Jumat, Juni 18, 2010

Pin It

Widgets

Sekilas Cerita tentang Orangtua Kita

Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan
kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.

Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk
masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku
benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu.

Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia
menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah
kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda :
“Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang
karena do’a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu
terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”.
Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan
pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia
berkata : “Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu
Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan
menangis gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah
telah mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan
menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]

Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya
: “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau
menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.

Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang
keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling
berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua
dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil
sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.

Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni,
orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk
berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada
ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan
berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan
kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.

Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari
Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin
Amir bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau
Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau dari Murad
kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar bertanya, “Engkau
punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita, “Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman
yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan
sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang
sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku
hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu”.

(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia
memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia
menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis
(rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka
bersama orang yang tidak dikenal”.

Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah
memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai
tanda penyesalannya.

dari notenya fadil.


-------------------------- Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Artikel terkait :



1 comments:

gajahpesing mengatakan...

subhanallah, cerita-cerita Islam tidak akan pernah membosankan bagi saia...

Posting Komentar

Punya opini lain? Ceritakan di sini kawan.. :)