Rabu, Maret 17, 2010

Pin It

Widgets

Trauma tapi Cinta

Trauma, dalam kamus KBBI Daring (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan) dijelaskan bahwa kata ini adalah sebuah kata benda (noun) yang artinya; 1 keadaan jiwa atau tingkah laku yg tidak normal sbg akibat dr tekanan jiwa atau cedera jasmani; 2 luka berat. Ada juga yang memberi penjelasan tentang trauma sebagai berikut; segala sesuatu yang memiliki sebab, dan membuat manusia menderita untuk waktu yang lama, mungkin juga sepanjang hidup mereka, membuat mereka merasa sedih, menghantui generasi mendatang, adalah trauma.


Trauma, menurut penulis di blog tersebut adalah sebuah akibat. Yang karenanya ia memiliki sebab-sebab. Dan kalau kita gabungkan, maka trauma secara sederhana bisa dikatakan adalah sebuah luka, yang 'abadi'. Ia tidak bisa sembuh, bahkan ketika sang sebab-sebab awalnya tadi sudah hilang. Berbeda dengan shock atau sedih, yang relatif lebih pendek dibandingkan trauma. Selain sifatnya yang menetap ini, trauma juga memiliki karakter lain.. yaitu, ia cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi, tak lain karena sebagaimana disebut di awal, bahwa sifat trauma cenderung menetap. Karena sifat menetapnya inilah, bila suatu waktu ia teringat lagi.. maka penyakit traumanya akan semakin berlipat.. T_T

Hm... ada apa sih ko ngomongin soal trauma??

Hampir setiap dari kita, pernah, telah, atau bahkan sedang mengalami trauma akibat dari masa lalu kita. Mungkin, ada misalnya orang yang trauma dengan ketinggian karena suatu sebab. Atau trauma naik motor, karena beberapa kali kecelakaan, dan lain sebagainya.

Dan aku sendiri, saat ini sedang mengalami trauma. Karena itulah, aku ingin curcol (curhat colongan - hehe...) tentang beberapa trauma yang aku alami.

Yang paling ringan mungkin trauma nonton team kesayangan bertanding. Dan buktinya, baru aja terjadi lagi.. Kalau mungkin diitung-itung secara statistik (silahkan muntah.. :P ) maka hampir 100% team yang aku dukung selalu kalah bila aku nonton live di tv.. T_T

Gak terhitung lagi, berapa kali aku dukung Chelsea dan Juve, dan setiap kali aku tonton.. hampir pasti keduanya kalah. Kecuali kalau lawannya emang terlalu mudah.. tapi biasanya ga disiarin.. :hammer:

Cuman satu hal yang aneh dari diriku ini. Biarpun, setiap kali itu aku harus terkapar karena terpaksa ngeliat langsung team kesayanganku tersingkir,... tiap kali itu pula, menyala semangat lagi untuk bisa ngeliat suatu waktu Chelsea atau Juve menang lagi. Ga ada kapoknya dah.. (Hiks.. hiks..)

Dan hm... yang kedua, - kali ini agak serius - ... mungkin ga ada yang mengira, kalau hampir selalu aku jadi korban sakit hati. :ngglosor-ngglosor...

Entah udah berapa orang yang jadi saksi hidup cerita curhatanku. Mulai dari awal kenal dengan si dia.., pedekate, sinyal-sinyal, hingga ketika ku rasa sudah sangat pas waktunya, aku utarakan kata cinta. Dan lucunya, selalu ditolak, meski sudah sedekat itu hubunganku dengannya... =))

Meskipun, pernah juga si.. sempet pacaran dengan dua orang (dalam waktu yang beda pastinya... :P) tapi itu juga karena aku yang ditembak. Aneh ya? heu heu heu..

Yah, mohon maklum.. dulu pikirannya kalau cinta, maka perlu diutarakan.. daripada dipendam ga jelas. Dan belum bisa dewasa tuk mengakui bahwa 'aktivitas' pacaran itu hukumnya haram..

Pun seperti ceritaku soal Chelsea dan Juve, setiap kali aku jadi korban karena rasanya seperti dipermainkan aja, setelah begitu dekat dan ngerasain tulusnya cintaku, eh dianya pergi begitu aja.. Dan karenanya, mungkin aku jadi trauma.. dan semakin menguatkan tekadku, untuk bisa mempersembahkan cinta yang lebih tulus dari yang dulu.. selalu menjaganya, berusaha membuat dia bahagia, dan tak sekalipun terpikir tuk sakiti dia, bila nanti kutemukan cintaku yang baru. T_T

Akhirnya aku pun bertekad, berusaha untuk melupakan kata 'cinta' dan tidak sekalipun mengucapkannya.. kecuali untuk orang terakhir, saat aku melamar si dia.

Waktu berjalan, hari demi hari dan bulan berganti. Hingga suatu waktu, kupikir.. t'lah kutemukan orangnya.. yang kan menerima kata 'cinta' terakhirku. Dan segala sesuatunya berjalan lancar.. hingga beberapa hari kemarin, saat harus kuakui.. bahwa bisa jadi ibu ga setuju, karena suatu sebab yang sama. T_T

Mau ga mau, pedih ga pedih. Sakit ga sakit.. fakta ini harus aku ceritain.. Aku ga mau dia berkorban lebih banyak, berharap semakin tinggi.. yang bila datang waktunya, justru akan membuat dia semakin sakit.. lebih dari saat ini. Meskipun, berkal-kali aku katakan.. kepada sahabatnya, justru aku lebih memilih agar dia yang pergi dariku dan tinggalkanku, daripada aku harus ceritakan hal ini.. Lebih baik, aku yang seolah-olah jadi korban.. daripada harus membuatnya menjadi korban.

Setelah berulang kali, aku melihat diriku sendiri sebagai korban.. dan menjadi trauma karenanya, kali ini.. dengan sangat terpaksa, aku dipaksa untuk menatap orang yang sangat aku cintai.. menjadi korban kecerobohanku. Hikz..

Dan sekarang, aku pun menjadi trauma.. trauma tersakiti ditambah trauma menyakiti. Dan persis seperti yang dibilang Reza dalam blognya, trauma kali ini akibat trauma sebelumnya. Lantas ke mana aku akan lari? Karena ku trauma tersakiti sekaligus menyakiti..

Mungkin kupikir, saat ini aku trauma memilih. Karena sepertinya, setiap orang yang kupilih, harus menjadi salah satu pihak, sebagai yang menyakiti.. atau yang tersakiti.

Jadi kupikir.. tak perlu lagi memilih. Dan biarkan aku dengan trauma-trauma ini.



--------------------------
Salam hangat dari neilhoja. "Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu."

Artikel terkait :