Minggu, Maret 30, 2008

Pin It

Widgets

Tegenfilm, Sebuah Balasan untuk Wilders: Film Fitna

Minggu, 30 Maret 2008

ROl-Film ini mencari batasan kebebasan berekspresi sekaligus menyerang Wilders dengan senjatanya sendiri.

Film itu diberi judul Tegenfilm. Produser film ini adalah Ersin Kiris, seorang Muslim Belanda yang asli Turki, bersama Vincent van der Lem, warga Belanda yang mengaku ateis.

Dari tangan mereka inilah, hadir jawaban untuk Geert Wilders yang menggemparkan lantaran membuat film Fitna. Ketika dunia sibuk mengantisipasi Fitna, dua pria muda itu telah merilis Tegenfilm, sebuah film balasan untuk Fitna. ''Film ini mencari batasan kebebasan berekspresi sekaligus menyerang Wilders dengan senjatanya sendiri.''

Lewat film ini, mereka berusaha memahami sikap Wilders. Misalnya, mereka berusaha mendapat gambaran tentang sosok masa muda Wilders di Venlo, daerah asal politisi Belanda ini. Di mata mereka, 'sesuatu' pasti terjadi di awal kedewasaan Wilders yang mengubahnya menjadi sosok yang takut pada Islam.



Van der Lem, salah satu produser, dalam sebuah wawancara dengan situs Islamonline (IOL) mengatakan, ide membuat film itu berawal dari keriuhan menjelang pemilu di Belanda.

Dari hasil jajak pendapat pada Desember 2007 lalu, Rita Verdonk (seorang politisi sayap kanan) diperkirakan akan mendapat 20 persen suara, sedangkan Wilders 15 persen.

Di saat bersamaan, ada 'debat Islam' di House of Commons, Belanda, di mana Wilders kerap melontarkan kritik tentang Islam di Belanda. Dari hasil jajak pendapat diketahui bahwa ternyata kritik itu banyak didukung oleh sebagian besar kelompok dari partai lain.

''Kenyataan inilah yang membuat kami yakin kalau kami tidak bisa lagi tinggal diam. Kami harus bereaksi karena kami khawatir ada perubahan dalam demokrasi,'' ujar Van der Lem.

Bila Wilders bisa membuat film, mereka pun memastikan diri mampu membuat film dengan sudut pandang mereka untuk melihat ancaman Wilders.

Maka, hadirlah film Tegenfilm yang dalam situs MTNL.nl juga disebutkan bahwa ''Film counteractive ini merupakan sebuah laporan tentang sudut pandang Wilders yang berkaitan dengan kebebasan berekspresi, demokrasi, dan Muslim.''

Menghadapi kekalutan yang dipciu oleh Wilders, Van der Lem menilai perlunya kebersamaan seluruh rakyat Belanda untuk memecahkan masalah seperti ini, baik Muslim maupun non-Muslim. Tak hanya umat Muslim saja yang harus menghadapi tekanan Wilders itu, lanjut Van der Lem, karena faktanya tak sedikit warga asli Belanda yang tak setuju dengan sang politisi itu.

Di mata Van der Lem, tidak perlu ada reaksi berlebihan untuk film Fitna. ''Saya paham ada rasa frustrasi di kalangan Muslim, terutama untuk para anak muda,'' ujarnya.

Dia berharap tidak ada reaksi keras terhadap aksi provokasi Wilders. ''Karena, bagi saya, inilah tujuan film (Fitna) itu. Saya kira Wilders berharap dapat melihat orang-orang Muslim membakar bendera dan para anak muda memulai kerusuhan setelah peluncuran film ini. Inilah yang akan membuktikan pandangannya bahwa warga Muslim tidak bisa menerima kebebasan berbicara. Anak muda harus membuktikan bahwa dia salah,'' kata Van der Lem.

Lebih lanjut, Van der Lem pun mengakui liputan media tentang Islam kerap tak berimbang. ''Liputan di Israel adalah contoh yang tepat,'' paparnya. Untuk masalah Wilders, Van der Lem melihat kata-kata yang dipakai Wilders acap kali digeneralisasi. Seperti ketika dia menggunakan kata 'teroris jalanan' untuk menyebutkan anak muda Maroko. Padahal, saat itu Wilders merujuk pada sekelompok kecil anak muda Maroko yang mengganggu sebuah kawasan miskin di negeri itu. ''Media seharusnya lebih dapat mengungkap lebih dalam taktiknya,'' kata Van der Lem.

Setelah meluncurkan film, Van der Lem dan Kiris mempersiapkan sebuah situs Tegenfilm.hyves.nl. Dalam situs ini, mereka akan menerima masukan dan argumentasi dari masyarakat tentang film Tegenfilm. ''Kami berniat untuk menetralisasi argumen politik Wilder di media,'' ujar Van der Lem.

Situs ini pun hadir demi menjawab kritik tajam sejumlah media Belanda yang menyebutkan bahwa film Tegenfilm itu bagus, namun kurang memuat argumen kuat untuk melawan ide politik Wilders.

Bila berminat, Anda dapat melihat Tegenfilm di situs Youtube dan MTNL.nl, sebuah situs resmi dari Multiculturele Televisie Nederland. Sayangnya, tidak ada teks terjemahan berbahasa Inggris atau Arab untuk memudahkan pemahaman film tersebut.
(iol/neh )


© 2007 Hak Cipta oleh Republika Online

Artikel terkait :



0 comments:

Posting Komentar

Punya opini lain? Ceritakan di sini kawan.. :)