener petualangan yang sangat luar biasa. Di mana aku nemukan banyak hal dan pelajaran yang sangat bermanfaat.. tentang kuliah, tentang karir, tentang masa depan.. dan tentunya juga tentang apa arti hidup ini. Memahami hidup lebih dekat..

Dan alhamdulillah sekarang aku udah mulai bisa nemukan 'feeling' nulisku yang dulu sempet ilang. Semoga tetap begitu sehingga bisa lebih banyak berbagi, yang tidak saja bermanfaat buat orang lain, tapi juga bisa jadi amal jariyah buatku.. dan kita semua yang menyebarkannya.. insya Allah, amin99x.

Lanjut ke persoalan nulis.. emang bener, begitulah yang selalu dialami oleh para penulis alias author -kekeke, jadi berasa kayak JK Rowling euy - pemula adalah persoalan mood menulis. Kadang pengen nulis, kadang engga. Pas kali ini semangat.. lain waktu jadi males, dsb. Pengen tahu kenapa? Dan bagaimana agar selalu bisa menulis yang tidak saja enak dibaca, dan tentunya bermanfaat? Kali ini aku pengen berbagi soal itu, insya Allah. Yok, menelusur lebih dalam...

1. Menulis adalah skill!

Ini penting sekali kita pahami. Dan harus kita sadari, bahwa menulis itu adalah hasil asahan, sama seperti bidang-bidang skill lainnya. Semakin diasah, semakin tajam.. Jadi, menulis itu bukan saja soal bakat, bukan tiba-tiba seseorang jadi pakar dalam menulis. Tapi adalah soal kemauan kita mengasah skill tersebut.

Memang, tidak semua orang harus pandai menulis. Sama seperti tidak wajibnya, semua orang pandai dalam berkhutbah, mengajar, dst.. dan karenanya, bagi kalian yang merasa ga cocok dengan dunia tulisan, ga usah dipaksain cocok-cocokan. But wait, buat kalian - dan kita sih sebenernya, hehe :P - yang udah pernah nulis di blog, dan kemudian vakum, maka itu bukan salah mood kalian sehingga sampai sekarang ga pinter-pinter juga menulis. Tapi yang bener adalah, salah kalian karena ga disiplin mengasah skill menulis kalian...

Bener bahwa di atas aku bilang, menulis adalah ketika bener-bener ga tahan, bukankah ini adalah mood? Iya bener itu adalah mood. Tapi mood seorang penulis, akan selalu ada.. bukan karena diada-adakan, tapi karena instingnya akan selalu menciptakan itu. Semua realita yang ia lihat, dengar dan rasakan akan menjadi bahan yang sangat asyik ia tuliskan. Dan ketika menulis pun, tidak kemudian gagap.. why? Karena menulis sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dan agar menulis selalu hidup dalam jiwa kita, ia harus selalu disirami.. biar ga layu dan mati. Itulah skill dan kedisiplinan.

Ga usah susah-susah dan banyak-banyak.. cukup mulai dari yang sederhana dan teruskan setiap hari.

2. Tulislah saat engkau benar-benar tidak tahan menuangkannya..

Pengen nulis tapi bingung? Bisa jadi ini karena kita dikejar deadline. Atau karena terpaksa harus nulis. Maka ingatlah pesan dari bang Napi ini, - eh, maksudnya bang pemilik blog ini, hehe..- yaitu, tulislah ketika kita benar-benar ga tahan menuangkannya!

Lalu, nulis apa? Nah, tapi jangan lupa, kita juga perlu selalu menyimpan ide yang berseliweran dan kita lagi ga mood nulis. Jadi, simpan dulu ide-ide tersebut.. dan pada saat yang membuncah itulah, kita tuangkan dengan sekuat tenaga dan sepenuh jiwa,.. :D

3. Cari motivasi menulis

Sama seperti kegiatan lain. Menulis juga butuh motivasi. Entah motivasi cari duit, motivasi bekal latihan, motivasi ga ada kerjaan, motivasi curhat.. asal jangan motivasi nipu orang. :P

Ga ada satu kerjaan pun dikerjain manusia, kecuali ada alasan di baliknya. Maka, carilah motivasi dan alasan menulis kita. Kira-kira apa yang paling interesting buat hati kita dan ingin kita bagikan lewat tulisan.. apa yang bisa mentrigger-nya dan seterusnya.

Seperti misalnya aku, ga akan bisa diam kalau udah ditanya tentang suatu persoalan. Jadi, teknik pertama adalah, cari pertanyaan.. hehe. Maka dengan sendirinya, aku akan nyari jawaban dan membuat tulisan. #ting!

4. Menarik adalah persoalan human interest! Dan bermanfaat adalah tujuan utama dari menulis

Tulisanku jelek ga ya.....?? Ga usah jauh-jauh minta penilaian. Persoalan menarik atau engga itu adalah soal 'rasa', jadi tentunya kita bisa menilainya sendiri. Kecuali emang kita -eh, kamu aja kali ya.. :P- udah mati rasa hatinya. :D

Tulisan yang berhasil menguras air mata, mengobrak-abrik emosi dan menyayat-nyayat hati manusia, itulah tulisan yang menarik. Dan percaya deh, jadi best seller kalau dibukukan. Maka jangan heran, buku yang paling laris biasanya soal motivasi, soup for the soul, novel, dst.. Karena memang, manusia mudah terombang-ambing emosinya, lewat tulisan-tulisan sederhana yang 'match' dengan hatinya. Dan hati, adalah persoalan rasa..

Membuat tulisan dengan standar semenarik mungkin sangat tidak dilarang. Bahkan dianjurkan. Akan tetapi harus diingat,.. sebuah tulisan bernyawa karena ada pesan yang ingin disampaikan di dalamnya. Baik jeleknya tulisan tidak hanya dinilai dari menarik tidaknya. Tapi apa manfaat dan isi tulisan tersebut? Tanpanya, sebuah tulisan hanya akan jadi mayat.

Beri suatu hal yang baru. Beri pengetahuan, beri motivasi.. beri pandangan baru kepada pembaca. Dan berbagi manfaat, adalah tujuan utama menulis. Maka, apa yang kita tulis, haruslah apa yang kita kuasai.. Bercerita tentang hal yang kita tidak tahu apa-apa di dalamnya, sama saja bohong. Bukan saja kita jadi tampak seperti orang sombong,.. akan tetapi juga bisa jadi bahan tertawaan orang lain. Lebih parah lagi kalau sampai ada yang terpengaruh dan ikut-ikutan tulisan kita.

Udah sesat, menyesatkan pula... :D :P

6. if it's important to you, you'll find a way..

Akhirul kalam.. ada sebuah quote menarik yang aku temuin di fesbuk. "If it is important to you, you'll find a way.. Otherwise you'll find an excuse."

Jangan heran kalau kita selalu berhasil mencari alasan untuk tidak menulis. Apalagi bangga berhasil 'menipu' diri kita dengan alasan-alasan tersebut. Karena sesungguhnya, bukan kita yang pintar cari alasan.. tapi karena emang, bagi kita.. bagi jiwa kita, menulis tidaklah penting. :)

So, sebaiknya.. dan afterwards.. benar-benarlah tanyakan pada diri sendiri. Apa arti menulis buatmu?

#Winter @ Cairo, dalam kegelisahan mencari alasan menulis. Nov, 2011.



 
--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Sabtu, Agustus 20, 2011

Jakarta oh Jakarta part 1


Bulan Ramadhan tahun ini, memberi suasana berbeda buatku. Pertama karena aku ga lagi di Kairo, dan kedua buanyak sekali catatan perjalanan maupun pekerjaan yang harus ku selesaikan di bulan ini. Salah satu catatan yang ingin sekali kutuliskan adalah catatan perjalanan ke ibukota negara kita, Jakarta.

Kota ini memiliki cerita buruk buatku, khususnya di awal pertama kali aku mendiaminya. Cerita geram di Pulogadung ga akan pernah aku lupakan. Kerasnya kehidupan ibukota membuatku trauma. Agak ragu sebenarnya ketika kuputuskan buat datengin acara alumni al Azhar di Ciputat. Satu hal aja, karena aku pernah trauma.

Tapi, rasa trauma itu ga mampu membunuh rasa penasaranku. Berbekal pengalaman ribut sama orang Mesir dan kemandirian yang diajarkan di Kairo, akhirnya ku bulatkan tekad datang ke Jakarta. Rencananya, mau ngajakin temenku juga. Tapi akhirnya, karena ada halangan, aku berangkat sendirian ke Jakarta. Dua tas syisya dan satu tas ransel di punggung, aku memasuki mobil travel yang akan membawaku ke negeri impian para pendatang..

Perjalanan berlangsung sangat ga enak. Mobil travel yang ku naiki jalannya ampun dah. Dari awal masih terhitung enak, karena ibu teman dudukku ngajak ngobrol. Suasana pun cair. Perjalanan pun dilanjut dengan ngejemput para penumpang. Gak kayak mobil travel biasanya, L500 yang kutumpangi ini lambattttttnya minta ampun. Ga ada manuver. Ga ada percepatan perpindahan gigi. Beda banget ama mobil angkot Kairo. :P

Kayaknya ga pernah masuk gigi 5, jadi cuma 'ngeden' di jalan raya. Masih ditambah dengan ban bocor... rrr.. akhirnya ga bisa tidur semalaman di mobil. Dalam hati, kapok-kapok.. jadi pengen tanya, emang mobil travel sekarang beda ya ama yang dulu? Garang di jalanan? Atau aku yang terlalu terbiasa sama gaya ugal-ugalan orang Mesir? :))

Wajar kalau kemudian paginya, kepalaku pening sangat. Sama sekali ga nyenyak tidurnya. Sesuatu yang sangat baru dan belum pernah aku rasain. :D
Tapi, sesampai di Jakarta, rasanya seneng banget. Sebentar lagi bakal ninggalin nih mobil yang bikin bete. Subuh sampai di Jakarta, dan sampe di Ciputat depan Masjid UIN jam setengah delapan. Untung banget hari itu lagi libur, jadi ga kejebak macet. Kalo sampai kejebak macet lagi, ga keitung dah betenya sama tuh sopir. :mad:

Dijemput ama kawanku Nasrul, kita pun jalan -ya beneran jalan kaki, sama naik angkot- ke alamat yang dituju, sekretariat Ikatan Alumni Al Azhar Internasional Cabang Indonesia. Jalur gampangnya, di pertigaan legoso (dari arah lebak bulus setelah masjid UIN) masuk ke dalam naek angkot 114, turun di pegadaian syariah. Masuk dah.. setelah ngelewatin rumah band radio.

Sesampai di sana, agendaku adalah bersih-bersih. Ga sampe setengah jam.. aku tidur. :P

Siang hari, diberi tahu kalau agenda bukber nya diundur esok. Waduwh, kacau juga nih jadwalku. Bangun tidur, pusing nyusun agenda. Ada empat agenda yang udah kujadwalkan. Dan karena bukber ga jadi, akhirnya disusun ulang.. Jadwal akhirnya fix untuk hari itu. Malam ini, kita ke Penville, Pejaten Village.

Dilihat di maps, ga terlalu jauh. Jalur pun udah kongkrit berkat bantuan sang penjamu dan sang pemandu di Jakarta. Tapi yang jadi masalah, aku selalu khawatir. Soalnya, acara malem hari dan ga ada temen pergi ke sana. Padahal baru hari ini aku ngerasain di Jakarta sendirian.. Sampai jam setengah 7 malam, aku belum mutusin. Jadi berangkat ga nih??!!

Sebelum keluar dari pintu sekretariat, diberi pesan ama kang Bakir. "Hati-hati ya, ini Jakarta.. malem lagi."

Beuh... di luar pintu, hatiku bimbang banget. Arrgh... harus nelpon orangnya nih, biar bisa dideketin lagi tempat ketemunya. Penvil kejauhan. Tapi beratus kali -lebay dikit- aku telpon, ga bisa dihubungi. Doh gawat, orangnya udah berangkat. Mau ga mau, aku harus ke sana nih.

Langkah berat terseok-seok menuju pegadaian syariah buat nungguin angkot 114. Bengong ndiri, pikiran ga ngerti ke mana. Masalahnya, mau ditaro mana muka gue kalo balik lagi ke sekretariat? Jangan-jangan ntar dibilang iqto' wa jaffif thairuka! :))

Ya sudahlah, jalani saja cobaan ini. Kalaulah, sampai... ups, perkataan itu setengah dari doa, jadi ga usah dibilang mau kesasar lah.. Dan toh, akhirnya nyampe juga di pertigaan Legoso dengan selamat. Nyampe situ masih nyoba hubungin yang di sana. Berharap semoga bisa ditawar, ketemuan di lebak bulus aja yang aku udah paham. Hasilnya masih sama, mempes dah gue.. dengan muka kusut, nungguin angkot Doi, alias D 01 menuju Selapa. Sesuai dengan pesan, berkali-kali bilang ke sopirnya biar ga kelewatan.. :malus

"Bang, Selapa tuh!" sebutku panik ngeliat tulisan Sekolah... (karena ga jelas).
"Belum Mas, masih belok sekali lagi."

Akhirnya aku diem aja karena malu, biarlah bang supir membawaku kemana dia pergi. Hahaha..

"Nah, ini die selapa mas.."

Nyampe selapa, masih belum puas juga. Coba nelfon lagi, dan jawabannya masih sama. "Nomor yang anda tuju, tidak dapat dihubungi." Sambil bergaya sok santai dan cool, biar ga dikira orang baru, akhirnya nungguin P 20, alias bus kopaja.

"Oi bang!" sebutku setelah ngeliat bus ijo itu lewat. Sambil lari, gue ngerasain sensasi yang sama seperti waktu kejar-kejaran ama 80 coret di Kairo. Ini baru Jakarta, sebutku mantap naek ke bus.

Singkat cerita, aku bilang ke kondektur, "Bang, lampu merah Republika."

Berbekal rasa penasaran, aku coba-coba buka google maps di shakira-ku. Yah lumayan, bisa ngeliat real-time gimana tuh tanda panah jalan ngikutin jalannya bus di jalanan. Daripada bengong, nikmatin aja google maps. Jarak, 12 km lagi. Hehe..

Di suatu lampu merah, aku kaget. Nah lo, ko udah ada Gramedia. Dan lagi, di maps ku udah bener ini tempatnya. Tapi ko, ga ada plang Republika atau Pejaten Village. Ini Gramedia mana? Apalagi sang kondektur sama sekali diam tak bicara..

Waduwh, turun ga nih? Daripada kesasar, mending naek lagi, gitu pikirku. Langsung dah cabut.. insya Allah Google Maps ga akan bohong. :P

Akhirnya aku telpon si penjamu. Masih ga dijawab juga.. heu heu. Jadinya, nelpon navigator. "Eh wul, ini beneran di Penvile bukan nih?"

"Yaudah, liat aja papannya. Ada ga tulisan Pejaten Village?"

"Waduwh, jangan-jangan nyasar nih. Kaga ada." Nah lo?! Eh ternyata, mata gue yang rabun, ck ck ck. Papan tulisan segede itu kaga keliatan dari jarak sepuluh meter. Jelas-jelas tertulis Pejaten Village. Tapi emang dasar tulisannya sih. Udah kagak ada lampu, pake warna metalik. Jelas aja ga berkilau.. :ngeles

"Hahaha... iya-iya ada." Sumringah banget dah gue.. baru kali ini gue jalan tanpa rencana terbaik. Jalan sendirian, di kota yang sama sekali kagak gue kenal. Tapi akhirnya nyampeeee.. heu heu.. alhamdu lillah. :D

Dan singkat cerita, makasih buat yang udah nraktir aku es teler 77. Jadi ga enak, laen kali bilang, kalau di Jakarta bayar makan duluan.. eh jadinya, dibayarin dah. hehe.. :D

<bersambung...>

--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Selasa, Juli 26, 2011

Indonesia's Mission Impossible!



Bercerita tentang persoalan bangsa kita memang tak pernah ada habisnya. Hingga tak sedikit orang yang kemudian menjadi apatis karenanya. Jangankan berbuat sesuatu, berkorban apalagi membela bangsa ini dengan karya nyata, bahkan untuk sekedar melihat persoalan bangsa kita pun tak banyak orang yang mau memikirkannya. Sebagian bilang itu tak berguna, toh apa yang kita pikirkan tak akan mengubah apa-apa. Ada juga yang bilang, lebih baik mikirin diri sendiri, lebih kongkrit, yang penting kebutuhan hidup bisa kita penuhi. Ada lagi yang bilang, bangsa ini sudah terlalu sakit. Terlalu besar untuk menjadi sebuah negara!

Kompleksitas persoalan bangsa ini memang banyak yang mengakui. Atau menggerutui, mengeluhkan dan merasa desperate, putus asa. Mulai dari persoalan pertikaian antar kelompok agama, panggung sandiwara politik, penjajahan ekonomi oleh kapitalis, permainan kebutuhan pokok rakyat, hingga yang paling menyedihkan adalah kemandulan hukum yang serba tebang pilih. Masih teringat dalam benak penulis, seorang pencuri spion mobil, mati dikeroyok massa. Ya, satu nyawa untuk sebuah spion mobil. Sedangkan di sana, ratusan juta, miliaran, bahkan penilepan triliun dana negara, pelakunya cuma dikenakan hukuman penjara. Belum termasuk remisi-remisi hukuman pada momen tertentu!

Tentu masih terekam jelas dalam benak kita, nama seorang pegawai pajak yang jadi sangat terkenal hingga di jagad Youtube. Yupz, Gayus Tambunan. Namanya pertama kali disebut oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji. Susno menyebutkan Gayus memiliki Rp 25 miliar di rekeningnya, namun hanya Rp 395 juta yang dijadikan pidana dan disita negara. Sisanya Rp 24,6 miliar tidak jelas. Salah satu yang jadi pertanyaan, mengapa hanya Gayus yang ditangkap? Dulu pernah santer diberitakan bahwa Gayus akan membongkar semua orang-orang yang terkait dengan penilepan pajak. Tapi nyatanya, cuma Gayus yang hingga saat ini jadi tumbal.

Setali tiga uang dengan kasus Gayus, Susno Duadji pun sempat akan membeberkan ‘kelakuan nakal’ para petinggi POLRI. Kasusnya sempat menghiasi headline-headline semua media massa. Tentu itu bukan sekedar kicauan sembarangan. Di dalamnya ia berkoar akan membongkar semua borok-borok Jendral di tubuh POLRI, mempermainkan kasus demi uang, memeras pengusaha, dan memelihara budaya setoran dari anak buah. Maka timbullah pertanyaan, POLRI, melindungi dan melayani siapa? Istilah Markus, alias makelar kasus pun menambah ‘entri’ baru dalam kamus bahasa kita.

Ini baru dari bidang pajak dan penegak hukum. Belum lagi kasus lumpur Lapindo yang sangat menyakitkan. Ganti rugi yang hingga kini masih jadi mimpi di siang bolong. Lapindo, adalah sebuah kasus permainan dan kongkalikong pemerintah dengan Bakrie. Benar bahwa Lapindo terbukti tidak bersalah karena sesuai dengan aturan pemerintah. Akan tetapi, aturannya itu yang memang dibuat supaya Lapindo tidak bersalah! Tak heran bila kemudian pengadilan memenangkan Lapindo.

Kasus penjajahan ekonomi oleh TNC (Trans National Company), perusahaan multinasional. Perusahaan yang mengeruk kekayaan alam negeri ini, dan meninggalkannya dengan sedikit cipratan. Sedikit untuk rakyat daerah dan sedikit untuk pejabat! Dengan dalih belum menguasai teknologi, pemerintah membuat kontrak pengurasan kekayaan negara hingga 30 tahun. Itu pun masih bisa diperpanjang lagi!

Sistemik, kata temen penulis. Dimulai dari para pembuat kebijakan, hingga kelompok masyarakat terendah turut berperan. Apa mau dikata, keboborokan pemerintah kita mengatur negara ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari akumulasi sikap kita sehari-hari. Berapa banyak dari kita yang sudah bekerja keras, berfikir keras dan bersabar keras?? Kalau baru ditempa dengan ujian di Azhar aja kita udah sering mengeluh, bagaimana kita akan menghadapi kompleksnya persoalan bangsa ini?

Sekali lagi kata temen penulis, mental asal menyalahkan penguasa adalah mental bawahan. Segala sesuatu hanya ia gantungkan kepada mereka yang ada di atasnya. Kalau ada yang gak beres, maka pemerintah yang salah. Tanpa pernah melihat apalagi berbuat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Katanya, wajar. Ini karena kita dijajah, dan terbiasa menjadi bangsa jajahan. Sebelum dijajah Belanda, bangsa ini adalah bangsa pelayan di bawah ketiak kerajaan.

Mission impossible.

Begitu sebut penulis suatu waktu. Sebuah pernyataan yang sama, setiap kali selesai mendiskusikan ragam persoalan bangsa ini. Mulai dari kaburnya para ilmuwan kita. Penanganan industri strategis yang hanya memihak asing. Hingga masa depan suram, generasi penerus bangsa ini.
Hingga hari itu datang. Saat di mana penulis melihat wajah-wajah saudara dekat. Melihat semangat yang sama. Merasakan gelora dan optimisme yang tak pernah padam. Dan setruman-setruman baru dari mereka yang kita cintai. Ya, sebuah momen di sebuah tempat yang prestisius. Dengan wacana prestisius. Dan diisi oleh orang-orang prestius!

Harapan itu masih ada. Gedung Bhinneka, KBRI Cairo, Garden City. Dalam sebuah bingkai cerita sejarah, Konferensi Internasional IKPM.

Ust. Akrim menyebutnya, membangun bangsa ini terlihat jalan di tempat. Tak lain karena, saat yang lain mencoba membangun salah satu bagiannya, di saat yang sama, muncul orang lain menghancurkannya. Maka bagaimana mungkin bangunan itu akan berdiri? Memang sulit, kata beliau, dan memang sulit. Kita tidak bisa membangunnya sendirian. Kita harus bersama-sama, sinergis, dan simultan!

Perjalanan itu masih sangat panjang.. akan tetapi, tak pernah ada yang tak mungkin di alam mumkinat ini. Bukankah kita meyakini, bahwa “La yajibu ala Allahi fil mumkinat?”. La haula wala quwwata illa billahi. Teruslah berjalan Kawan, meski onak duri melukai kakimu. Teruslah bekerja, meski berulang kali bangunanmu mereka hancurkan. Dan teruslah berjuang, meski keringatmu telah menjadi darah.
Sejauh apapun jalan itu, ingatlah selalu, bahwa Allah tak kan pernah melupakan balasan bagi orang-orang yang berbuat baik. Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu.

Tulisan ini dimuat dalam Buletin Silaturahim Internasional IKPM Edisi Perdana Juli 2011. 
Download buletinnya di 4shared.com

--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Minggu, Juli 17, 2011

Stop Fighting, Let it flow..


Po kemudian terbangun di sebuah desa di mana ia berasal. Ia dirawat the Soothsayer, sang kambing peramal di gubuk itu. Saat melihat boneka kecil miliknya yang telah lama tak bersua, ia pun terbawa ke alam inner peace. Kemudian mulai bergerak gemulai khas selingkung kungfunya, softcore. Saat mengalir bersama embun di tubuhnya, the Old Goat berbicara pelan padanya, "Stop fighting. Let it flow.. "


Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ku sampaikan malam itu. Di ACC (Al Azhar Conference Center), tempat di mana dilaksanakan dialog bersama Pak Habibie. Pak Habibie, pertama kali mengangkat tema soal Eyang, hehe.. Karena yang berbicara di depan kita adalah pria berumur 75 tahun, maka kata beliau, bukan lagi bapak atau om. Tapi eyang.

Acara yang diadakan kerjasama KBRI Kairo dan PPMI ini berlangsung sangat meriah. Aku sudah menduga dari awal. Makanya ketika jam menunjukkan pukul 3 sore ternyata aku masih di sekretariat, pastinya bakal lesehan nih. Dan yap, seperti perkiraanku. Sampai di sana pukul 5 sore, ruangan sudah penuh dengan mahasiswa yang berdiri. Sebagian lagi lesehan karena jumlah kursinya ga muat.

Tapi tanpa perlu lama menunggu, Pak Irwan, selaku MC kali itu, mulai membuka acara. Seperti biasa, acara formal tilawah al Quran dan anthem Indonesia Raya pun diperdengarkan. Seteleh 'berpuisi' beberapa beberapa bait, jalannya acara diserahkan kepada bapak Dubes, A.M Fachir selaku moderator.

Acara bertemakan 'Indonesia Pasca Reformasi dan Peran Lulusan Azhar' pun segera dimulai. Seperti yang ku bilang di awal, Pak Habibie bicara sebagai seorang eyang. Selanjutnya beliau bercerita tentang wawancara beliau di Mesir. "Mungkinkah kami bisa maju di tahun 2020? Bagaimana caranya? Dari mana memulai?" tanya seorang mahasiswa Mesir dalam acara tersebut.

Beliau menjawab, "Bisa. Dan itu adalah dengan nilai tambah dari sumber daya yang terbaharukan. Manusia."

Beliau kemudian menjelaskan arti penting dari nilai tambah. Bagaimana sebuah barang itu bisa bernilai. Memberi contoh mobil Marcedes dan Kijang. Plus Marcedes habis tabrakan. Harga itu yang menilai adalah pasar. Hasil dari nilai tambah dikurangi cost. Semakin besar nilai tambah, dan semakin kecil biaya cost, maka keuntungan semakin besar.

Bagaimana membuat nilai tambah itu? Kata beliau ada 3 elemen. Agama, budaya dan IPTEK. Ketika ketiga hal ini bersinergi positif, maka akan menghasilkan nilai tambah luar biasa. Dan inilah yang dibutuhkan demi sebuah kemajuan.

Selesai bercerita tentang konsep, kemudian beliau berbagi pengalaman bagaimana dulu merintis dan mengembangkan IPTN - yang kini bernama PT DI. Dimulai dari sebuah obrolan panjang dengan Pak Harto alm. Sekitar 5 jam, kata beliau. Tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1974, beliau diminta untuk mengembangkan industri strategis negara maritim.

Ada hal yang menarik ketika itu. Pak Habibie bertanya, "Kenapa saya Pak?"
"Banyak negara-negara tetangga memberi saya nasehat. Bahwa kalau Indonesia ingin maju, maka harus meninggalkan Islam. Karena Islam adalah hambatan utama bagi sebuah kemajuan."

Suasana di ACC hening dan kaget.

"Lantas,..?"
"Saya tahu kamu, ini berkas-berkas tentangmu," kata Pak Harto sambil menunjukkan bertumpuk dokumen tentang Pak Habibie.
"Kamu puasa senin-kamis, .... nafasmu adalah al Quran. Karenanya, nanti kamu yang akan buktikan. Bahwa Indonesia, dengan Islam, pun bisa membuat sebuah kemajuan. Itu kamu."

Ruang ACC seketika bergemuruh. Sungguh aku tak pernah tahu. Ku pikir, Pak Harto setali tiga uang dengan Bung Karno yang dekat dengan komunis. Terlebih ketika mendengar kalimat pertamanya. Ternyata,..

"Duitnya, Pak?" tanya Pak Habibie setelah nampak menerima alasan penunjukan beliau.

Di sinilah titik balik alur pikiranku. Dari semula yang sangat bersemangat dan bangga dengan apa yang sudah diperbuat Pak Habibie, menjadi sebuah kemirisan.

Sebuah realita yang tak terbantahkan. Benar bahwa dulu Pak Harto bahkan pernah bilang, "Kamu buat apapun, terserah, saya akan mendukung. Bikin kapal, pesawat, kereta api, atau apapun." Namun realita sekarang, membuat para pelaku industri strategis menangis. Para ilmuwan pun kabur karena ga ada dana riset dan lapangan pengabdian. IPTEK di Indonesia jalan di tempat. Hilmi Fauzi bilang, industri ini sudah seperti zombie, it's dying.

Apa yang membuat saya miris adalah, ketika itu, ya di malam itu Pak Habibie begitu bersemangat. Menjelaskan panjang lebar dengan berapi-api tentang cerita itu. Saat CN 250 akhirnya terbang perdana tanggal 10 Agustus 1995, sebagai sebuah hadiah bagi Indonesia... Sebagai sebuah pesawat pertama yang menggunakan teknologi fly by wire di dunia. IPTN sebagai sebuah perusahaan pertama dan satu-satunya, yang memproduksi semua komponen pesawatnya. Dan semua ini, hasil dari orang-orang Indonesia. Kita mampu!

Hampir semua yang ada di ACC tertegun bangga saat film itu diputar. Bagaimana pesawat bernama Gatotkaca itu terbang tinggi dan bermanuver. Kemudian mendarat dengan sempurna. Tapi tak banyak yang ingat, bahwa tanggal itu adalah tahun 1995. Lima Belas tahun yang lalu Bung!! Dan sekarang? Hm.. Wajah itu terlihat bersemangat. Tapi aku yakin, dalam hati beliau bersedih. Melepaskan IPTN dan meninggalkan Indonesia.

Pertanyaan itu berputar-putar dalam kepalaku. Hingga, hampir-hampir aku tak terlalu memperhatikan apa yang beliau sampaikan. Terlebih karena suara beliau yang kadang kurang jelas, tercampur dengan logat Germany-nya yang kental. Maka ketika sesi pertanyaan dibuka, aku segera angkat tangan. Berharap Pak Fachir bakal menunjukku. Tapi ternyata tidak. Aku harus membawa pulang pertanyaan-pertanyaan itu sampai di kamar.

Satu-satunya kalimat semangat yang ku ingat adalah, "you perform!" Semua itu karena perform. Bukan ngomong doang. Bukan polemik. Apalagi tawar menawar politik.

Sambil membawa ratusan - lebay dikit, - pertanyaan, aku pulang ke sekretariat. Sengaja aku jalan dari mahattah gami' menuju KSW dengan jalan kaki. Sambil menikmati malam dan membawa terbang angan-angan.

Sampai kemudian saat tiba di kamar, temenku lagi nyetel film Kunfu Panda 2. Aku pun jadi asyik duduk. Sedikit lupa dengan pertanyaan tadi. Hingga ketika sampai di suatu adegan, saat Po terkena tembakan meriam si Peacock. Po terjebak dan tak mampu menghindar. Terlebih karena ketika itu ia harus bertarung dengan masa lalu. Sebuah pertanyaan, "who am I?".

Po kemudian terbangun di sebuah desa di mana ia berasal. Ia dirawat the Soothsayer, sang kambing peramal di gubuk itu. Saat melihat boneka kecil miliknya yang telah lama tak bersua, ia pun terbawa ke alam inner peace. Kemudian mulai bergerak gemulai khas selingkung kungfunya, softcore. Saat mengalir bersama embun di tubuhnya, the Old Goat berbicara pelan padanya, "Stop fighting. Let it flow.. "

Aku tertegun dengan kalimat ini. Stop fighting. Hm... iya. Ternyata banyak dari kita, lebih sering bertarung dengan masa lalu. Menyalahkan apa yang sudah terjadi. Kesalahan kita. Kesalahan orang. Kedzaliman mereka. Ketidak-aturan di dunia. Keserakahan negara-negara kapitalis. Dan yang lebih menyesakkan adalah, para korporasi besar yang membuat negara ini jajahan oportunis! Termasuk saat melihat diriku. Ku lihat di sana sebuah pertarungan tak pernah usai. Antara memori dan masa kini.

Stop fighting dude,..

Berhentilah bertarung dan menyalahkan masa lalumu. Ia tak kan berubah. Kau juga tak kan pernah menang. Tapi yang pasti engkau akan semakin terluka. Berdamailah.. terima masa lalumu dan maafkan realita dirimu.

Let it flow..

"The only thing that matters is what you choose to be now.”

Terima kasih Pak Habibie. Semangat dan pesan Bapak akan selalu kami ingat. Ketegaranmu berdamai dengan masa lalu, tampak sekali dengan suara lantang itu. Melihat IPTN pelan-pelan mati seharusnya benar-benar menyakitkan untuk Bapak. Tapi bukan itu, bukan itu yang engkau bagikan kepada kami. Bukan rasa sakit. Tapi semangat untuk memilih, what ought we choose to be now!

--------------------------
 Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Sabtu, Juli 09, 2011

Pengumuman Calon Mahasiswa Al Azhar Mesir 2011-2012

PENGUMUMAN
Nomor : Dj.I/Dt.I.IV/4/HM.00/1206/2011


Berkaitan dengan seleksi calon mahasiswa baru dari Indonesia ke Universitas Al-Azhar Mesir tahun akademik 2011-2012, dengan ini disampaikan bahwa :

1. Sejak tahun 2011 Al-Azhar mewajibkan bahwa semua ijazah Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren yang telah mu'adalah harus diperbaharui kembali sebagai syarat untuk studi ke Universitas Al-Azhar.
2. Namun dikarenakan pengurusan mu'adalah ijazah dimaksud membutuhkan waktu sekitar 3 atau 4 bulan, maka Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama memutuskan pada tahun 2011 ini tidak melakukan seleksi mahasiswa baru ke Univ. Al-Azhar. Keputusan ini diambil sampai ada ketentuan lebih lanjut.

Demikian pengumuman ini, harap maklum adanya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.



Jakarta, 23 Juni 2011

An. Direktur Jenderal
Direktur Pendidikan Tinggi Islam

Ttd.

Prof. Dr. H. Machasin, MA
NIP. 19561013 198103 1 003


Tembusan :
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (sebagai laporan)
-----

Sumber: http://www.diterptais.net


--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Rabu, Juli 06, 2011

Google Plus

Beberapa hari yang lalu, nyobain Google Plus setelah diinvite sama kawan2 di Grup Facebook Shakira. Pertama kali nyoba, udah excited duluan.... Google Plus ini emang jadi tool utama Google buat nyaingin Facebook. Ini setelah melihat kenyataan bahwa Soc-Med emang pasar yang sangat besar.. dan sayangnya, hingga saat ini, Google masih mati kutu ngedenger nama Facebook, sang Raja Soc-Med.

Faktanya mungkin emang, bahwa untuk Search Engine, Google masih teratas.. bukan karena trik marketing, tapi karena kualitasnya. Akan tetapi, apa orang akan melulu nongkrongin search engine? Dari data yang bertebaran menunukkan bahwa social media adalah tempat paling lama buat para netter nongkrongin komputernya. Dan benar saja, akhirnya Facebook udah ngalahin Google soal lama waktu penggunanya. Ga heran, dari sejak dulu Google sudah mulai ngincar platform social media. Tapi sayang, Buzz dan Wave sama sekali ga berfungsi. Mati ditelan waktu..

Sampai kemudian Google meluncurkan Google +, dengan ide utamanya adalah Privacy, yang ditunjukkan dengan circle concept-nya. Bagaimana kita hanya akan berbagi hal yang tepat kepada orang yang kita anggap tepat! Permasalahan terpenting Facebook adalah, ketika kita pencet tombol share, sangat sulit bagi kita untuk menentukan, apakah orang yang akan membaca apa yang kita bagikan itu sudah sesuai?

Kita tahu dan sadar, bahwa dalam dunia nyata, kita punya tingkatan relationship yang berbeda-beda dengan teman-teman kita. Ada yang akrab, sehingga bahkan kita bebas mencaci mereka.. karena kita tahu, we are joking! Tapi tentu, joking tersebut akan terlihat nerd dan aneh kalau ada orang di luar lingkaran kita yang mengetahuinya.. Dan inilah masalahnya di Facebook. Dari yang kuingat, pernah beberapa kasus aku ngalamin hal seperti ini.. :hammer:

Tapi dengan Google Plus, semuanya aman.. setiap dari relationship kita, akan mendapatkan porsi sesuai dan menu yang pas dengan hubungan kita dengan mereka, this is what they called, CIRCLE. :)

Selain itu, integrasinya dengan fasilitas Google yang lain, akan bikin kita betah nongkrongin GPlus sambil baca email, nulis di docs, dan baca GReader.

Jangan lupa, fasilitas Hangouts sama Huddle-nya yang keren abiz... :D

Tapi sebelum sign in atau minta invite, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, ini note dari Mbah Google:

Before you ask anyone for a Google plus invite, here are the two things you should know:

1. Google Plus works only with Google accounts that have an active Google profile. If you haven’ t created your Google profile yet, you won’t be able to sign up for Google Plus.
2. Only regular Gmail accounts are supported and you can’ t use your Google apps account to setup a Google Plus profile.

Susah masuk, coba perbaiki dulu Google Profiles Anda; http://profiles.google.com/

Buat Androiders; donlot aplikasinya di sini: Google Plus.apk
And jangan lupa, CIRCLE me ok.. neilhoja

--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Kamis, Juni 16, 2011

Antara Ilmu, Ujian dan Tawakkal

Hari ini, seperti biasa sebelum menghadapi ujian, kupersiapkan materi yang akan diujikan sebaik-baiknya. Jangan terlalu husnudzon juga, maksud sebaik-baiknya ini ya.. semood-nya aku. Hehe.. Tapi insya Allah sudah ku sesuaikan, dan ku planning, agar kira-kira ketika ujian nanti, aku bisa menjawab dengan baik.

Ujian hari ini sebenarnya bukanlah ujian yang terlalu sulit. Pertama karena ia adalah ujian syafahi (lisan), yang biasanya kemurahan hati duktur (dosen) lebih berperan ketimbang kemampuan kita menjawab soal. Dan kedua, karena materinya adalah hafalan al Quran. Bukan kenapa, karena kebetulan dari sejak di Gontor dulu, aku sudah hafal hingga juz 5. Dan karena yang diujikan adalah juz 4, maka otomatis tidak terlalu sulit buatku.

Tapi ternyata, planning yang sudah ku jalani, tidak membuahkan hasil seperti yang ku inginkan. Beberapa ayat masih sering terlupa sambungannya. Bahkan hingga ketika pagi itu sudah kuulang lagi. Juz 3 dan 4 yang seharusnya udah harus lancar, eh ternyata ketika ku ulang dalam perjalanan di bus, ada yang tersendat. Apa kurang konsentrasi? Enggak juga. Karena ketika itu aku bisa duduk dan nyaman ber-murojaah. So what? Aku ga tau, yang jelas.. waktu aku ga punya gambaran apa terusan ayat tersebut. :|

Keadaan semakin diperparah karena materi ta'yin tafsir, alisa materi tafsir yang akan diujikan, belum kucorat-coret. Lima halaman terdepan memang sudah ku baca. Tapi karena yang ku baca adalah fotocopy punya temen, walhasil, makhtutat (naskah) punyaku belum sempat ku coret.

Gimana ini, hafalan masih ada yang kurang.. eh materi tafsir juga belum selesai dicoret-coret?!

Masih kurang tegang? Tenang, masih ada lagi. Karena kitabku materi tafsir tahlili juga hilang, jadi aku harus beli buku dulu di kantor bawah fakultas. Pengalamanku yang kemarin, tiga kali aku ke sana dan ditolak terus dengan alasan belum buka. Bagaimana nasib hari ini? Wallahu a'lamu.

Sambil berjalan pasrah, aku ke kantor bawah untuk beli buku. Dan seperti pengalamanku ketika beli buku takhrij, sang ammu, alias penjaga toko ternyata ga ada di tempat. Sempat khawatir, karena ujian gak lama lagi. Tapi untungnya, ketika nengok di ruangan sebelah dipanggil dan ditanya, mo ngapain. "Yallah bi sur'ah, alasyan hanu'fil bakda kidza!"

Sang Ammu minta cepet, karena dah mo tutup. Padahal jam masih menunjuk angka 10 pagi. :P
Alhamdulillah, akhirnya bisa terbeli juga nih buku...

Selesai beli buku, aku ke tingkat atas. Tepatnya lantai dua, ruangan Imam Bukhori, tempat ujian syafahi. Sampai di sana, udah lumayan rame, meski terlihat lengang dibanding luasnya ruangan. Dan ku lihat wajah-wajah sumringah menyimpan tegang di baliknya. Temenku, Mujib, yang biasanya mantap sepertinya memberi alasan. "Ternyata, ngafalin 4 juz sekaligus gak gampang!" Dan sepertinya, wajah-wajah itu bercerita sama. Tak heran, biarpun ujian sudah mulai dari setengah jam tadi, hanya beberapa gelintir saja yang udah siap diuji para dosen.

Karena alasan belum siap itu pula, akhirnya aku jalan-jalan. Hehe.. biar ga segera dipanggil. Eh tapi, baru dua kali keliling, dipanggil sama duktur paling ujung. Dengan isyarat meminta karneh, alias kartu mahasiswa. Ups! "Anta huna," kata duktur. "U'qud hunak.." Welewh, ternyata aku ujian sama duktur ini (jangan tanya kenapa ga kusebut nama beliau, bukan gak hormat, tapi karena beliau ga ngajar di kelasku. :P). Dan oh tidak, karneh yang ada tinggal punyaku dan satu orang lagi. Ini artinya, aku bakal segera diuji! @_@

Dan waktu duduk itulah, aku pasrah-sepasrahnya. Gak ngerti lagi apa yang harus kubaca, dan apa yang perlu ku ulang dari ayat al Quran. Materi ta'yin, atau al Quran?

Tapi tentunya, lebih salah lagi kalau aku malah bengong. Akhirnya, ku baca ta'yin. Tanda terakhir ada di cerita tentang Umar ra yang pengen tahu, sebenarnya apa yang terjadi hingga gagal berhaji tahun itu. Padahal Rasulullah sudah bilang di awal, bahwa mereka akan berhaji sebelum berangkat. Cerita ini adalah penjelasan kitab hasyiyatul jamal dari tafsir surat al Fath dalam kalimat "Huwa alladzi anzala as-sakinata fi qulubil mu'minin.."

Umar yang disebut seperti besi saja bisa merasa gelisah karena gagal berhaji, bagaimana dengan para sahabat yang lain? Oleh karenanya, Allah menurunkan rasa tenteram di hati para mu'minin, yaitu ahlu hudaibiyyah ketika itu.

Dalam ceritanya, Umar gelisah dan bertanya pertanyaan yang agak 'aneh'. "Alasta nabiyyah Allah?" Tidakkah engkau seorang nabi Allah ya Rasullallah? dst. (lantas kenapa kita gagal berhaji, padahal engkau bilang bahwa kita akan berhaji saat sebelum berangkat kemarin?). Setelah dijawab, Umar kembali bertanya kepada Abu Bakar, dengan pertanyaan yang sama. Dan subhanallah, apa yang menjadi jawaban Abu Bakar adalah sama persis! Sama persis seperti jawaban Rasulullah.

Saat itu, aku jadi teringat perkataan Ibn Arabi -- . "al Ilmu bisy-syai ghaira al iman bihi.." Kenapa? Karena iman itu adalah cahaya yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Bukan karena perbuatan seseorang kemudian ia menjadi beriman. Betapa banyak orang sudah tahu siapa pencipta, tapi mereka tidak beriman. Mereka ini seperti yang disebut dalam al Quran, "Dan siapakah yang menciptakan hidup dan mematikan dan siapa pula yang mengatur semua perkara? Maka mereka berkata, Allah. Maka katakanlah, Namun mengapa pula kalian tidak bertakwa?" QS Yunus; 31.

Dan akhirnya, beberapa saat sebelum namaku dipanggil itu, aku pun tersadar. Bahwa ada ilmu yang hanya Allah yang berkenan untuk diberikan kepada hamba-Nya. Tanpa perantara, dan tanpa diketahui jalurnya. Seperti apa yang Allah berikan kepada Abu Bakar dalam cerita di atas. Ketika itu pula, aku jadi tersadar. Benar bahwa aku telah berusaha sekian lama. Benar bahwa aku telah berjuang ngafalin semaksimal mungkin. Tapi dalam ujian, semua itu Allah yang mengaturnya. Walhasil, maha Benar Allah dalam firman-Nya, "faidza azamta fatawakkal ala Allah.." Maka jika engkau sudah berkeinginan kuat (dan berusaha), maka serahkanlah pada Allah tentang hasilnya..

Aku pun pasrah. Dan saat namaku dipanggil, aku melangkah tawakkal. Duktur bertanya, dan ku jawab. Hingga yang agak aneh, setelah beberapa ayat ku baca, aku pun ditanya, "Berapa juz kamu hafal?" Karena beberapa bulan ini aku fokus di pertengahan, maka ku jawab, "ila surat al Hijr". Surat Taubah, Yunus dan Hud pun akhirnya ditanyakan. Sebelum selesai, duktur bertanya lagi, "Berapa kamu mau saya nilai?" Owh. Kemudian duktur pun memperlihatkan nilai yang beliau tuliskan dan berkata, "Anta mumtaz."

Dalam materi ta'yin, beliau bertanya tentang junud (tentara-tentara) langit dan bumi. Baru sebentar ku jawab, ada tiga pendapat. Duktur bertanya lagi, apa maksud junud hayawan (tentara binatang)? Pertanyaan beliau sama seperti pertanyaan dalam pikiranku. Dan karena aku terdiam, akhirnya duktur yang bercerita panjang lebar tentang cerita-cerita junud hayawan. :D

Dan sekali lagi beliau bertanya, "Tahun lalu berapa nilai kamu?". Ku jawab, "mumtaz ya duktur".
"Ya, kamu sekarang juga mumtaz. Ini nilainya," kata duktur sambil memperlihatkan lagi nilai tafsir...

"Thayyib, kholas. Ruh.." Yaudah, sana pergi..

Aku pun terdiam. Dan melangkah keluar ruangan dengan perasaan tak percaya. Benar bahwa nilai mumtaz itu cukup logis buatku dalam materi al Quran. Tapi tidak untuk hari ini.., setelah sebelumnya beragam halangan sebelum ujian. Dan untuk itu, aku belajar tentang hal di atas akal dan logika. Yaitu tentang ilmu, ujian dan tawakkal. Semoga, kami semua Engkau mudahkan ya Allah dalam menjalani ujian kali ini. Dan berikan kami ilmu-Mu agar apa yang kami pelajari dalam ujian ini, menjadi bermanfaat. Amin99x.. al fatihah!


Kamis, Mei 19, 2011

Mengenal Debt Collector

by: Isa Alamsyah

Kalau Anda mengira tidak akan bebas dari Debt Collector karena tidak punya kartu kredit, itu salah besar, karena Debt collector akan mengancam siapa saja yang punya hutang di Bank atau lembaga keuangan (Finance).

Ancaman yang lebih berbahaya justru mengancam para pengkredit motor, atau mobil daripada pemegang kartu kredit.

Kenapa?
Kalau kartu kredit tidak ada agunan sedangkan kredit mobil dan motor bisa diambil seenaknya.

Mungkin Anda bilang, saya baik-baik saja dengan kredit motor atau mobil saya. Tapi tunggu dulu.
Waktu paling berbahaya adalah 3 bulan terakhir atau tahun terakhir. 1 bulan saja telat, bahkan terkadang satu hari, DEBT COLECTOR akan datang untuk merebut mobil Anda.

Kenapa demikian?
Di sini kunci kelicikannya.

Mau tahu, ayo kita bongkar satu per satu.

Fakta 1 Debt Collector dan Lembaga Keuangan Saling Membutuhkan
Lembaga Keuangan sangat butuh Debt Collector untuk bisa menarik uang mereka (Bad debt) yang tercecer. Debt Collector bisa menjadi lembaga yang mengerjakan dirty job (pekerjaan kotor) yang tidak bisa ditangani lembaga keuangan.

Jika Anda sempat menyaksikan dialog Janji Wakil Rakyat di TV One ketika membahas kasus Citibank, terungkap bahwa Citibank membuat perjanjian dengan Debt Collector dalam bahasa Inggris (aneh kan?) dan di salah satu pasal kuang lebih dinyatakan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas perilaku Debt Collector. Debt Collector juga sangat butuh lembaga keuangan untuk mendapat mangsa. Mereka menggunakan surat dari Bank untuk menekan atau menteror.
Sekalipun artikel ini fokus ke pinjaman mobil dan motor, tapi talkshow TV One di atas cukup relevan.

Fakta 2 Debt Collector tidak digaji
Sebagian besar debt collector adalah out source dan tidak digaji.
Jadi dari mana ia mendapat penghasilan? Dari komisi tagihan. Tapi ada lagi sumber lain, biasanya orang yang ditagih akan kasih uang rokok yang jumlahnya tidak sedikit kalau sudah didatangi. Biasanya korban yang tidak punya uang banyak, mengulur waktu dengan "menyogok Debt Collector" atau memang dipancing untuk menyogok.

Jadi surat dari lembaga keuangan yang mereka pegang benar-benar dimanfaatkan oleh debt collector secara maksimal.
Lembaga keuangan tentu saja tahu penyalahgunaan ini, tapi mereka juga sadar ini cara mereka bisa mempertahankan debt collector yang tidak mereka gaji untuk tetap bekerja dengan mereka menagih uang.

Kunci 3: Pasal lalai
Kekuatan lembaga keuangan adalah pada artikel

"Jika pelanggan lalai bla..bla..bla.. maka mobil/motor bisa diambil...bla bla..bla..."
Dengan artikel ini sekalipun lalai 1 hari pun sekalipun motor atau mobil Anda bisa diambil. Sekalipun anda tinggal membayar 1 bulan lagi. Gila kan?

Kunci 4: Hati-hati bulan atau tahun terakhir
Ini yang paling penting.
Supaya debt collector tetap berpenghasilan, sasaran empuknya adalah pelanggan di bulan atau tahun terakhir.
Kalau Anda lalai di bulan pertama kedua tidak perlu khawatir, tidak akan ada debt collector yang mengancam. Kenapa?
Karena kalau kita terlambat di bulan pertama, maka kita tidak rugi sekalipun mobil atau motor di ambil, apalagi yang programnya DP rendah, anggap saja sewa. Lembaga keuangan tahu itu dan debt collector juga tahu itu.

Karena itu kalau Anda telat di bulan-bulan awal mereka menelepon saja. Tapi kalau sudah tinggal satu bulan lagi, terlambat satu hari saja Debt Collector datang dan urusannya jadi runyam. Pokoknya hati-hati di tahun terakhir atau terutama di tiga bulan terakhir.

Saya pernah mengalaminya, bukan sekali tapi dua kali, karena itu saya percaya ini adalah pola. Kalau ada yang mengalami juga mohon dishare.

Pertama ketika motor supir saya terlambat bayar padahal tinggal 3 bulan lagi lunas. Padahal biasanya di telepon kalau terlambat tapi ketika tiga bulan lagi lunas yang datang debt collector. Konyolnya, kalau kita terlambat di bulan-bulan terakhir tiba tiba mentranfer jadi susah. Selama ini saya yang mentransferkan uangnya, tapi sering tertolak, jadi saya kira ditolak karena sudah bayar ternyata ditutup karena terlambat. Aneh kan? Bukannya dipermudah ketika terlambat malah dipersulit.

Ternyata itu tujuannya. Memberi makan Debt Collector.
Jadi yang membayar cicilan via transfer lebih beresiko daripada yang bayar langsung.

Kejadian kedua, ketika cicilan mobil tinggal 1 bulan.
Tiba tiba debt colector datang mau ambil mobil karena terlambat 1 hari. Ya, benar benar 1 hari. Jadi debt colector menunggu samapai batas tanggal terakhir. Padahal kita pakai auto debet. Ternyata ketika di auto uang kosong, kemudian kita masukkan uang berapa hari berikutnya mereka tidak mendebet lagi.

Jadi memang niatnya bukan nagih hutang tapi mau kasih makan dect colector dengan memanfaatkan kelalaian pelanggan. Karena keterlambatan 1 hari tersebut saya dipaksa bayar 4 juta. Tentu saja saya tidak mau, karena itu saya datang ke lembaga keuangan tersebut (XXX finance), saya ajak staf lembaga keuangan (bukan debt colectornya) tersebut berdebat, di depan dia saya pasang rekaman sebagai tanda bukti kalau saya perlu tulis.

"Kamu mau nagih uang atau mau rampok mobil?" tanya saya.
"Tapi peraturannya...jika lalu maka..bla-bla bla!" jawab mereka.
"Ya kalau niat mau nagih hutang di debet gak ada di cek lagi dong, bukannya sengaja gak di debet. Sengaja dipersulit bayar...bla...bla...bla...".

Terakhir saya terpaksa ancam (tapi beneran akan saya lakukan) dan saya catat nama dua orang yang berbincang dengan saya.
"Berapapun kerugian saya , saya jamin lembaga Anda akan rugi ribuan kali lipat, dari apa yang akan saya lakukan! Saya janji."

Saya tahu gak ada gunanya ribut ama debt colector, jadi mending langsung ke staf lembaga keungan bersangkutan. Akhirnya mereka diskusi dan berhitung resiko juga, dan membatalkan denda, dan Debt colector sangat kecewa karena gak kebagian komisi (Karena urusan saya selesai, dalam tulisan ini tidak saya tulis nama lembaga keuangan tersebut).

Tapi Debt colector sekalipun urusan saya sudah selesai tidak mau menyerah. Mereka merasa masih pegang surat di tangan mereka. Mereka berkordinasi ingin tetap merebut mobil, mungkin juga ingin kerubutin saya, tapi saya sudah hitung resiko itu. Karena itu saya parkir mobil ditempat jauh, selalu di tempat publik, dan mengawasi kalau ada yang mengikuti.

Melihat gelagat tidak baik, saya laporkan lagi perilaku Debt Colector tersebut pada staf penagihan dan saya minta surat mandatnya dicabut. Akhirnya debt colector diamankan dan suratnya dicabut. Itupun saya masih dilobi untuk kasih sekedar uang rokok ganti transport.

Semua peristiwa ini kembali dalam ingatan setelah membaca berita kejadian di Citibank baru-baru ini. Setelah kejadian citibank, saya rekomendasikan untuk selesaikan via telepon saja. Jadi intinya hati-hati, yang cermat, karena lembaga keuangan dan debt collector menunggu Anda lalai, di bulan-bulan terakhir atau tahun terakhir. Tidak butuh beberapa bulan menunggak, kalau sudah di tahun terakhir, satu hari saja telat anda telat, bisa kena pasal lalai dan berhadapan dengan debt collector.

Kejamnya dunia!
Sukses selalu, No Excuse!


-------------------------- Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."