Jumat, Desember 12, 2008

Pin It

Widgets

Tips Menghadapi Diktat Kuliah

ditulis oleh Abdurrahman Samboo, dengan judul asli "Menaklukkan Muqorror" diposting di milis PMIK
Penulis adalah mahasiswa Al-Azhar yang selama ujian termin satu/tingkat satu berjibaku hampir 24 jam penuh hanya untuk merumuskan metode belajar ini.


Ujian telah dekat, dan mengharuskan seluruh elemen yang ada di mahasiswa untuk berkonsentrasi penuh terhadap materi-materi yang akan diujikan. Bagi sebagian mahasiswa yang sedari awal tahun ajaran sudah mempersiapkan diri, hari-hari ujian ini akan menjadi saat-saat yang paling ia tunggu-tunggu. Akan tetapi, bagi sebagian mahasiswa lain yang melulu disibukkan hal-hal di luar kuliah, hari-hari ujian paling tidak akan menjadi saat-saat yang paling menakutkan baginya.

Baik golongan mahasiswa yang pertama maupun yang kedua harus melewati satu keadaan yang bisa dibilang paling krusial. Apakah itu? Menaklukkan muqarrar atau diktat kuliah. Tapi, sebenarnya unsur-unsur lain yang harus dipersiapkan untuk menghadapi ujian tidaklah sedikit. Jika disebutkan, antara lain seperti datang ke kuliah untuk mendengarkan materi-materi langsung dari duktur (sebutan dosen pengajar di Al-Azhar –Red), mengadakan belajar-belajar kelompok secara reguler dan intens, meningkatkan nilai-nilai spiritualitas atau kedekatan kepada Tuhan, bersikap tenang selama ujian berlangsung, dan mengetahui tata cara mengisi jawaban di waktu ujian.



Dari sekian unsur yang telah disebutkan, sekali lagi perlu diingatkan bahwa unsur terpenting adalah bagaimana mahasiswa Al-Azhar menaklukkan muqarrar. Dalam artian menguasai dan memahami dengan baik isi materi diktat kuliahnya. Sering terdengar pepatah bilang, “Ath-thariqatu ahammu minal maddah”, yang artinya metode atau cara itu lebih penting dari bekal atau pra-sarana. Maksudnya, tidak terlalu penting mahasiswa itu mempunyai diktat secara lengkap, ataupun mempunyai berbagai macam kamus, dan lain-lain. Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana ia menggunakan metode dalam belajarnya. Cara apa yang paling strategis dalam memanfaatkan “bekal-bekal” tadi.

Sebuah rumusan yang ideal memang mengharuskan setiap mahasiswa memiliki seluruh unsur-unsur yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, semuanya akan tergantung sepenuhnya kepada pemahaman dan penguasaan mahasiswa tersebut terhadap diktat. Jikalau ia sudah mempunyai unsur-unsur tadi secara lengkap namun ia tidak menguasai muqarrar dengan baik, maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Sebaliknya, meskipun ia tidak mempunyai sebagian besar unsur-unsur di atas namun mampu menguasai muqarrar secara tepat, bisa dipastikan hasil ujiannya akan memuaskan.

Sekarang langsung ke inti permasalahan. Bagaimana menaklukkan muqarrar? Apa saja yang harus disiapkan untuk menguasai lembar demi lembarnya? Bagaimana mengetahui bagian-bagian diktat yang akan keluar di kertas soal ujian? Perlukah menghafal bagian-bagian terpenting dari materi tertentu? Bagaimana menghadapi kalimat-kalimat yang sukar dimengerti dalam muqarrar? Bagaimana memahami arah dan maksud penulis diktat? Dan masih banyak lagi apa dan bagaimana dalam hal ini. Namun, pertama kali yang harus ditanyakan adalah, “Bagaimana model soal-soal ujian yang dikeluarkan Al-Azhar selama ini?”

Jawabannya adalah Al-Azhar tidak pernah bisa diprediksi dalam pembuatan soal-soal ujian. Disini, memang terlihat sisi Al-Azhar yang angker, mungkin tidak seperti universitas- universitas lainnya. Bagian-bagian yang dikatakan penting dan materi-materi yang diberikan duktur tidak mesti akan keluar menjadi soal ujian. Berdasarkan pengalaman penulis, soal-soal ujian tersebut diacak sedemikian rupa meskipun tetap ada maksud dan tujuan pentingnya. Tapi, tidak usah khawatir karena seluruh soal-soal yang keluar pasti berasal dari tahdidan muqarrar (bab-bab materi yang akan diujikan –Red). Tidak ada yang keluar selain darinya. Oleh karena itu, diperlukan metode khusus untuk menghadapi soal-soal ujian ala Al-Azhar ini. Sebuah strategi yang tepat dan efektif sehingga pada nantinya akan sangat membantu selama ujian berlangsung.

Demi mengetahui fakta pembuatan soal di Al-Azhar yang unpredictable, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah merubah gaya pembacaan mahasiswa terhadap muqarrar. Yaitu, tidak ada anggapan bahwa sebagian materi penting dan sebagian lain tidak. Pada akhirnya, ia akan memusatkan perhatian dan hafalannya hanya pada bagian-bagian yang dianggapnya penting. Bisa dipastikan, metode ini akan menjadi blunder nanti ketika waktu ujian. Seringkali muncul soal ketika ujian dari hal-hal yang sepele dan tidak diwaspadai sama sekali. Padahal pada bagian tersebut tidak ada hafalan dan pemahaman yang sempurna. Tentu hasilnya adalah proses menjawab yang berdasarkan tanjim alias aji-aji pengawuran.

Untuk menanggulangi hal tersebut, metode pembacaan muqarrar selayaknya menganut paham bahwa semua yang ada di muqarrar atau tahdid (batasan-batasan bab yang akan diujikan –Red) adalah penting dan harus dibaca plus dipahami. Hal pertama yang terbayang otomatis adalah berat dan melelahkan. Iya, memang harus seperti itu, Al-Azhar bukanlah universitas sembarangan. Al-Azhar memang mewajibkan mahasiswanya untuk mempunyai daya hafalan yang kuat dan melebihi rata-rata. Membaca, memahami, dan menghafal semua materi tanpa terkecuali merupakan ciri khas cara belajar disini. Ini adalah rahasia terbesar yang sudah banyak diketahui orang tapi juga banyak yang tidak mempercayainya.

Beranjak dari pemahaman masalah di atas, seharusnya setiap mahasiswa sudah memulai membaca dan menghafal sejak awal tahun ajaran. Cara seperti ini akan membuatnya melewati masa-masa ujian dengan tenang, santai, dan meyakinkan. Ketika masa ujian sudah dekat seperti sekarang, minimal materi yang harus dibaca dan dihafal dari setiap mata pelajaran tinggal 30% saja. Dan ketika hari ujian tiba, ia hanya tinggal mengulang-ulanginya . Namun, bagi yang melakukan start pada waktu-waktu sekarang, ia harus menerapkan situasi gawat darurat dan mempunyai jurus membaca plus menghafal yang tepat, efektif, dan efisien. Jika tidak, ia akan menjadi salah satu pohon yang ditumbangkan selama badai ujian nanti.

Sekarang pembahasan beralih ke jurus membaca plus menghafal yang ampuh. Karena baik mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari atau yang baru mulai akhir-akhir ini tidak boleh tidak mempunyai cara atau metode membaca yang jitu dan ampuh. Berdasarkan pengalaman penulis, sedikitnya ada tiga tahapan yang kudu ditempuh oleh setiap pembaca dan penghafal suatu materi. Yaitu, Tahap Memahami, Tahap Menyimpulkan, dan Tahap Menghafal. Dengan ketiga hal mendasar ini, bisa dijamin proses pembacaan dan penghafalan materi ujian akan berjalan teratur dan tepat. Metode ini sangat bergantung kepada individu masing-masing. Lebih tepatnya, berkaitan erat sekali dengan kemampuan IQ atau Intelligence Quotients yang bersangkutan. Semakin tingkatan IQ-nya tinggi, semakin cepat proses yang dilaluinya. Di bawah ini akan dijelaskan per tahapan dalam proses membaca dan menghafal yang baik dan benar.

Tahapan pertama, Memahami, membutuhkan konsentrasi luar biasa. Hal ini juga tergantung individu masing-masing. Ada yang bisa berkonsentrasi untuk memahami suatu materi dalam suasana ramai, atau sambil dengerin musik, atau harus ditempat sepi, atau sambil hidupin MP3 Al-Quran, dan lain-lain. Setiap orang sudah seharusnya mengetahui karakter belajarnya sendiri-sendiri. Supaya proses memahami ini berjalan maksimal, ia musti mencari tempat untuk berkonsentrasi yang sesuai dengan kecenderungannya. Dalam memahami materi, setiap kalimat bahkan setiap kata tidak boleh ada yang luput satu pun dari mata dan otak. Semuanya harus melewati screening pemahaman. Kalau kesulitan memahami suatu kata atau istilah tertentu, baca dulu satu paragraf secara keseluruhan. Nanti akan terlihat --jelas maupun samar-samar- - maksud dan arti kata yang sulit tersebut. Atau lebih mudah lagi jika mau membolak-balik kamus bahasa, karena hasilnya akan lebih valid dan akurat.

Kalau menemukan substansi paragraf tertentu yang sukar dipahami, baca secara keseluruhan satu bab yang berkaitan. Nanti akan terlihat maksud substansi tertentu yang menjadi problem tersebut. Atau, bisa juga menanyakannya langsung kepada teman yang pandai, senior, bahkan duktur sekalipun. Bisa dibilang pemahamannya nanti akan lebih mendekati kebenaran. Dalam proses memahami ini, ada orang yang hanya membutuhkan untuk membacanya sekali saja, dua kali, tiga kali, dan seterusnya. Semuanya tergantung kemampuan IQ-nya masing-masing. Tahapan pertama ini akan mengantarkan pada tahapan berikutnya, yaitu Tahapan Menyimpulkan.

Dalam tahapan kedua ini, bekal pemahaman yang mumpuni sudah dimiliki. Proses menyimpulkan akan sangat penting guna memunculkan buah-buah pikiran yang akan menjadi pengingat nanti di waktu-waktu berikutnya. Ketika disebutkan kesimpulan tertentu, ia langsung akan teringat bangunan pemahaman yang mengerucut pada kesimpulan tadi. Ini adalah gunanya menyimpulkan setelah memahami. Secara teknis, boleh kesimpulan pengingat tesebut ditulis di kertas luar diktat dengan rapi dan teratur. Atau, boleh juga menuliskannya langsung di dalam diktat. Tentunya lembaran diktat akan begitu ramai dan penuh dengan tulisan-tulisan. Namun, ini semuanya kembali ke kecenderungan masing-masing.

Kemudian tahapan terakhir adalah menghafal. Tahapan ini mungkin bisa dibilang asupan terpenting nanti ketika ujian berlangsung. Jika memahami sudah bisa berjalan dengan baik dan menyimpulkan pun sudah dikerjakan secara baik pula namun menghafal tidak dilakukan, maka menghadapi ujiannya tidak akan bisa 100%. Jika dianalogikan secara sederhana adalah bagaikan seorang prajurit yang sudah berlatih dengan sangat keras baik fisik maupun tata cara pertarungan, namun ketika di medan tempur ia tidak memakai baju pelindung yang kuat dan tebal. Ia akan dengan mudah dikalahkan oleh musuh karena tidak mengantisipasi hal ini.

Baik itu menyimpulkan atau menghafal, sekali lagi semuanya tergantung kepada kemampuan kecerdasan yang bersangkutan. Bisa jadi menyimpulkan suatu paragraf tertentu hanya dengan sekali baca atau bahkan berkali-kali. Juga dalam menghafal, mungkin ia membutuhkan sekali baca atau berkali-kali. Sungguh, semua itu kembali kepada “kemampuan” masing-masing. Akan tetapi, setiap yang mencobanya mau berusaha sekuat tenaga, maka tidak ada sesuatu yang tidak bisa dikerjakan. Selamat mencoba!!!

Artikel terkait :



0 comments:

Posting Komentar

Punya opini lain? Ceritakan di sini kawan.. :)