Senin, Desember 22, 2008

Pohon Apel dan Seorang Anak; Met Hari Ibu

Kita mungkin pernah berpikir, kenapa berbakti kepada orangtua ditempatkan oleh Islam di tempat yang begitu tinggi. Bahkan ketika orangtua kita adalah orang kafir dan bukan Islam.. Mungkin cerita di bawah ini bisa menjawab kenapa,..

Selamat Hari Ibu... miss u so much, Mom,

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi.” jawab anak lelaki itu.



“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi.” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”

“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu.” kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi denganku.” kata pohon apel.

“Aku sedih,” kata anak lelaki itu.

“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.


“Maaf anakku,” kata pohon apel itu.

“Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”

“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.” Jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat.” Kata pohon apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu.” jawab anak lelaki itu.

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini.” Kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang.” kata anak lelaki.

“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apapun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan bila Anda berpikir, orangtua kita begitu memiliki cinta dan sayang kepada kita yang begitu tak terbatas dan tanpa syarat... pernahkah kita berpikir betapa besar dan luas cinta-Nya kepada kita yang telah menganugerahi dua orang tua kita, untuk menjaga kita dari saat sebelum kita lahir??

Umar bin Abdul Aziz berkata: "Sesungguhnya syukur dan tambahan nikmat itu adalah saling berkaitan. Maka sungguh tidak akan terputus tambahan nikmat dari Allah, kecuali telah terputus ungkapan syukur dari sang hamba."

credit to: arie5758 [kaskus maniac]
www.kaskus.us

Sabtu, Desember 20, 2008

Hukum Jalan Berduaan, Nganterin Temen

Sore itu, aku ditanya seorang senior salah satu organisasi kekeluargaan di Mesir. Dalam sebuah acara makan bareng, “Ehm.. Sul, gimana tuh kabar ******?” Sontak aku kaget ditanya tentang temen wanitaku tersebut. Aku terdiam sebentar, lalu balik nanya, “Ehm... lha ada apa nih, sama ******?” candaku.

“Lho, bukannya kalian sering jalan bareng? Ya.. aku cuma nanya aja kok, he..”

“Ups,...!!!” teriakku dalam hati. Wah gawat, akhirnya hal yang selama ini aku kuatirin terjadi juga. Ada beberapa orang yang beranggapan lain saat melihatku jalan bareng temen wanitaku itu, meski niatnya buat nganterin pulang. Tapi tetep aja, orang yang ngeliat kan beda-beda anggapannya..

“Gimana tuh, Am...?” tanya temenku setelah sejenak cerita soal dirinya barusan. "Apa menurut nt (kamu) hukum nemenin cewek pulang bareng?"



Sejenak aku berpikir. Kemudian aku jadi ingat dulu waktu pertama kali menginjakkan kakiku di bumi Kinanah ini. Saat aku jalan-jalan, dan emang kalo di Kairo ini segala sesuatu harus jalan kaki, berhubung ndak ada motor, heu..heu... Saat aku jalan-jalan, kadang aku ngeliat seorang cowok yang jalan berdua dengan seorang cewek. Saat itu, timbul pikiran negatifku. Hm.. ternyata, ada juga pacaran di sini, bukannya pacaran itu gak boleh karena mendekati zina? Praktis, kalau jalan bareng berdua itu kan udah khalwat?? Meski di situ banyak orang, toh orang lain gak dianggap keberadaannya bukan? “Dunia cuma milik berdua, yang lain Ngontrak!!” he...

Dan aku pun punya pikiran agar jangan sampai jalan berdua ama siapapun. Termasuk yang cowok? He.. capede, ya gak lah. Karena kupikir, kalau kita jalan berdua aja sama cewek, itu udah masuk khalwat yang gak boleh dalam Islam. Kan bukan muhrim.. (ejaan Indonesia, padahal aslinya sih, mahram. Yang ngerti ilmu Sharaf pasti tau, kalau artinya beda bangett).

Khalwat gak sih??

Dulu aku sempet ngecap, bahwa siapapun dan apapun bentuknya, yang namanya jalan berdua, ya tetep aja jalan berdua. Khalwat tetep khalwat. Bahkan sampai kepada siapapun yang aku temui. Baik itu bener-bener nganterin pulang ato enggak, tetep kuanggap mereka itu udah khalwat. Apa bener niat kita nganterin pulang, bener-bener ‘cuma’ nganterin pulang? Atau ada hal lain? Itulah yang jadi landasanku selama ini.

Hingga suatu pagi, tepatnya pagi tadi sih... he, saat aku nderes surat an-Nur ayat 11. Aku jadi teringat kisah bagaimana siti Aisyah difitnah telah berbuat serong dengan seorang sahabat. Mulanya aku berpikir, “Masya Allah, gimana ya perasaan siti Aisyah kala itu. Seorang istri nabi, pemimpin umat dan para anbiya, difitnah berbuat serong!!” Hancur n tak terbayangkanlah... perasaan bersalah ama Nabi pasti gak ketulungan, meskipun beliau sama sekali gak melakukannya. Tapi bagaimanapun, meski itu adalah fitnah, tetep aja beliau ngerasa bersalah. Ditambah lagi sakitnya difitnah dan gak bisa ngebuktiin fitnah tersebut. Subhanallah...

Sampai kemudian turun ayat an-Nur di atas. Bukti yang langsung didatangkan oleh Ia yang Maha Tahu. Dan orang-orang yang nyebarin fitnah itu pun kemudian dihukum. Sementara beberapa orang mu’min di ayat selanjutnya juga disinggung, kenapa gak mau membela Nabi dan istrinya yang difitnah, tetapi malah ikut menyebarkannya? Tapi memang, berat cobaan iman kala itu. Bayangin sendiri aja, yaw...

Namun selanjutnya, aku mikir, kira-kira apa yang menjadi landasan sahabat tersebut mengantar siti Aisyah pulang? Perlu diketahui, bahwa menurut kitab “Khulasoh nur al-Yaqin” juz 2, diceritakan bahwa ketika itu siti Aisyah bersama Nabi sedang berkemah, suatu hal yang lazim ketika berperang. Siti Aisyah kemudian meminta izin kepada nabi untuk pergi sebentar. Namun, ketika itu setelah siti Aisyah menyelesaikan hajatnya dan akan kembali ke perkemahan, beliau teringat sebuah kalung yang terputus dan berusaha mencarinya. Akan tetapi sayang, saat siti Aisyah kembali ke perkemahan, didapatinya Rasulullah telah pergi bersama rombongan. Sementara rombongan tersebut tidak sadar, bahwa siti Aisyah tidak bersama mereka.

Beruntung saat itu, seorang sahabat (Shafwan bin Mua’thal) menemukan siti Aisyah dalam keadaan tertidur. Siti Aisyah kemudian terbangun, dan tanpa berkata sepatah katapun Shafwan kemudian mempersilahkan siti Aisyah untuk menunggangi untanya, lalu mengantar beliau pulang. Saat pulang itulah, timbul fitnah atau yang dikenal dengan ‘haditsu al-ifki’.

Sementara itu dalam kitab tafsir ibnu Katsir, dijelaskan bahwa sepuluh ayat ini turun sebagai ‘baraat’ atau pembebas atas tuduhan yang dikenakan kepada siti Aisyah oleh orang-orang munafik. Orang pertama yang menyebarkannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin orang-orang munafik. Hingga orang-orang mu’min kala itu ikut terpengaruh. Perkara ini berlangsung hingga sebulan lamanya, sebelum akhirnya turun sepuluh ayat tersebut sebagai pembebas.

Dalam kitab ini juga disertakan riwayat tentang asal mula siti Aisyah tertinggal dari rombongan. Imam Ahmad berkata, diceritakan kepada kami dari Abdur Razzaq, dari Ma’mar dari Zuhri. Ia (Zuhri) berkata, Sa’id bin Musayyab, Urwah bin Zubair, Alqamah bin Waqash dan Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud bercerita kepadaku dari Aisyah ra. dengan cerita seperti yang udah aku ringkas di atas dari kitab ‘khulasoh nur al-yaqin’.

Nah, dari sinilah kemudian aku berpikir, kira-kira apa yang terjadi bila sahabat tersebut tidak mengantar siti Aisyah pulang? Meninggalkan beliau di tengah padang pasir, karena takut timbul fitnah? Dalam cerita tersebut, bahkan tidak dijelaskan keragu-raguan sahabat tersebut. Karena beliau sadar, bagaimana jadinya bila siti Aisyah sendirian di tengah padang pasir. Bagaimana nanti bila bertemu musuh Islam? Gak bisa dibayangin... bukankah, kejahatan itu terjadi bukan saja karena niat, tapi lebih karena ada kesempatan??

Dengan alasan dharurat inilah kemudian sang sahabat mengantar siti Aisyah pulang. Apakah ini disebut khalwat? Tentu bukan khalwat yang dilarang agama, berhubung madharrat yang dihindari jauh lebih besar.

Nah sekarang, bagaimana dengan kita di sini? Bisakah dengan alasan sadd adz-dzarai (mencegah keburukan) dijadikan landasan? Kupikir bisa. Karena kita tahu, bahwa saat ini kondisi wanita yang berjalan pulang sendirian malam-malam udah gak aman lagi. Bahkan di negeri kita sendiri sudah sering kejadian wanita menjadi korban perilaku menyimpang orang-orang kurang iman.

Tapi tentunya, bukan berarti kemudian kita bisa bebas nganterin temen wanita kita pulang berduaan. Kalo bisa lebih dari satu, tentu itu lebih baik. Selain untuk menjaga hati kita agar tidak kesetrum oleh panah si cupid dan pandangan mata setan, juga agar tidak timbul fitnah yang tidak kita inginkan.

Jadi intinya, boleh-boleh aja kita nganterin temen wanita kita pulang berduaan, karena kalo ia ditinggal sendirian lebih berbahaya, asalkan kita tetep inget bahwa yang kita lakuin adalah sebatas sadd adz-dzarai (jagain temen kita dari tangan-tangan usil) dan tidak jalb al-mashalih (ngambil kesempatan dalam kesempitan, :P). Inget, Allah Maha Tahu setiap gerak-gerik hatimu.

So, sebelum nantinya kita jalan berdua nganterin temen wanita kita – inget di sini aku bilang temen lo, bukan ‘temen’ – kita kudu siap-siap. Pertama, benerin dulu niat kita, lalu tata hati ini, dan terakhir doa semoga niatnya bener-bener ikhlas dan senantiasa dijaga Allah, baik dari tangan-tangan jahil penjahat, ataupun dari bisikan-bisikan mesra setan terkutuk.

Wallahu al-muwaffiq ila aqwam ath-thariq...

STOP PRESS!! Alasan utama tulisan ini dibuat adalah sebagai pengingat agar temen penulis lebih bisa menjaga hati ketika nganterin temennya tersebut, dan bukan untuk berfatwa. Karenanya, bila ditemukan sebuah atau banyak kejanggalan, penulis sangat terbuka untuk kritik dan saran.

Wama uridu ill al-islaha ma istatha’tu, wama taufiqiy illa billahi. Alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniibu. (Hud: 88).

Wallahu a’lamu bi ash-showab.

Kamis, Desember 18, 2008

Surat Untuk Tuhanku

Di Ujung Tanduk

di mana Engkau?
kucari-cari dalam tiap rakaatku,
dan hanya kutemukan toleh salam dalam tahiyatku

dan saat aku bertakbir di waktu duha-Mu,
kutemukan diriku t'lah berdoa memohon rizki dariMu
tapi di mana kebesaran-Mu?

kulanggengkan rawatib sunnah Nabi-Mu,
pun tak jua kutemukan keagungan jejak-Mu

aku masih ingat di istikhorohku malam itu,
kupanjatkan kegelisahanku,
namun sungguh tak kutemui Engkau di hatiku


kusuarakan bacaan kalam agung-Mu,
kuulang-ulang di waktu apapun di bilangan hari-hariku,
namun masih tak mampu kudengar bisikan-bisikan-Mu

lalu aku berlari-lari mengejar bus kuliahku,
namun tak kujumpai niat dalam tiap langkahku

dan saat kurangkai perjalanan mimpi cintaku
rupanya tak kutemukan nama-Mu dalam anganku itu

di mana Engkau ya Rabb...
benarkah Engkau tlah tinggalkanku?

bukankah Engkau tahu betul,
aku tak dapat hidup tanpa nikmat-Mu
ku takut berjalan sendiri tanpa-Mu
aku hina bila tak disentuh rahmat-Mu
dan bukankah aku hanyalah seorang hamba-Mu?

Rabbi inni audzubika an as'alaka ma laisa laka bihi ilm
wa illa taghfirly wa tarhamny akun min al-khasirin

Sabtu, Desember 13, 2008

Ciri Orang Sok Tau

'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.

1. Enggan Membaca

Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.



Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.

2. Enggan Menulis

Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin, " katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.

Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?

3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan

Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.

Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.

4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham

Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)

Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."

5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain

Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi) .

Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."

6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat

Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.

7. Suka Berdebat Kusir

Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.

Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq dalam pemahamanku. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamien.

Sumber : Al Qur'an Dan Al Hadits.

http://ratih1727. multiply. com/journal/ item/154/ 7_CIRI_ORANG_ SOK_TAU

Jumat, Desember 12, 2008

Tips Menghadapi Diktat Kuliah

ditulis oleh Abdurrahman Samboo, dengan judul asli "Menaklukkan Muqorror" diposting di milis PMIK
Penulis adalah mahasiswa Al-Azhar yang selama ujian termin satu/tingkat satu berjibaku hampir 24 jam penuh hanya untuk merumuskan metode belajar ini.


Ujian telah dekat, dan mengharuskan seluruh elemen yang ada di mahasiswa untuk berkonsentrasi penuh terhadap materi-materi yang akan diujikan. Bagi sebagian mahasiswa yang sedari awal tahun ajaran sudah mempersiapkan diri, hari-hari ujian ini akan menjadi saat-saat yang paling ia tunggu-tunggu. Akan tetapi, bagi sebagian mahasiswa lain yang melulu disibukkan hal-hal di luar kuliah, hari-hari ujian paling tidak akan menjadi saat-saat yang paling menakutkan baginya.

Baik golongan mahasiswa yang pertama maupun yang kedua harus melewati satu keadaan yang bisa dibilang paling krusial. Apakah itu? Menaklukkan muqarrar atau diktat kuliah. Tapi, sebenarnya unsur-unsur lain yang harus dipersiapkan untuk menghadapi ujian tidaklah sedikit. Jika disebutkan, antara lain seperti datang ke kuliah untuk mendengarkan materi-materi langsung dari duktur (sebutan dosen pengajar di Al-Azhar –Red), mengadakan belajar-belajar kelompok secara reguler dan intens, meningkatkan nilai-nilai spiritualitas atau kedekatan kepada Tuhan, bersikap tenang selama ujian berlangsung, dan mengetahui tata cara mengisi jawaban di waktu ujian.



Dari sekian unsur yang telah disebutkan, sekali lagi perlu diingatkan bahwa unsur terpenting adalah bagaimana mahasiswa Al-Azhar menaklukkan muqarrar. Dalam artian menguasai dan memahami dengan baik isi materi diktat kuliahnya. Sering terdengar pepatah bilang, “Ath-thariqatu ahammu minal maddah”, yang artinya metode atau cara itu lebih penting dari bekal atau pra-sarana. Maksudnya, tidak terlalu penting mahasiswa itu mempunyai diktat secara lengkap, ataupun mempunyai berbagai macam kamus, dan lain-lain. Namun, hal yang lebih penting adalah bagaimana ia menggunakan metode dalam belajarnya. Cara apa yang paling strategis dalam memanfaatkan “bekal-bekal” tadi.

Sebuah rumusan yang ideal memang mengharuskan setiap mahasiswa memiliki seluruh unsur-unsur yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, semuanya akan tergantung sepenuhnya kepada pemahaman dan penguasaan mahasiswa tersebut terhadap diktat. Jikalau ia sudah mempunyai unsur-unsur tadi secara lengkap namun ia tidak menguasai muqarrar dengan baik, maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Sebaliknya, meskipun ia tidak mempunyai sebagian besar unsur-unsur di atas namun mampu menguasai muqarrar secara tepat, bisa dipastikan hasil ujiannya akan memuaskan.

Sekarang langsung ke inti permasalahan. Bagaimana menaklukkan muqarrar? Apa saja yang harus disiapkan untuk menguasai lembar demi lembarnya? Bagaimana mengetahui bagian-bagian diktat yang akan keluar di kertas soal ujian? Perlukah menghafal bagian-bagian terpenting dari materi tertentu? Bagaimana menghadapi kalimat-kalimat yang sukar dimengerti dalam muqarrar? Bagaimana memahami arah dan maksud penulis diktat? Dan masih banyak lagi apa dan bagaimana dalam hal ini. Namun, pertama kali yang harus ditanyakan adalah, “Bagaimana model soal-soal ujian yang dikeluarkan Al-Azhar selama ini?”

Jawabannya adalah Al-Azhar tidak pernah bisa diprediksi dalam pembuatan soal-soal ujian. Disini, memang terlihat sisi Al-Azhar yang angker, mungkin tidak seperti universitas- universitas lainnya. Bagian-bagian yang dikatakan penting dan materi-materi yang diberikan duktur tidak mesti akan keluar menjadi soal ujian. Berdasarkan pengalaman penulis, soal-soal ujian tersebut diacak sedemikian rupa meskipun tetap ada maksud dan tujuan pentingnya. Tapi, tidak usah khawatir karena seluruh soal-soal yang keluar pasti berasal dari tahdidan muqarrar (bab-bab materi yang akan diujikan –Red). Tidak ada yang keluar selain darinya. Oleh karena itu, diperlukan metode khusus untuk menghadapi soal-soal ujian ala Al-Azhar ini. Sebuah strategi yang tepat dan efektif sehingga pada nantinya akan sangat membantu selama ujian berlangsung.

Demi mengetahui fakta pembuatan soal di Al-Azhar yang unpredictable, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah merubah gaya pembacaan mahasiswa terhadap muqarrar. Yaitu, tidak ada anggapan bahwa sebagian materi penting dan sebagian lain tidak. Pada akhirnya, ia akan memusatkan perhatian dan hafalannya hanya pada bagian-bagian yang dianggapnya penting. Bisa dipastikan, metode ini akan menjadi blunder nanti ketika waktu ujian. Seringkali muncul soal ketika ujian dari hal-hal yang sepele dan tidak diwaspadai sama sekali. Padahal pada bagian tersebut tidak ada hafalan dan pemahaman yang sempurna. Tentu hasilnya adalah proses menjawab yang berdasarkan tanjim alias aji-aji pengawuran.

Untuk menanggulangi hal tersebut, metode pembacaan muqarrar selayaknya menganut paham bahwa semua yang ada di muqarrar atau tahdid (batasan-batasan bab yang akan diujikan –Red) adalah penting dan harus dibaca plus dipahami. Hal pertama yang terbayang otomatis adalah berat dan melelahkan. Iya, memang harus seperti itu, Al-Azhar bukanlah universitas sembarangan. Al-Azhar memang mewajibkan mahasiswanya untuk mempunyai daya hafalan yang kuat dan melebihi rata-rata. Membaca, memahami, dan menghafal semua materi tanpa terkecuali merupakan ciri khas cara belajar disini. Ini adalah rahasia terbesar yang sudah banyak diketahui orang tapi juga banyak yang tidak mempercayainya.

Beranjak dari pemahaman masalah di atas, seharusnya setiap mahasiswa sudah memulai membaca dan menghafal sejak awal tahun ajaran. Cara seperti ini akan membuatnya melewati masa-masa ujian dengan tenang, santai, dan meyakinkan. Ketika masa ujian sudah dekat seperti sekarang, minimal materi yang harus dibaca dan dihafal dari setiap mata pelajaran tinggal 30% saja. Dan ketika hari ujian tiba, ia hanya tinggal mengulang-ulanginya . Namun, bagi yang melakukan start pada waktu-waktu sekarang, ia harus menerapkan situasi gawat darurat dan mempunyai jurus membaca plus menghafal yang tepat, efektif, dan efisien. Jika tidak, ia akan menjadi salah satu pohon yang ditumbangkan selama badai ujian nanti.

Sekarang pembahasan beralih ke jurus membaca plus menghafal yang ampuh. Karena baik mahasiswa yang sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari atau yang baru mulai akhir-akhir ini tidak boleh tidak mempunyai cara atau metode membaca yang jitu dan ampuh. Berdasarkan pengalaman penulis, sedikitnya ada tiga tahapan yang kudu ditempuh oleh setiap pembaca dan penghafal suatu materi. Yaitu, Tahap Memahami, Tahap Menyimpulkan, dan Tahap Menghafal. Dengan ketiga hal mendasar ini, bisa dijamin proses pembacaan dan penghafalan materi ujian akan berjalan teratur dan tepat. Metode ini sangat bergantung kepada individu masing-masing. Lebih tepatnya, berkaitan erat sekali dengan kemampuan IQ atau Intelligence Quotients yang bersangkutan. Semakin tingkatan IQ-nya tinggi, semakin cepat proses yang dilaluinya. Di bawah ini akan dijelaskan per tahapan dalam proses membaca dan menghafal yang baik dan benar.

Tahapan pertama, Memahami, membutuhkan konsentrasi luar biasa. Hal ini juga tergantung individu masing-masing. Ada yang bisa berkonsentrasi untuk memahami suatu materi dalam suasana ramai, atau sambil dengerin musik, atau harus ditempat sepi, atau sambil hidupin MP3 Al-Quran, dan lain-lain. Setiap orang sudah seharusnya mengetahui karakter belajarnya sendiri-sendiri. Supaya proses memahami ini berjalan maksimal, ia musti mencari tempat untuk berkonsentrasi yang sesuai dengan kecenderungannya. Dalam memahami materi, setiap kalimat bahkan setiap kata tidak boleh ada yang luput satu pun dari mata dan otak. Semuanya harus melewati screening pemahaman. Kalau kesulitan memahami suatu kata atau istilah tertentu, baca dulu satu paragraf secara keseluruhan. Nanti akan terlihat --jelas maupun samar-samar- - maksud dan arti kata yang sulit tersebut. Atau lebih mudah lagi jika mau membolak-balik kamus bahasa, karena hasilnya akan lebih valid dan akurat.

Kalau menemukan substansi paragraf tertentu yang sukar dipahami, baca secara keseluruhan satu bab yang berkaitan. Nanti akan terlihat maksud substansi tertentu yang menjadi problem tersebut. Atau, bisa juga menanyakannya langsung kepada teman yang pandai, senior, bahkan duktur sekalipun. Bisa dibilang pemahamannya nanti akan lebih mendekati kebenaran. Dalam proses memahami ini, ada orang yang hanya membutuhkan untuk membacanya sekali saja, dua kali, tiga kali, dan seterusnya. Semuanya tergantung kemampuan IQ-nya masing-masing. Tahapan pertama ini akan mengantarkan pada tahapan berikutnya, yaitu Tahapan Menyimpulkan.

Dalam tahapan kedua ini, bekal pemahaman yang mumpuni sudah dimiliki. Proses menyimpulkan akan sangat penting guna memunculkan buah-buah pikiran yang akan menjadi pengingat nanti di waktu-waktu berikutnya. Ketika disebutkan kesimpulan tertentu, ia langsung akan teringat bangunan pemahaman yang mengerucut pada kesimpulan tadi. Ini adalah gunanya menyimpulkan setelah memahami. Secara teknis, boleh kesimpulan pengingat tesebut ditulis di kertas luar diktat dengan rapi dan teratur. Atau, boleh juga menuliskannya langsung di dalam diktat. Tentunya lembaran diktat akan begitu ramai dan penuh dengan tulisan-tulisan. Namun, ini semuanya kembali ke kecenderungan masing-masing.

Kemudian tahapan terakhir adalah menghafal. Tahapan ini mungkin bisa dibilang asupan terpenting nanti ketika ujian berlangsung. Jika memahami sudah bisa berjalan dengan baik dan menyimpulkan pun sudah dikerjakan secara baik pula namun menghafal tidak dilakukan, maka menghadapi ujiannya tidak akan bisa 100%. Jika dianalogikan secara sederhana adalah bagaikan seorang prajurit yang sudah berlatih dengan sangat keras baik fisik maupun tata cara pertarungan, namun ketika di medan tempur ia tidak memakai baju pelindung yang kuat dan tebal. Ia akan dengan mudah dikalahkan oleh musuh karena tidak mengantisipasi hal ini.

Baik itu menyimpulkan atau menghafal, sekali lagi semuanya tergantung kepada kemampuan kecerdasan yang bersangkutan. Bisa jadi menyimpulkan suatu paragraf tertentu hanya dengan sekali baca atau bahkan berkali-kali. Juga dalam menghafal, mungkin ia membutuhkan sekali baca atau berkali-kali. Sungguh, semua itu kembali kepada “kemampuan” masing-masing. Akan tetapi, setiap yang mencobanya mau berusaha sekuat tenaga, maka tidak ada sesuatu yang tidak bisa dikerjakan. Selamat mencoba!!!

Kamis, Desember 11, 2008

Evaluasi La Tansa

ditulis untuk mengisi blog Diary La Tansa

La Tansa kembali ngadain kumpul-kumpul silaturrahim antar kru Sabtu sore (15/11) kemaren. Acara yang diadain buat ajang silaturrahim ini, pastinya gak asal kumpul dong. Inisiatif Pinum kita, Zanuba Alfareni, selain ngadain silaturrahim juga digelar acara sharing ide dan evaluasi dengan para Redaktur Ahli.

Hadir dalam kesempatan kali itu, ust. Indra Gunawan, Lc. Penulis novel history Takdir Cinta ini mendapat porsi untuk ngulik kekurangan La Tansa dari segi kaderisasi. Sementara ust. Nur Fuad Shofiyullah, Lc. kebagian evaluasi dari cara pandang editing. Tak ketinggalan, kang Rizki Firmansyah dan bung Isa Anshori sang pimred kita tahun kemarin juga ikut nimbrung masalah tata letak dan perwajahan. Dan satu lagi, tokoh wanita Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir) yang lagi naik daun, mbak Majidah, mbak Visa dan Bangun Prastiwi Zahro juga ikut beramai-ramai melihat La Tansa dari sudut alam lain.


Acara yang dipandu oleh moderator sekaligus Editor kita, Nailunni’am berjalan sangat hangat dan dipenuhi canda tawa, khas kumpul gontorians. Pembicara pertama dari ust. Indra berkomentar soal sisi kaderisasi yang menurutnya perlu mendapat perhatian serius. Karena, jangan sampai ketika menjadi kru, hanya jadi kru yang kacangan dan gak mendapat manfaat apapun dari dunia jurnalistik ini. Setidaknya, seorang kru harus bisa jadiin menulis media baginya untuk berbagi. Beliau juga memberi masukan, salah satunya dengan trik mengembalikan tulisan kru yang ‘kurang’ dengan hasil editing yang lebih fresh.

Sedang dari ust. Nur Fuad, yang kebagian mengorek sisi editing, berkomentar tentang beberapa trik untuk membuat majalah ini bisa lebih profesional. Diantaranya dengan membuat rujukan ke beberapa situs, semisal KBBI online dan majalah online lainnya. Beliau juga ngungkap sedikit kenakalan kru yang kadang asal tulis dan enggan meng-edit ulang tulisannya. “Tak pelak, sang editor harus berani mengubah dan menata ulang hampir sebagian atau bahkan seluruh tulisan kru yang dirasa masih kurang,” ungkap beliau. “Gak jarang kan, kru tiba-tiba kaget ngeliat tulisannya di majalah kok bisa berubah drastis...” yang segera disambut tawa ngeh dari para kru.

Masalah tata letak juga disinggung bung Isa. Menurutnya, majalah edisi ketiga, terlalu mencolok pilihan warnanya. Gak mencerminkan profesionalitas. “Lebih bagusnya, kover sebuah majalah hanya punya satu obyek. Tegas dan representatif,” ujar beliau memberi masukan.

Yang akhirnya membuat jalannya acara makin panas, tak lain adalah mbak Majidah. Kalau hampir seluruh Redaktur Ahli adem ayem dan gak terlalu mengumbar, tapi beda dengan koordinator Study Club akhwat ‘Salsabila’ ini. Hampir semua edisi majalah tahun ini dibabat habis olehnya. Untung sang pimred, Mujib Abdurrahman gak terkapar di tempat saat menerima berbagai serangan beruntun mbak Majidah. Salah satunya soal rubrik ‘Tasliyah’ alias karikatur yang dihilangkan.

Untungnya selesai mbak Majidah, mbak Visa yang masih putri ust. Hasan, pimpinan pondok kita, lantas memberi angin segar. “Mungkin ini yang akan ana sampein ke Bapak. Kenapa sisi tulis menulis, kayaknya masih kurang dapet perhatian di pondok. Moga aja, nantinya di Gontor dunia tulis menulis bisa berkembang pesat dari sejak masa santri.”

Masukan terakhir datang dari temen kita yang juga aktivis Lakpesdam NU, Bangun Prastiwi Z. Mahasiswi yang pernah diamanahi sebagai pengasuhan santri ini memberi masukan, “Kalau Lakpesdam NU juga bisa bikin buku, kenapa kita tidak?” sebuah usul yang sangat berarti. Bukan usul yang baru, tapi setidaknya memberi kita semangat kembali untuk menyelesaikan proyek buku dari diskusi al-Qudwah, yang kemarin sudah mulai berjalan.

Selesai sholat Maghrib berjamaah, acara ditutup dengan dinner bareng dan diskusi menanggapi berbagai komentar dan evaluasi sore tadi. Sebelum semuanya berakhir, ust. Indra menutup acara dengan doa agar kita semua diberi kemudahan menghadapi ujian Januari nanti. Dan sebagiamana biasa, khas para kru yang suka foto-foto, kali ini para kru juga kembali bergaya bersama para redaktur ahli, sebelum kembali ke flat masing-masing. Tentu tidak dengan isi kepala kosong, karena berbagai evaluasi dan PR dari sesepuh-sesepuh kita tadi masih menunggu untuk ditindaklanjuti. Salam Sukses, Maan Najah, Nanjah Maan!!

Minggu, Desember 07, 2008

Teka-Teki Imam Ghazali

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya tentang sebuah teka-teki:

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1 = "Orang tua."
Murid 2 = "Guru."
Murid 3 = "Teman."
Murid 4 = "Kaum kerabat."
Imam Ghazali = "Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu adalah janji Allah, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, (Surah Ali-Imran :185).



Imam Ghazali = "Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?"
Murid 1 = "Negeri Cina "
Murid 2 = "Bulan."
Murid 3 = "Matahari."
Murid 4 = "Bintang-bintang."
Iman Ghazali = "Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan apa yang Allah perintahkan."

Iman Ghazali = "Apa yang paling besar di dunia ini?"
Murid 1 = "Gunung."
Murid 2 = "Matahari."
Murid 3 = "Bumi."
Imam Ghazali = "Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI"Apa yang paling berat di dunia?"
Murid 1 = "Baja."
Murid 2 = "Besi."
Murid 3 = "Gajah."
Imam Ghazali = "Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua berkata tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = "Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Murid 1 = "Kapas."
Murid 2 = "Angin."
Murid 3 = "Debu."
Murid 4 = "Daun-daun."
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, dengan mudah kita tinggalkan sholat."

Imam Ghazali = "Apa yang paling tajam di dunia ini?"
Murid- Murid dengan serentak menjawab = "Pedang."
Imam Ghazali = "Itu benar, tapi benda yang paling tajam di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri."

Rabu, Desember 03, 2008

"Met Ultah, ya..."

Tulisan ini aku dedikasikan buat beberapa temen yang udah ngasih aku ucapan. Sekedar tanda terima kasihku untukmu,...

Dari sisi kronologis, yang pertama ngucapin adalah temenku Ra (nama samaran FS), aslinya jambul (di Rouva) atawa Nablur, kalo biasa ana panggil. Sebelumnya, kita gak pernah kenal, coz di Gontor dulu, kita berbeda aliran. Dia aktif di Pramuka, yang notabene orang lapangan, sementara aku aktif di FP2WS, yang notabene orang ilmiah. Dua hal yang gak pernah bisa ketemu saat di Gontor dulu. Tapi kemudian, aku ama dia ketemu di sebuah Pondok di Pekalongan. Akhirnya, meski jalur yang ditempuh berbeda, tapi jiwa dan latar belakang pemikiran Gontory yang sama, membuat kami jadi akrab. Si Jambul alias Nablur ini, ngirim testi di FS tanggal 30 September. Pake gambar animasi, “Have a Cake..”

Nomor urut dua adalah mbak Ida. Kakakku yang sekarang udah menikah dan bekerja di Sampoerna Agro. Alumni UGM pertanian yang sekarang tinggal di Malang ini, adalah tipikal kakak yang sangat sayang ama adeknya ini.. he..he..he.., maka jangan heran, kalo aku lagi ketemu ama beliau, suka keluar manjanya... wkwkwkkwkw. Mbak Ida bilang pas tanggal 2 Desember malam, lewat chating, “Met Ulang Tahun ya, Dek..”

Sebelum malam beranjak larut, dan aku berbaring di tempat tidur. Seorang temen dari kelas samping yang juga masih Ketua Nozha, juga bilang lewat chating, “Met ulang tahun ya, Sul...”



Urutan kemudian adalah Rintany ‘yink’. Temen kenalan yang saat ini berada di Indonesia. Alumni PP al-Mawaddah ini, sekarang bergulat dengan jurusan HI di universitas al-Azhar juga, tapi di Jakarta.. he..he.. Bercita-cita jadi seorang diplomat, semoga terkabul angan dan cita sesuai dengan ridha-Nya. Yink bilang, dalam sebuah sms tanggal 2 Desember pukul 23:55, “(sementara disensor, lum dapet ijin dari yang krim..) Happy B’day Tad..”

Selanjutnya dari temen di Kairo, konsulaty si Cekur, alias Kurniawati. Spesialis dekor acara IKPM ini ngambil jurusan Bahasa Arab, sebuah jurusan yang konon ‘menakutkan’. Toh, ia masih mampu membuktikan kalo dia mampu. Terus berjuang ya, Sul..!! Wanita yang sehari-hari tinggal di kawasan Gami’ ini, kirim pesan singkat tanggal 2 Desember jam 23:56, “... Happy birrthday wat pimred ckrwala 2008... yg ke?..”

Dan pagi hari, setelah matahari agak menyembul dari balik ‘Imaroh (gedung apartemen), ada sebuah sms lagi masuk, dari Putri. Bunyi sms masuk dari hapeku, sejenak berhentikan aku dari ‘deres’anku. DJ Qommunity Radio yang juga masih tetangga flat-ku ini bilang, “many return of the day, met ultah y, moga asa, hrapan n cita yg terpatri tercapai,,mg doa n hrpan ortumu sllu mnyertaimu amin,,,”

30 menit kemudian, aku buka ym. Dan beberapa pesan ofline masuk, salah satunya dari Anggi Kusuma. Alumni Mantingan yang kini masih mengabdi sebagai DCC di Mantingan 1 ini, adalah temen kenal dari FS. Gadis asal Jawa Barat yang ingin nyantri juga di Azhar Kairo ini bilang, “anggi kusuma (03/12/2008 04:25:32 ص): yapp..wah antm ulang tahun ya..smoga panjang umur..”

Eh, mbakku kirim ofline juga, “Selamat ulang tahun adek..”

SMS terakhir masuk hari ini, dari Fiker, teman se-flat Cekur. Duet maut warga Gami’ ini selalu kompak bersama. Termasuk jurusan keduanya, yang sama-sama Fakultas Bahasa Arab. Setelah kejadian ‘pembantaian’ di acara ultahnya pertengahan September lalu, Fiker selalu semangat buat ‘ngebantai’ di ultah orang lain juga, peace... Dara Makasar ini nulis di smsnya jam 15:54, “Lewat lagu q suarakan nada, Lewat puisi terungkap rasa, Lwat swara jiwa bicara, Lwt sms ini jg q ucapkan Met Ultah... mAY Allah bless Us, . Maaf ni tlat, he8x.”

Ucapan terakhir sebelum tulisan ini dimuat, datang dari Alya. Salah seorang putri dari Ustadzku di Gontor dulu. Kalau boleh komentar, ia juga seorang wanita tangguh, tak kenal lelah. Tipe wanita yang gak cuma hobi menjelajah, tapi juga menggali ilmu sampai ke Tahrir (kawasan Metropolitan Kairo). Sekretaris penggantiku di majalah La Tansa ini berucap, “Happy b’day Ni’am..”

Tapi kok, yang kasih ucapan kebanyakan cewek ya?? Ups, jangan salah.. aku ngerti karena biasanya cowok suka jaim kalo masalah ginian. Karena buat kita, ngucapin ultah itu gak penting-penting banget... yang penting tindakan, alias tasyakuran!! He..he.. tul, gak para lelaki?? Tapi ma’alis lah.. aku lagi bokek, lagian tasyakuran juga gak penting di sini.. abis sama-sama mahasiswa, pasti ngerti lah, gimana susahnya... he..he..he.., peace.

Terakhir, intinya aku ngucapin thanks dah.. buat semua yang udah ngucapin selamat ke aku. Yang udah ngedoain, semoga Allah juga ngebales doanya dengan dikabulkan juga untuknya dengan yang lebih baik. Amin99x. Moga sama-sama kita diberi umur yang berkah, rizki yang lancar, dan jodoh yang qurratu a’yun (wuih... doa khas umur 20 ke atas, he..).

3 Desember...

Lahir merupakan salah satu ketentuan Allah yang siapapun tak bisa memilih tentang di mana, kapan, dan bagaimana ia dilahirkan. Maka ketika aku kemudian dilahirkan oleh seorang ibu asal Brebes, di sebuah rumah bidan di pinggir jalan kota Semarang, dan pada tanggal 3 Desember, maka aku hanya ingin sekedar menguak sebuah catatan dari tanggal ini. Tanggal spesial dalam hidupku.

Dari catatan sejarah di wikipedia, kutemukan beberapa fakta menarik tentang tanggal ini. Silahkan dilihat:
3 Desember adalah hari ke-337 (atau ke-338 dalam tahun kabisat) pada kalender Gregorian dengan 28 hari menjelang akhir tahun.



Peristiwa
* 1967 - Tim dokter yang dipimpin oleh Christiaan Barnard di Cape Town, Afrika Selatan berhasil melakukan operasi transplantasi jantung manusia yang pertama di dunia.
* 1984 - Tragedi Bhopal: Terlepaskannya gas metil isosianat dari sebuah pabrik pestisida di Bhopal, India menewaskan sedikitnya 18.000 korban jiwa.
* 1989 - George H. W. Bush dan Mikhail Gorbachev bertemu di Malta dan secara bersama mengatakan bahwa Perang Dingin bisa selesai dalam masa dekat tetapi belum tentu selesai. Di koran-koran di Amerika Serikat dan Uni Soviet, kata-kata kedua pemimpin dunia ini dibesar-besarkan seolah-olah Perang Dingin sudah selesai.
* 1994 - PlayStation diluncurkan untuk pertama kalinya di Jepang.

Kelahiran
* 1857 - Joseph Conrad, seorang penulis Inggris yang berasal dari Polandia
* 1918 - A.H. Nasution, jenderal Indonesia (w. 2000)
* 1925 - Kim Dae-Jung, mantan Presiden Korea Selatan

Selain tanggal ini, juga ada seseorang, entah siapa.. yang mencoba mengurai arti dari sebuah bulan kapan aku lahir, Desember.

DESEMBER

- Sangat setia dan pemurah.
- Bersifat patriotik.
- Sangat aktif dalam permainan dan pergaulan.
- Sikap kurang sabar dan tergesa-gesa.
- Bercita-cita tinggi.
- Suka menjadi orang yang berpengaruh dalam organisasi.
- Senang apabila didampingi.
- Suka bergaul dengan orang.
- Suka dipuji, diberi perhatian dan suka dibelai.
- Sangat jujur.
- Tidak pandai berpura-pura.
- Cepat marah.
- Perangai yang berubah-ubah.
- Tidak ego walaupun harga diri yang sangat tinggi.
- Benci apabila dikekang.
- Suka bergurau.
- Pandai membuat lelucon dan berfikir dengan logika.

Selanjutnya, apapun itu tak selalu harus tepat dan sesuai denganku. Tak juga mesti, bila aku jadi Jendral, karena pada tanggal ini, Jendral Nasution juga dilahirkan. Ataupun tak semua dari apa yang mereka tulis tentang karakter bulan di atas sepenuhnya benar. Karena, siapa dan apa aku ini, yang jelas aku masih seperti ini, dengan sedikit kelebihan dan banyak kurangnya. Maka, jangan bosan-bosan maafin aku, ya...

Tapi, sekedar cerita, dari catatan bulan di atas kok kayaknya sesuai ya, dengan karakterku (menurutku lo, ya...). Gimana temen-temen, ada yang mo nambahin ato ada yang mo nyangkal? Silahkan dikomentari...

Sebuah Kado untuk Wanita

Hari ini, 3 Desember, adalah saat aku berulang tahun. Di saat beberapa orang memberi aku ucapan selamat, ijinkan aku juga ikut sekedar berbagi. Salah satunya adalah dengan posting tulisan ini. Untukmu wanita, karena mungkin aku tak yakin bisa merangkai kata lebih jujur daripada tulisan ini. Maka kubiarkan saja, wanita berbicara sendiri tentang siapa mereka...

Dari wanita, untuk wanita. Ditulis oleh elsandra@yahoo.com, kuambil dari blog Friendster dek Fath, ‘maaf dek, lum ijin... sekalian di sini aja ya, ijinnya... he..he..he..’



Allah SWT tidak menciptakan wanita dari kepala laki-laki untuk dijadikan atasannya. Tidak juga Allah SWT ciptakan wanita dari kaki laki-laki untuk dijadikan bawahannya. Tetapi Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lenganya untuk dilindunginya, dan dekat dengan hatinya untuk dicintainya.

Allah tidak menciptakan wanita sebagai komplementer atau sebagai barang substitusi apalagi sekedar objek buat laki-laki. Tetapi Allah menciptakan wanita sebagai teman yang mendampingi hidup Adam tatkala kesepian di surga. Juga Allah ciptakan wanita sebagai pasangan hidup laki-laki yang akan menyempurnakan hidupnya sekaligus sebab lahirnya generasi, di samping tunduk dan beribadah kepada Allah tentunya.

Tetapi mengapa tetap saja ada laki-laki yang tunduk di bawah kaki wanita. Mengemis cintanya, berharap kasih sayangnya dengan menggadaikan kepemimpinan, bahkan kehormatan dan harga dirinya.

Wanita dipuja bagai dewa, disanjung bagai Dewi Shinta, yang banyak menyebabkan laki-laki buta mata, buta telingga, bahkan buta mata hatinya. Namun ada juga yang menganggap rendah wanita. Wanita dinista, dihina. Kesuciannya dijadikan objek yang tidak bernilai harganya. Tenaganya dieksploitasi bagaikan kuda. Kelembutannya dijadikan transaksi murahan yang tak seimbang valuenya.

Wanita dijadikan sekedar pemuas nafsu belaka, bila habis madunya, dengan seenaknya di buang ke keranjang sampah, atau dianggap sandal jepit yang tak berguna.

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita melihat mereka menjajakan diri di gelapnya malam yang mencekam. Relakah kita melihat mereka membanting tulang mengumpulkan ringgit atau real dengan mayat terbujur kaku sebagai resikonya?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya seperti seonggok jasad hidup yang tidak memiliki nilai guna?

Jika wanita itu adalah ibu kita, kakak atau adik perempuan kita, dan anak kita, relakah kita membiarkannya beringas, liar, ganas, tidak berpendidikan, bodoh, dungu, hanya karena ketidakmampuan ayah memberi nafkah, karena ketidakmampuan kita mendidik dan mencintainya, karena ketidakmampuan kita melindunginya, sebagaimana Allah menciptakan wanita dari tulang rusuk laki-laki, dekat dengan lengannya untuk dilindunginya, dekat dengan hatinya untuk dicintainya.

Ia tetap wanita, yang diciptakan Allah SWT dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tidak bisa manusia dengan akalnya yang kerdil ini mengganti kedudukannya apa lagi fitrahnya.

Ia bagaikan sekuntum bunga terpelihara, tidak semua kumbang bisa menghisap madunya. Lemah lembutlah dalam memperlakukannya, karena kalau tidak, ia bisa seganas srigala.
(elsandra/yelsandra@yahoo.com)

Selasa, Desember 02, 2008

Asal dari Cinta

ditulis oleh: Indri, dari web: yauhui.net

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling.” Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.



Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald’s yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong. Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu.

Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.” Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.” Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.” Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku dan anak-2ku! ” Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.”

Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya.

Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’ ini ditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya. “Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu:”PENERIMAAN TANPA SYARAT.”

—————————————————————————-

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

good day all

:x

sumber : fupei - Indri
www.yauhui.net

Berita Silatnas

Ups.. ternyata, di seberang sana para keluarga besar kita lagi pada tajamu' tau... seperti biasa, beberapa alumni tingkat tinggi hadir. Sebut saja pak Din dkk. Lebih lengkapnya, baca sekilas berita dari blog tetangga ini: suyuk.blogspot.com

29.11.08
Live update from Silatnas Gontor

0830 : Nyampe lokasi acara di Cendrawasih Room JCC. Rencananya datang
lebih awal buat bantu2. Tapi apa yang dibantu lagi. Panitianya
seabrek. Semuanya pake baju batik keren. Hohoho.. Lihat ada bus
berisi ustadz-ustadz Senior langsung dari Gontor. Buset. Pasukannya
lengkap nih. Plus puluhan santri senior 62008. Putra dan Putri. Wah
gak nyangka acaranya bakal semeriah ini. Di luar ruangan, ada
beberapa stand yang menampilkan produk-produknya: beberapa produk
wirausaha, beberapa bank syariah, lembaga ZIS, perguruan tinggi
ekonomi Islam dan karya2 seni. Plus tak ketinggalan di pojok ruangan
diadakan Arabic Speech Contest dan (English) Telling Story untuk
tingkat SMP/SMA/Pesantren untuk sebagai sub-acara. Di langit2
ruangan, spanduk-spanduk begitu banyak.

0900 : Sesuai jadwal acara dimulai. Peserta diminta masuk. Tapi acara
kayak gini seakan-akan sekali seumur hidup. Semuanya pada reunian
dengan teman-teman se-angkatannya.

0920 : Akhirnya acara dimulai. Tapi tetep aja. Tidak ada yang mo
duduk diam di tempat. Celingak celinguk nyari teman-temannya. Keadaan
jadi "terkendali" ketika pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an. Otomatis
semuanya duduk diam. Seakan sudah terprogram di chip kepala masing-
masing. Tradisi..



Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya & lagu (kebangsaan
Gontorians:) Hymne Oh Pondokku. Indonesia Rayanya kurang khidmat
karena gegap gempita. Soalnya ini acara reunian yg penuh haru. Hymne
Oh Pondokku syahdu banget, seperti menyanyi dengan lirih. Beberapa
hadirin sampe nangis.

Berikutnya beberapa sambutan. Kyai Syukri ngasih sambutan ringkas,
padat. Artikulasi & retorikanya keren. Khas dia. Pengajar Mantiq/Ilmu
Logika gw tuh. Hohoho.. sayangnya, isinya masih indoktrinasi di satu
sisi, dan tasji'/support di sisi lain.


Mendikbud, Bambang Sudibyo ngasih sambutan.

Pelantikan pengurus IKPM Cab. DKI Jakarta

1030 : Kyai Syukri, Dien Syamsuddin, Habib Khirzin tampil bersama
dalam format diskusi panel. Saya gak terlalu mengikuti pembicaraan
mereka. Tapi intinya tentang peranan alumni di masyarakat. Saya sibuk
dengan kamera Canon ZLSR punya Himawan. Keluar masuk ruangan. Rupanya
yang ngobrol sambil berdiri di luar ruangan hampir sama banyaknya
dengan yang di dalam. Ya, kapan lagi bisa ngumpul2 selengkap ini.

1220 : Istirahat

SALUT BUAT PANITIA serta dukungan Pesantren Darunnajah serta paduan
suaranya, Akhi Dedy dkk. Putra mahkota Daarunnajah ini emang keren &
down to earth. Sip !

sebagai tambahan, ada juga nih.. link beritanya:
thanks buat ust. abufaiz64

1. http://www.presiden sby.info/ index.php/ pidato/2005/ 01/07/275. html
2. http://www.antara. co.id/arc/ 2008/11/28/ keluarga- besar-gontor- gelar-silaturahm i-nasional/
3. http://www.antara. co.id/arc/ 2008/11/29/ ponpes-gontor- bersikap- netral-pada- pemilu-2009/
4. http://mediaindones ia.com/index. php?ar_id= NDc0NDM=
5. http://www.tribun- timur.com/ view.php? id=111025
6. http://news. okezone.com/ index.php/ ReadStory/ 2008/11/29/ 1/168994/ reuni-alumni- gontor-dihadiri- tokoh-nasional
7. http://www.detiknew s.com/read/ 2008/11/28/ 235145/1044993/ 10/sby-dan- tokoh-nasional- akan-hadiri- silatnas- ponpes-modern- gontor
8. http://www.myrmnews .com/situsberita /index.php? pilih=lihat_ edisi_website&id=68386
9. http://foto. detik.com/ read/2008/ 11/29/155557/ 1045176/157/ temu-alumni- gontor
10. http://www.surabaya post.co.id/ ?mnu=berita&act=view&id=23755432da68528f 115c9633c0d7834f&PHPSESSID=5335aa70e c13840852a14a729 c2a8c09


Minggu, November 30, 2008

Dongeng Menjelang Tidur; Sosialisasi Pemilu Luar Negeri


Ahad, hari ini 30 November 2008.
Sebenernya sebelum hari ini begitu banyak even yang terjadi, hanya saja, aku lum sempet menuliskannya. Udah begitu banyak yang ingin aku tuliskan, cuman selalu terbentur dengan waktu yang kayaknya tambah sempit, hehehhe...

Diantara hal-hal tersebut adalah soal acara sosialisasi pemilu kemaren, tanggal 24 November di ACC (Azhar Convention Center). Di mana ketika itu membahas tentang pengenalan sistem pemilu tahun 2009 nanti. Khususnya yang berkaitan dengan beberapa perbedaan pemilu di negeri sendiri, di Indonesia, dengan yang nantinya bakal kami laksanakan di negeri Mesir ini.

Hadir dalam acara tersebut, Ibu Meutia Farida Hatta, menteri Pemberdayaan Wanita yang juga putri proklamator Indonesia, bung Hatta. Maka tak heran, bila kemudian aku dibuat bengong, ketika beliau bercerita tentang seklumit sejarah yang tak pernah terungkap dalam buku-buku diktat sekolahku dulu. Salah satunya soal penyamaran bung Hatta sebagai seorang co-pilot, agar bisa bertemu dengan Nehru, PM India ketika itu, untuk mencari dukungan kemerdekaan Indonesia.

Hadir juga bu Andi, salah seorang anggota KPU Pusat. Beliau berbicara tentang inti acara ini, yakni pengenalan sistem pemilu dan tata cara pelaksanaannya di tahun 2009 nanti. “Karena begitu hormatnya bangsa ini terhadap hak-hak demokrasi warganya, biarpun pemilu luar negeri ini mahal, tetap kita adakan. Maka sangat diharapkan kepada warga Indonesia di luar negeri agar benar-benar menghargai penghormatan ini, dengan menggunakan hak pilihnya,” begitu salah satu ajakan beliau kepada kami di bumi Kinanah ini. Biarpun kami jauh, tapi tetap diharapkan partisipasinya untuk ikut menentukan nasib bangsa ini. Dalam kata yang lebih gamblang, janganlah golput.



Menariknya, acara yang sedianya diantisipasi oleh panitia untuk 600-an orang saja, ternyata dihadiri oleh hampir semua Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir), sekitar ribuan orang hadir dalam acara tersebut. Praktis, jumlah kursi yang disediakan tidak mencukupi. Terpaksa para mahasiswa memanfaatkan tikar-tikar yang disediakan panitia.

Namun sayangnya, meski problem tempat dapat diatasi, tapi solusi konsumsi masih jadi kendala. Beberapa teman akhirnya gak dapet jatah makan. “Yah, mau gimana lagi. Sedang yang kami persiapkan hanya untuk 600-an orang. Karena denger-denger adanya razia dari kepolisian Mesir, yang bisa membuat mahasiswa enggan keluar rumah. Eh, yang terjadi malah sebaliknya..” sebut salah seorang bapak dari KBRI yang juga panitia acara.

Dari acara ini, sebenarnya aku pengen angkat tangan, bertanya kepada bu Andi dan para pembicara di depan. Hanya sayang, pak Dubes, yang jadi moderator malam itu, tidak memberiku kesempatan untuk bertanya. Maklum, ada banyak orang yang angkat tangan ketika sesi tanya jawab dibuka. Karenanya, daripada mengendap, aku tuangin aja di sini.

Ada dua hal yang ingin aku tanyain buat dua tokoh pemerintaha kita malam itu. Yang pertama, ada hal yang menarik soal pemilu kita di Indonesia. Sudah seharusnya, berlangsungnya pemilu, diharapkan mampu memperbaiki kondisi negara kita. Akan tetapi, setelah berulang kali pemilu ini diadakan, toh ternyata tidak banyak perubahan yang kita rasakan. Dari sini, aku coba melihatnya dari ekses pemilu yang akhirnya menimbulkan pemerintah dengan susunan kabinet dan legislatif yang baru. Yang disesalkan, kabinet dan legislatif baru ini, tidak menganut mazhab, “al-muhafazah ala al-qadim ash-sholih, wal akhdzu bi al-jadidi ashlah”. Tapi justru mengobrak-abrik apa yang udah dikerjain pemerintah yang dulu, dan merombak habis work plan ataupun cetak biru pemerintah dulu, untuk membuat sistem ataupun plan baru yang ‘menurutnya’ lebih baik.

Dampaknya? Jelas perubahan instan sebuah sistem dan proyek pembangunan negara yang terlalu cepat, maka hasilnya gak akan maksimal. Karena, rencana pembangunan dan pembenahan negara ini, tidak cukup dengan satu-dua tahun masa pengerjaan proyek.

Nah, kalo terlalu sering diubah, maka sebuah master plan yang udah fix, bisa jadi sia-sia karena udah diganti duluan dengan yang baru. Padahal kita tahu, sebuah proyek pembenahan negara ini bukan pekerjaan lima tahun...
Jargon, ganti pemerintah ganti kebijakan, sudah selayaknya ditinjau ulang. Bila tidak, maka urgensi pemilu malah yang perlu dipertanyakan. Masihkah pemilu dianggap penting, bila hasilnya gak pernah maksimal, untuk membuat sebuah pemerintahan dan legislatif yang lebih baik?? Ada apa dengan sistem pemilu kita?

Pertanyaan kedua ini berkaitan dengan pertanyaan pertama. Bila telah kita lihat, bahwa sepertinya ada yang ‘aneh’ dengan pemilu kita, maka kalau menurutku adalah karena cacatnya sebuah sistem politik bernama demokrasi. Bagaimana tidak, sistem satu orang satu suara adalah tidak adil. Kenapa? Karena analoginya begini, bila satu orang satu suara, ini artinya menyamaratkan, alias memukul rata semua jenis suara. Baik suara itu datang dari orang baik, pinter, cerdas, berpendidikan, plus cinta negara... dengan orang yang kriminal, bodoh, gak sekolah, dan pengkhianat negara.

Dan sayangnya, jumlah orang baik, pinter, cerdas dan berpendidikan tidak pernah lebih banyak dari jenis orang sebaliknya. Bukankah jumlah doktor dan ulama, jauh lebih sedikit ketimbang jumlah lulusan SMP dan orang awam?? Maka gak heran, bila hasilnya... pemilu kita ya, begitu-begitu aja. Karena yang dihitung adalah jumlah suara terbanyak, maka yang paling banyak yang menang. Sudah terlihat, kelemahan dan ketidak-adilan sistem demokrasi ini? Apakah adil, bila nilai suara seorang pakar ekonomi, misalkan.. disamakan dengan nilai suara seorang aku yang gak pernah belajar ekonomi??

Sekian dulu dongeng menjelang tidur malam ini. Besok lagi disambung dengan cerita kehidupanku. Ada tentang buletin Cakrawala, buletin yang genap setahun aku pimpin. Terus, cerita tentang s’body birthday... juga ada ceritaku hari Ahad ini, selaku bapak rumah tangga di Mesir. Ikuti terus kelanjutan secarik kertas ini... :D



Selasa, November 25, 2008

Cakrawala Nozha

ditulis untuk mengisi kolom Catatan Akhir Buletin Cakrawala Edisi Sayonara, November 2008

20 Februari 2008, semilir angin sore menerpa wajahku. Perjalanan mengikat erat kantungku harus aku jalani. Jalanan Asyir-Bawwabah pun terpaksa kutempuh dengan langkah-langkah kaki. Bukan pelit, hanya saja guna mensiasati neraca keuanganku di Kairo ini. Harap dimengerti, karena semakin tua tanggal bulannya, semakin sempit isi kantongnya. Kupercepat langkah. Aku udah telat. Pikiranku di sore musim dingin itu hanya satu. Kumpul perdana!!

Nozha, sebuah nama pun tercetus sore itu. Menjadi sebuah simbol. Mengikat angkatan 2007 ini dalam satu nama. Nadwatul Ummah li al-Izzah bi az-Zakat wa al-Hidayah. Berangkat dari nama ini, kita mencoba mengukir lembaran sejarah bersama. Menyatukan latar belakang yang berwarna. Meleburkan ikatan marhalah di Pondok. Lalu membingkainya dalam sebuah kesatuan indah bernama ukhuwwah.

Ujian termin pertama menjadi tantangan perdana kita. Menjadi sekat sementara. Lalu selepasnya, perjalanan ke Alexandria menjadi momen kebersamaan perdana. Orkaba kali itu mengisi aktifitas organisasi perdana kita. Menikmati pantai indah, merasakan desir angin dingin di Istana Montaza.



Acara bertajuk olahraga mengawali kiprah Nozha. Sebuah latihan perdana digelar di Nadi Madrasah, Selasa pagi (4/3). Tim Syariah versus Ushuluddin. Meski fakultas Ushuluddin kali itu harus berjibaku, toh tetep aja mereka kalah telak. 14 - 2, skor untuk kemenangan anak Syariah. Selasa pagi itu semakin berkesan, ketika temen-temen putri juga tak lupa mengirim teh hangat. Meski tak seluruhnya hadir, tapi kiriman tehnya cukuplah mewakili bahwa mereka tetap peduli.

“Allahumma j’alnâ fi jamî’i imtihânâtinâ min an-nâjihîn…,” memasuki bulan mei, selarik doa kembali menghiasi sajadah-sajadah kita. Dengan rentang waktu yang cukup pendek, otak kita kembali diperas. Ujian termin dua dengan sepuluh materinya plus dua juz hafalan al-Quran siap menghadang. Ramai-ramai pula, kita berjibaku kembali. Menata ulang dinamika kehidupan masisir kita yang sempat terlena. Sangat menyenangkan rasanya, kembali menjadi seorang mahasiswa seutuhnya. Berkutat dengan diktat kuliah dan muqorror. Memetakan kembali jalur kedekatan dengan Rabb-nya.

Tanpa terasa, sudah enam bulan lebih kita merajut hari-hari bersama. Di kampus kita bertemu, menjadi seorang mahasiswa. Juga di IKPM, tempat kita bernaung. Merajut tali silaturrahmi almamater tercinta. Setiap dari kita bergerak, mengikuti langkah irama kehidupannya. Individu Nozha melangkah bersama, mengawali kepanitiaan perdana kita dengan Panitia Rihlah Summer Tour. Meniti ukhuwah kebersamaan kita.

Sejenak kita tersentak bersama berakhirnya kepanitiaan Rihlah. Bejibun aktifitas organisasi menyita hampir sebagian besar waktu kita. Dari IKPM saja ada dua, Panitia IKPM Games dan Panitia Daurah Lughah. Wihdah juga mengadakan PKK, Pekan Keputrian Kekeluargaan. PPMI dengan Permasi-nya. Belum termasuk acara-acara di kekeluargaan. Itu pun baru aktifitas di kepanitiaan, belum dengan organisasi yang sudah lebih dulu kita tekuni.

Raut muka capek perlahan mewarnai individu Nozha. Titik muka jenuh. Beberapa diantara kita mulai mengambil jalannya masing-masing. Beratnya cobaan dan tantangan aktifitas di organisasi mulai lunturkan kebersamaan ini. Tapi, apakah lantas kita akan menyerah begitu saja? Menyikapi kejenuhan ini dengan pasrah. Lantas lari dan tak pernah kembali?

Hidup ini adalah sebuah universitas kehidupan. Sebuah kampus pembelajaran untuk kita. Dari semenjak kita belum dilahirkan saja, kita sudah diberi pelajaran tentang arti sebuah persaingan. Bersaing diantara sekian juta sel sperma, hingga akhirnya hanya satu yang terlahir. Itulah kita. Kita pun diajari tentang arti sebuah proses dalam menggoreng telor. Mencoba memahami laku alam. Dan satu demi satu harapan dan tantangan dalam hidup kita.

Laut yang tenang tidak akan membentuk pelaut yang tangguh. Pernah dengar slogan tersebut? Ya, bila baru dihantam dengan ombak kesibukan saja kita sudah sering mengeluh, lantas bagaimana kita akan sanggup mengarungi dan selamat sampai ke pulau impian? Akankah kita akan mundur melihat badai dan petir serta gulungan ombak? Atau justru mengarunginya dengan penuh semangat dan keyakinan tinggi akan sebuah kemenangan?

Penulis teringat pesan Ust. Syukri di sekretariat IKPM kemaren. Beliau bilang, “Bila kita dihadang dengan berbagai macam masalah, maka kita perlu jujur. Apa yang kurang dari diri kita? Kurang seriuskah? Kurang semangatkah? Kurang apa?? Cari inti permasalahannya dari diri kita, lalu pecahkan.” Begitulah pesan beliau.

Perlu kita ingat pula, bahwa ketika malam semakin kelam, itu pertanda subuh akan tiba. Dan bila musim dingin semakin memuncak, indah musim semi tlah di depan mata. Lalu bila panas mentari kian menyengat, kedamaian senja kan segera hadir. Bukankah Allah sendiri telah mengingatkan, bahwa dalam setiap satu kesulitan diapit oleh dua kemudahan? Yakinlah, bahwa perjuangan “melayani masyarakat” ini, –sebut salah seorang teman – tak kan berakhir sia-sia. Dan untukmu Nozha, cakrawala kita ke depan akan selalu indah. Percayalah!

Minggu, November 23, 2008

Heboh Penghinaan terhadap Nabi

Pemerintah Surati Pengelola Blog Wordpress
Sebab, dalam ketentuan pelayanannya, pengelola sudah dengan tegas melarang penyebaran informasi yang menyebarkan kebencian.

JAKARTA -- Departemen Komunikasi dan Informatika telah mengirim surat kepada penyedia layanan blog Wordpress agar membantu melacak pemilik blog yang isinya menghina Nabi Muhammad.

Direktur Jenderal Aplikasi Telematika Cahyana Ahmadjayadi mengungkapkan, meski blog tersebut telah diblokir, proses penindakan hukum terus berjalan. "Ini sudah termasuk kriminalitas dunia maya," ujarnya di ajang Pesta Blogger 2008 di Jakarta kemarin.

Selain mengucapkan terima kasih atas reaksi cepat pengelola Wordpress menutup blog tersebut, pemerintah meminta Wordpress membuka identitas pemiliknya. Sebab, dalam ketentuan pelayanannya, pengelola sudah dengan tegas melarang penyebaran informasi yang menyebarkan kebencian.



Cahyana menyebutkan, pengungkapan identitas bisa memakan waktu panjang karena di dunia maya pelaku bisa mengubah identitas, jenis kelamin, dan alamat. "Jika Wordpress tidak mau membuka identitasnya, kami akan melacaknya sendiri." Dia yakin, laboratorium forensik digital milik kepolisian mampu mengungkap identitas si penghina.

Sesuai dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, pelaku dapat dikenai hukuman maksimal enam tahun penjara dan denda maksimal Rp 1 miliar. Karena undang-undang tersebut menganut asas lintas batas, ia menambahkan, pelaku yang berdomisili di luar negeri tetap bisa dikenai hukuman.

"Ini kriminalitas dunia maya, akan terus dikejar dengan melampaui batas negara," katanya. Apalagi, ia menimpali, Indonesia telah meratifikasi konvensi dunia tentang hukum perdagangan internasional, yang juga mengatur kejahatan di ranah Internet.

Pekan ini masyarakat dibikin gerah dengan terbitnya beberapa blog di Wordpress yang berisi kartun dan tulisan yang menghina Nabi Muhammad. Salah satunya beralamat di lapotuak.wordpress.com. Pengelola Wordpress bereaksi cepat dengan menutup akses blog tersebut.

Di ajang yang sama, Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman berpesan agar para blogger memberi kontribusi kepada masyarakat. Mengisi blog hendaknya bukan untuk bersenang-senang belaka. "Diarahkan agar memberi dampak positif ke masyarakat. Jangan asal ngeblog," katanya. VENNIE MELYANI

sumber: korantempo.com

Waspada Awan Coklat di Kairo

Statement yang di keluarkan oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) menyatakan bahwa kawasan Asia akan dan sedang diselimuti awan coklat. Di antara kota-kota besar tersebut KAiro termasuk didalamnya. Masih ada Bangkok, Beijing, Dhaka, Karachi, Kolkata, Lagos, Mumbai, New Delhi, Seoul, Shenze, Shanghai, also Teheran.

Awan coklat yang terbentuk di atmosfer itu merupakan campuran partikel, ozon, dan zat kimia yang keluar dari knalpot kendaraan yang menyebabkan kerusakan environment yang jauh lebih besar. Cepatnya penyebaran selimut awan tebal yang ternyata dapat menyembunyikan matahari dan menyerap radiasi panas yang dipancarkan akan membawa ancaman baru bagi manusia. Problem kesehatan yang diasosiasikan dengan polusi partikulat, seperti gangguan pernafasan dan kardiovaskular serta kematian premature.

Then buat temen2 yang berdomisili di kota2 besar yang ada diatas, just keep ur health also ur self. But nothing to worry that Allah is Always side Us n-n aaaaamiin.

disebarin dan ditulis oleh adiva "yink" fathiyah
Sumber: Koran TEMPO

Sabtu, November 22, 2008

PPMI dan Masisir; Komunikasikan!

ditulis untuk mengisi kolom Editorial Suara PPMI Kairo, edisi awal Nopember.

Sholah Kamil sore itu tampak lengang. Hanya beberapa orang yang tampak sibuk lalu lalang. Sekilas terlihat kerut di wajah para panitia PPMI Award. Antara usaha keras dan putus harapan. Berbagai cara memang sudah dilakukan. Berpuluh pamflet sudah disebarkan. Dan tak terhitung kiriman oflen bertebaran. Tapi toh, sholah Kamil sore itu masih saja lengang. Tak tampak gemuruh semangat Masisir di acara ini. Bahkan yang cukup disesalkan, saat pak Dubes dan Syaikh Azhar datang, hanya segelintir orang yang datang menyaksikan.

“Hanya ada tiga baris penonton..,” sebut salah seorang panitia.

PPMI Award, hanyalah satu dari beberapa kegiatan PPMI yang terlihat kurang direspon Masisir selaku tulang punggung ‘pemerintahan’ ini. Beberapa kegiatan lain, khususnya yang bersifat bukan hiburan juga terlihat hanya mendapat sedikit animo dari Masisir. Sebut saja, PPMI award, fushul taqwiyah, talk show “Pers Masisir dalam Sorotan”, diskusi panel dan lain sebagainya.

Agaknya perlu kita sadari, bahwa PPMI bukanlah siapa-siapa kita. PPMI bukanlah orang lain yang kita harus sungkan dengannya. Atau ia pun bukan organisasi asing yang kemudian kita harus cuek kepadanya. Namun mengapa, sepertinya masih ada sekat di antara kita. Dan sekat itu terlihat kian jelas dengan banyaknya kegiatan PPMI yang kurang direspon oleh Masisir selaku anggota. Sudah saatnya kita melihat ke dalam diri kita masing-masing. Baik itu PPMI selaku organisasi induk penaung, maupun Masisir selaku bagian penting dari sang induk.



Bukan isu baru, bahwa banyak diantara kita – baca, Masisir – yang gak mau tahu dan gak mau peduli dengan apa yang dikerjakan oleh induk kita. Seolah-olah, apa yang dikerjakan PPMI adalah urusan mereka dan yang terkait dengannya. Sedangkan kita, Masisir yang lain tidak ada urusan dan tak ada hubungan. Bila ini yang jadi asumsi, rasa-rasanya ada yang salah dengan sudut pandang ini.

Penulis yakin, bila kita ditanya tentang apa itu PPMI, sebagian besar dari kita akan mampu menjawab tanpa perlu lola, alias loading lama. Termasuk ketika ditanyakan juga apa maksud dan tujuan dibentuknya PPMI. Tapi mengapa, kemudian banyak dari kita yang enggan dan sungkan dengan kegiatan PPMI? Jawaban mudahnya, karena kita belum sepenuhnya menjadi anggota PPMI. Akankah sebatas kartu keanggotaan PPMI, dan tak lebih?

Tapi kurang bijak, bila hal ini hanya disudutkan kepada Masisir. Jelas bahwa, meskipun Masisir adalah anggota, tapi ia bukan prajurit, ataupun anggota bawahan. Masisir adalah seorang mahasiswa yang punya jiwa kebebasan berpikir dan bertindak. Bukan seperti prajurit ataupun anak buah yang selalu bisa disuruh patuh kepada sang induk. Karenanya penulis pikir, perlu kiranya PPMI juga menjadi lebih dekat dengan sang anggota. Ini yang seharusnya juga menjadi PR bagi PPMI. Dibutuhkan kecerdasan dan kearifan PPMI dalam menyikapi kompleksitas dan jiwa bebas Masisir tersebut. Bagaimana membuat Masisir agar turut berperan aktif dan dekat dengan PPMI-nya.

Salah satunya adalah lewat komunikasi. Keberlangsungan sebuah hubungan sangat bergantung dengan kondisi komunikasi yang dijalaninya. Tentunya kita masih ingat pepatah Jawa yang bilang, “Witing tresno jalaran soko kulina,” yang artinya, munculnya rasa suka adalah karena seringnya berhubungan, alias berkomunikasi. Pun seorang pakar psikologi mengamininya. Ia bilang, ada tiga hal terpenting demi berlangsungnya sebuah hubungan yang baik. Yang pertama adalah komunikasi. Yang kedua, memahami. Dan yang terakhir toleransi. Komunikasi disebut pertama, karena ia adalah prasyarat untuk bisa memahami, kemudian agar mau saling bertoleransi.

Di sinilah letak peran penting sebuah media. Sebagaimana juga yang diungkap dalam acara talk show ala ‘Empat Mata’ Pers Masisir, Ahad (16/11) kemarin. Bahwa media bukan saja memberikan informasi dan berita. Tapi lebih jauh, media pun mampu meledakkan sebuah revolusi dan mengubah peradaban. Selanjutnya, Suara PPMI, selaku media resmi dan corong utama PPMI siap menjembatani kekurangan alur komunikasi ini. Komunikasi untuk membantu terbentuknya hubungan yang harmonis dan saling mendukung antar dua sisi yang saling menguntungkan, Masisir dan PPMI.

Akhir kata, penulis ingin mengutip sebuah pepatah antah berantah, “Tak ada kemenangan tanpa perjuangan. Dan tak ada perjuangan tanpa pengorbanan.” Bisa ditambah, tak ada perjuangan yang sia-sia bila niatnya ikhlas lillahi ta’ala.

Wallahu a’lam bi ash-showab.

note: Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir)

Jumat, November 21, 2008

Krisis Amerika dan Momentum Kebangkitan Ekonomi Indonesia

oleh: Nailunni’am

disampaikan dalam diskusi dwi mingguan al-Qudwah IKPM Cab. Kairo
17 Nopember 2008

Krisis ekonomi di Amerika belum lama ini kita dengar beritanya. Dan kemudian semakin terasa bagi kita para mahasiswa di Kairo. Betapa tidak, kini nilai tukar mata uang kita Rupiah anjlok bila dibandingkan dengan Pound Egypt dan Dolar Amerika. Dari yang sebelumnya berkisar di angka Rp. 1750 per 1 Le, kini sudah menyentuh angka Rp. 2000 lebih. Dan dampaknya, meskipun harga telur dan bahan lainnya mulai stabil, tetap saja dengan nilai tukar rupiah yang anjlok membuat kiriman jumlah uang jadi lebih sedikit nilainya.

Kekuatan sistem ekonomi kapitalis pun kembali dipertanyakan. Sistem ekonomi yang dalam sejarah disebut Francis Fukuyama sebagai akhir dari sejarah ini ternyata tidak sekuat yang diperkirakan. Bahkan tercatat sudah 16 kali terjadi depresi ekonomi terkait dengan sistem yang juga disebut Hidayatullah Muttaqin, pengamat ekonomi dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin sebagai sistem self destructive.
Menurut Kadin bahkan dampak krisis ini bisa membuat Indonesia terjatuh ke dalam resesi baru setelah tahun 1998 kemarin. Terjadinya stagflasi dan perekonomian Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh Amerika, bisa membuat Indonesia kembali tak berdaya dan akhirnya terpuruk. Yang paling mudah kita rasakan saat ini adalah nilai tukar mata uang kita yang terus melemah.

Lantas, sejauh mana krisis ini bakal berlanjut dan dampaknya bagi Indonesia? Tidak adakah solusi bagi ekonomi Indonesia untuk bisa lepas dari ketergantungan Amerika, yang disebut-sebut sebagai pangkal permasalahan ekonomi kita? Selanjutnya, bagaimana prospek ekonomi syariah sendiri sebagai sebuah sistem guna perbaikan dan kebangkitan ekonomi kita? Mampukah sistem ekonomi syariah menjadi solusi alternatif keterpurukan bertahun-tahun kita sebagai negara yang selalu ‘berkembang’ – dan tak maju-maju?



Krisis Amerika dan Ekonomi Kapitalis
Krisis Ekonomi Amerika dalam Sejarah
Disebutkan oleh para pakar bahwa krisis Amerika di tahun 2008 ini memang belum separah krisis yang terjadi pada tahun 1929, atau yang masih senantiasa dikenang dengan sebutan Great Depression 1929. Peristiwa tersebut adalah depresi yang paling besar dan dikenang sepanjang sejarah. Terjadi selama 10 tahun sejak 1929 hingga 1939. Pasar saham di seluruh dunia saat itu berjatuhan dan bank-bank di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan. Jutaan pengangguran bermunculan dan kemiskinan merajalela.

Sejak pertengahan hingga akhir abad ke-19, di Barat memang telah diterapkan kapitalisme klasik/liberal (Ebenstein & Fogelman, 1994). Slogannya adalah laissez faire, yang didukung Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations (1776). Slogan berbahasa Prancis itu Inggrisnya adalah leave us alone. Artinya, biarkan kami (pengusaha) sendiri, tanpa intervensi pemerintah. Walhasil, peran negara sangat terbatas, karena semuanya diserahkan pada mekanisme pasar. Kapitalisme liberal ini terbukti gagal, ketika tahun 1929-1939 terjadi Depresi Besar (Great Depression) di Amerika Serikat akibat keruntuhan pasar modal di Wall Street tahun 1929. (Adams, 2004).

”The Wall Street Crash” yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1929 merupakan salah satu kehancuran bursa paling dahsyat dalam sejarah pasar modal dunia. Kehancuran itu berawal dari eforia warga AS berinvestasi besar-besaran di pasar saham. Eforia itu menjadi-jadi ketika para pialang meminjamkan dana kepada investor untuk membeli saham, atau dalam istilah pasar modal dikenal dengan margin trading. Di sisi lain, para analis dan spekulan memuji-muji saham tertentu walaupun sebenarnya saham itu sampah.

Uang yang masuk ke pasar modal AS secara bertubi-tubi mengangkat harga saham menjadi terlalu tinggi, melebihi pertumbuhan fundamental emiten saham itu sendiri. Selanjutnya, yang terjadi adalah gelembung ekonomi (economic bubble). Ibarat balon yang terus ditiup, bursa AS akhirnya ”meletus”. Investor yang baru meraih keuntungan besar dari pasar yang sedang bergairah tiba-tiba harus mempersiapkan diri untuk jatuh miskin.

Setelah mencapai puncaknya pada 3 September 1929 di level 391,17 poin, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kemudian terkoreksi selama sebulan hingga turun 17 persen. Kamis, 24 Oktober 1929, investor kembali berlomba melepas sahamnya secara massal. Peristiwa yang dikenal dengan ”Black Thursday” atau ”Kamis Kelabu” itu mengakibatkan Dow Jones kembali jatuh, sebesar 13 persen.

Great Depression Jilid II
Dunia kapitalis rupanya tidak bisa berlepas dari krisis. Tercatat ada 16 kali krisis yang pernah terjadi di dunia ini. Dan yang paling fenomenal adalah Great Depression, sebagaimana penulis sebutkan di atas. Sementara untuk krisis yang terjadi tahun ini, disebutkan oleh Kompas.com bahwa total kerugian yang dialami bank-bank diperkirakan mendekati 1.000 miliar dollar Amerika Serikat. Kerugian itu, antara lain, dialami Merril Lynch mencatat kerugian 52,2 miliar dollar AS, Citigroup 55,1 miliar dollar AS, UBS AG 44,2 miliar dollar AS, dan HSBC 27,4 miliar dollar AS. Termasuk jatuhnya lima lembaga keuangan terbesar yaitu Bear Stearns, Lehman Brothers, Fannie Mae dan Freddie Mac serta AIG yang menunjukkan magnitude dari permasalahan yang terjadi saat ini.

Lantas, apa sebenarnya yang terjadi, sehingga negara adidaya seperti Amerika terkena dampak krisis yang luar biasa tersebut?
Dalam artikel yang dimuat di Jawa Pos tanggal 28 September 2008, Dahlan Iskan menyebutkan bahwa sebuah perusahaan yang telah go public dituntut untuk meningkatkan laba hingga 20 persen tiap tahunnya. Hal ini merupakan tanggung jawab CEO dan direktur perusahaan, sementara para pemegang saham hanya ingin tahu bahwa saham yang dipegang, nilai dan labanya terus naik.

Para pemegang saham hanya ingin tahu bahwa harga saham tersebut selalu naik, dengan alasan agar ketika saham itu dijual, memiliki nilai lebih tinggi daripada saat mereka membelinya dulu. Sementara laba yang harus selalu naik, agar supaya para investor ini mendapat deviden atau pembagian keuntungan yang lebih banyak bila dia tak mau menjual saham tersebut.

Karenanya, para CEO berpikir keras agar selalu mampu mewujudkan dua hal di atas, peningkatan laba dan nilai saham. Alasannya agar tetap dapat mempertahankan jabatan dan gaji dan bonus yang selalu meningkat. Sehingga terjadilah simbiosis mutualisme antara pemegang saham dan para direktur. Berbagai cara kemudian dilakukan bahkan hingga menyentuh ranah pelaku politik. Banyak kebijakan yang kemudian disetir agar memberi jalan bagi para CEO tersebut untuk selalu berhasil meraih dua hal di atas. Sementara bagi pelaku politik keuntungannya adalah mendapatkan dana kampanye dan dukungan.

Dengan cara ini ekonomi AS berkembang pesat. Dan sudah 60 tahun AS membesarkan perusahaan dengan cara ini, yang merupakan bagian dari ekonomi kapitalis sehingga AS menjadi penguasa dunia. Tapi itu belum cukup, segala hal harus yang terbaik, terkomputerisasi, bonus yang sudah besar harus dibuat lebih besar lagi. Disinilah ketamakan AS terlihat.

Ketika semua orang sudah membeli rumah, seharusnya tidak ada lagi perusahaan penjual rumah bukan. Namun kenyataannya perusahaan harus meningkatkan penjualan untuk mendapatkan pertumbuhan laba. Maka dicarilah jalan agar rumah terjual lebih banyak. Jika orang sudah memiliki rumah maka diciptakan agar hewan peliharaan juga memiliki rumah. Termasuk barang-barang bergerak seperti mobil.

Namun ketika hewan dan mobil telah memiliki rumah, siapa lagi yang harus membeli?
Maka di tahun 1980, Pemerintah AS mengeluarkan keputusan ‘Deregulasi Kontrol Moneter’, intinya dalam kredit rumah, perusahaan real estate diperbolehkan menggunakan variable bunga. Artinya boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini merupakan peluang besar bagi perusahaan real estate, broker, asuransi dan keuangan. Dari sinilah, para pengusaha tersebut mulai bermain.

Awalnya, sejak tahun 1925, AS memiliki UU Mortgage Tentang KPR, yaitu setiap orang yang memenuhi syarat berhak mengajukan dan mendapatkan kredit rumah. Jika penghasilan setahun 100 juta maka ia berhak mengambil kredit mortgage 250 juta. Karena cicilan jangka panjang maka akan terasa ringan.

Tahun 1980, keluar kebijakan untuk menaikan bunga. Bisnis perumahan mulai terbuka peluang, bank bisa mendapatkan bunga tambahan dan broker dan bisnis terkait bisa berusaha kembali. Tak butuh waktu lama hingga pada tahun 1986 hingga semua orang sudah memiliki rumah, dan karenanya pada tahun itu juga, pemerintah AS menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya, pembeli rumah diberi keringanan pajak. Bagi warga di negara maju, keringanan pajak akan mendapat sambutan luar biasa karena nilai pajak yang tinggi.

Tahun 1990 dengan fasilitas pajak, bisnis rumah meningkat hingga 12 tahun ke depannya. Dari mortgage 150 milyar USD dalam setahun menjadi 2 kali lipat di tahun-tahun berikutnya. Tahun 2004, mortgage mencapai 700 milyar USD per tahun. Gairah bisnis rumah yang terus meningkat ini membuat para pelaku bisnis menghalalkan segala cara. Mulai dari iklan yang jor-joran, keluarnya lembaga investment bank, hingga melunaknya persyaratan KPR. Dalam pikiran pengembang, jika orang tidak bisa membayar kredit atau kredit macet, toh rumah masih bisa dijual karena perhitungannya tiap tahun harga rumah meningkat. Jadi mereka masih untung ketika terjadi kredit macet.

Namun ternyata dalam jangka kurang dari 10 tahun, banyak kredit macet. Banyak orang menjual rumah, harga menjadi turun sehingga nilai jaminan rumah tidak cocok lagi dengan nilai pinjaman. Satu per satu lembaga investment banking bergururan seperti efek domino.

Berapa juta rumah yang termasuk mortgage? tidak ada data namun dari nilai uangnya sekitar 5 triliun USD. Jadi kalo George Bush meminta bantuan dana 700 milyar USD itu baru sebagian kecil. Kongres kawatir apakah harus menambah 700 milyar USD lagi jika bailout yang pertama tidak berhasil.

Sistem Ekonomi Self Destructive
Dengan ini terlihat jelas, bahwa ternyata sistem ekonomi kapitalis tidak sekuat yang dibayangkan. Sebuah sistem yang oleh Francis Fukuyama disebut sebagai akhir sejarah dunia. Bahkan sebaliknya, banyak orang menyebutnya sebagai sistem rapuh yang bersifat self destructive. Minimal ada tiga hal yang membuat sistem ini disebut sebagai sistem yang ‘menghancurkan dirinya sendiri’.

Pertama, ekonomi berbasis moneter. Sistem ekonomi kapitalis dibangun dengan monetery based economy (ekonomi berbasis sektor moneter). Implikasinya sistem ekonomi kapitalis banyak bermain pada sektor-sektor non riil. Basis ekonomi ini dicirikan dengan adanya bursa saham dan pasar modal yang didalamnya diwarnai dengan aktivitas jual beli saham, obligasi dan berbagai komoditi tanpa adanya syarat serah terima komoditi yang diperjualbelikan. Bahkan komoditi tersebut dapat diperjualbelikan berkali-kali tanpa harus mengalihkannya dari pemilik asli. Model transaksi semacam ini adalah batil dalam pandangan Islam dan mampu menimbulkan banyaknya spekulasi yang berujung pada goncangan pasar.

Kedua: ekonomi berbasis uang kertas. Terjadinya perang dunia pertama pada tahun 1914 telah membuat negara-negara di dunia mengeluarkan cadangan emasnya guna biaya perang. Hal inilah yang kemudia membuat cadangan emas di dunia bertumpuk di Amerika. Kondisi ini kemudian membuat pemerintah negara lain terpaksa beralih ke sistem uang kertas. Akhirnya di kota kecil Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat pada tanggal 22 Juli, 1944, petualangan USD dimulai.

Pasca perang, sistem keuangan internasional kacau, masing-masing negara berlomba-lomba mencetak uang untuk membiayai pembangunan kembali negarannya tanpa diback up dengan kecukupan cadangan emas. Hiper inflasi terjadi (mata uang Jerman pernah sampai 4 trilliun Marks = 1 USD !!), singkat kata, negara Eropa tengah terperangkap dalam resesi. Amerika dan Inggris melakukan inisiatif dalam berbagai pertemuan internasional, kedua negara pemenang perang ini saling berebut untuk memenangkan kepentingannya dalam perjanjian ini. Akhirnya perjanjian Bretton Woods pun ditanda tangani oleh 44 negara.

Dua butir kesepakatan yang sangat penting adalah :
a. Terbentuknya IMF
b. USD dan Poundsterling disepakati sebagai cadangan devisa dari negara penandatangan perjanjian.

Keberhasilan yg dibuat oleh para leluhur Amerika inilah, khususnya butir b, merupakan penyumbang terbesar dalam kejayaan Amerika sampai saat ini, dan saat itu jugalah lingkaran “USD currency traps/jebakan” dimulai. Semenjak disahkannya perjanjian Bretton Woods, konsep mata uang berbasis emas kemudian disingkirkan dan diganti dengan fiat money atau sistem uang berbasis kertas. Pada saat itu emas dengan berat 28,35 gram dihargai sama dengan 35 dolar AS. Sistem uang kertas inilah salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis. Uang kertas memiliki kelemahan yang sangat mendasar yaitu selalu terkena inflasi permanen.

Nilai uang 100 juta saat ini tidak sama dengan nilai 100 juta sepuluh tahun mendatang. Oleh karena itu dalam sistem kapitalis dikenal adanya istilah present value (nilai sekarang) dan future value (nilai akan datang). Selain itu sistem uang kertas jauh dari konsep keadilan, karena nilai intrinsiknya tidak sama dengan nilai nominalnya. Bisa saja anda mengantongi uang dengan nominal Rp 10.000 namun ternyata biaya cetaknya hanya Rp 400. Jadi pada hakekatnya Anda tidak mengantongi uang Rp 10.000 namun hanya mengantongi Rp 400.

Ketiga: konsep investasi asing sebenarnya adalah kamuflase dari usaha eksploitasi yang dilakukan oleh negara kapitalis terhadap negara dunia ketiga, yang memiliki kekayaan alam sangat menggiurkan. Investasi asing yang dilakukan di negeri-negeri ini terbukti lebih menguntungkan negara investor. Sebut saja investor asing PT Freeport yang mengeksploitasi emas di Papua dengan keuntungan sekitar Rp 40 triliun per tahun.

Sementara Indonesia sebagai pemilik sah kekayaan alam Papua hanya mendapat 9,4 persen dari keuntungan yang diperoleh. Hal ini tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan konflik sosial yang timbul akibat ketidakadilan. Ada riset menarik yang dilakukan oleh ekonom Sritua Arief pernah menghitung untuk 1 dolar AS yang diinvestasikan di Indonesia ternyata yang balik keluar dari Indonesia adalah sepuluh kali lipatnya yaitu 10 dolar AS. Untuk kasus Freeport dan produk investasi asing lain, bisa dihitung sendiri.

Agenda mereka yang lain adalah privatisasi (swastanisasi) BUMN, penjualan aset-aset strategis negara (milik rakyat) dengan dalih efisiensi dan pengurangan intervensi pemerintah yang mendistorsi pasar. Privatisasi berubah menjadi “rampokisasi” karena dilakukan terhadap BUMN-BUMN yang kinerjanya lebih baik, terutama di sektor non keuangan (Baswir, 2002).

Privatisasi ditandai beralihnya kepemilikan tampuk produksi ke pihak asing (Indosat). Akibatnya, pola produksi dan pola konsumsi nasional akan dibentuk oleh kebebasan kekuatan pasar internasional sehingga tidak lagi menerima prioritas pengutamaan kepentingan nasional. Indonesia akan lebih dikuasai pihak asing dan kembali menjadi koloni atau jajahan pihak asing (Sritua, 2001). Nasionalisme ekonomi telah dianggap sebagai barang usang yang patut digudangkan. Ekonomi rakyat kehilangan akses dan kontrol terhadap sumber daya alam mereka (hutan, air, dan tambang).

Lebih lanjut, wikipedia juga memuat berbagai kritikan terhadap Bank Dunia dan lembaga keuangan lain yang dianggap lebih memonopoli manfaat bagi kepentingan Amerika sendiri. Lantas, masih pantaskah kita terus berharap maju dengan sistem ekonomi penghancur ini? Bahkan sang pencetus sistem ini pun tak pernah luput dari berbagai depresi.

Situasi Perekonomian Indonesia
Stagflasi sebagai dampak krisis Amerika
Berdasarkan data laporan dari Kadin (Kamar Dagang Industri Indonesia) terlihat jelas bagaimana pergerakan ekonomi kita sedang menuju pada sebuah titik resesi. Dalam berita resminya “Info Kadin”, gabungan kelompok usaha Indonesia ini menyebutkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia bisa saja terjerumus dalam jurang resesi jika tidak segera dilakukan langkah kongkrit guna mengatasinya. Hal ini dapat dipicu oleh Perkembangan harga minyak dunia cenderung terus melonjak bahkan sempat melampaui US$ 145 per barrel, sementara harga komoditi pangan juga terus meningkat. Hal ini menyebabkan ancaman stagflasi – yaitu situasi dimana pertumbuhan ekonomi sangat lamban, tetapi diikuti oleh tingkat inflasi yang sangat tinggi – bisa menjadi kenyataan.

Faktor lain yang juga menimbulkan ancaman tersebut adalah akibat krisis keuangan dan krisis perumahan di Amerika Serikat, berbagai faktor lain juga bermunculan mengiringi ketidakseimbangan global. Terus anjloknya kurs dollar Amerika Serikat dan memburuknya krisis kredit di negara-negara industri semakin memperburuk keadaan dan menyebabkan perekonomian dunia berada dalam ketidakpastian yang mengkhawatirkan. Meskipun beberapa negara di Eropa dan Jepang, serta sejumlah negara berkembang bisa tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia, namun dampak penurunan perekonomian Amerika Serikat tetap cukup besar dalam mempengaruhi perekonomian global akibat contagion effect pada banyak negara di dunia.

Pun ada beberapa hal lain yang menyebabkan terjadinya stagflasi – stagnansi dan inflasi – ini. Secara ringkas dapat disebut beberapa hal, diantaranya inflasi sebagai dampak kenaikan BBM, beban defisit APBN sebesar Rp. 82,3 Triliun yang belum aman karena masih dibayang-bayangi kenaikan harga minyak dunia. Juga karena tekanan eksternal, dan gangguan pasokan barang-barang kebutuhan pokok inilah yang membuat terjadinya inflasi hingga dua digit pada akhir Juni lalu.

Pada Juni 2008 angka inflasi mencapai 2,46 persen, sehingga secara kumulatif pada Januari-Juni 2008 telah mencapai 7,37 persen, dan inflasi year on year tercatat sebesar 11,03 persen. Laju inflasi yang tinggi terutama disumbang oleh kelompok pengeluaran Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan yang mencatat inflasi sebesar 8,72 persen pada bulan Juni 2008. Kemudian diikuti oleh kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, dimana laju inflasi pada kedua kelompok pengeluaran ini pada bulan Juni 2008 masing-masing mencapai 1,28 persen dan 1,33 persen.

Meskipun mengalami sedikit tekanan akibat terjadinya gejolak pada pasar modal dalam dan luar negeri, secara keseluruhan kurs rupiah tidak berfluktuasi secara berlebihan sampai pertengahan bulan Juli ini. Sebagai lembaga yang bertugas menjaga laju inflasi dan menjaga stabilitas kurs mata uang rupiah, Bank Indonesia berhasil menjaga nilai rupiah pada level yang cukup kredibel dalam pandangan para pelaku ekonomi. Dalam menjaga rupiah, Bank Indonesia terus melakukan intervensi terhadap kurs rupiah demi kenyamanan para eksportir dan para importir melakukan kegiatan usahanya. Hal inilah yang membuat nilai mata uang kita tidak serta merta harus meningkat drastis, meskipun ketika itu dolar terpuruk, guna menghindari gejolak ekonomi dan perubahan kurs dadakan yang bisa membuat bisnis ekspor impor kelimpungan.

Menariknya, wakil presiden Jusuf Kalla yang juga seorang pengusaha ini membuat pernyataan tentang krisis ekonomi Amerika yang tidak terlalu berpengaruh dengan ekonomi Indonesia. Menurut dia, krisis ekonomi di Amerika Serikat belum mempengaruhi ekonomi nasional, meski pemerintah memutuskan menutup Bursa Efek Indonesia (BEI). Kalla meminta para saudagar nusantara tak hilang harapan. Pengusaha dan saudagar juga tidak perlu khawatir terhadap gejolak bursa saham dunia yang ikut memukul BEI. Menurutnya, selama ini pengaruh pasar saham terhadap ekonomi nasional kurang dari 20 persen dari produk domestik bruto. Kondisi ini berbeda dengan bursa AS.

Kalla juga meminta para saudagar turut membantu mengatasi dampak krisis global. Misalnya dengan memberdayakan ekonomi dalam negeri. Menangapi dana talangan yang dikeluarkan Pemerintah AS senilai US$ 700 miliar, Kalla menilai dana tersebut tidak cukup menahan gejolak krisis keuangan yang akan terus berlanjut.
Namun, di tempat lain wakil presiden ini juga mengingatkan agar senantiasa waspada dengan krisis di Amerika. “Selama ini kalau ekonomi Amerika batuk saja, seluruh dunia terkena flu. Sekarang ekonomi Amerika lebih dari batuk, sehingga sepantasnya apabila kita sebaiknya waspada menghadapi kemungkinan yang terjadi di depan,” kata Kalla.

Jebakan Kolonialisme Ekonomi
Yang menjadi pertanyaan kemudian, apa yang sebenarnya terjadi dengan Indonesia. Benarkah negeri ini sudah merdeka? Tapi mengapa, sebagaiamana disebut Kalla, bila Amerika batuk saja seluruh dunia bisa terserang flu? Ada apa dengan Indonesia?
Ternyata, kolonialisme telah bermetaforfosis. Ia tidak lagi berujud perang dan angkat senjata. Kini Amerika dan Barat dengan idealisme mereka yang tak berubah, kolonialisme, rupanya telah menjebak erat kita dengan penjajahan model baru. Dan ternyata, negeri kita tidak benar-benar merdeka!

Bagaimana tidak, ketergantungan negeri ini terhadap intervensi asing dan bantuan luar negeri telah membelenggu kita untuk membuat lompatan-lompatan inovasi guna perbaikan ekonomi. Bahkan untuk sekedar berlepas dari utang, pemerintah tidak menunjukkan komitmen ke arah sana.

Hal ini bisa dilihat dari tidak adanya langkah signifikan yang ditempuh pemerintah untuk mengurangi beban utang luar negeri. Mulai dari langkah moderat dengan menolak utang baru hingga langkah paling radikal meminta penghapusan utang, atau bahkan melakukan pembangkangan dengan mengemplang utang karena sebagian utang luar negeri yang ada saat ini dianggap sebagai utang najis (odious debt).
Alih-alih meminta penghapusan utang, sekadar mempercepat pelunasan utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pun pemerintah terkesan berat hati. Tahun lalu, keberatan untuk mempercepat pelunasan utang kepada IMF dikemukakan antara lain oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah.

Menurut Gubernur BI, meskipun tidak dapat digunakan, dana IMF yang masih tersisa sebesar 7,8 miliar dollar AS bisa diputar oleh BI untuk menambah penghasilan pemerintah. Tahun ini, setelah IMF menaikkan suku bunga pinjaman dari 3,5 menjadi 4,5 persen, keberatan untuk mempercepat pelunasan utang IMF disuarakan langsung oleh pejabat Departemen Keuangan. Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara Mulia P Nasution mengatakan pelunasan utang kepada IMF dapat memancing para spekulan untuk menarik dana mereka dari Indonesia.

Sikap ini dinilai sebagai upaya mempertahankan intervensi IMF di negeri ini. Sikap pemerintah yang menolak anjuran Koalisi Anti-Utang agar menghapuskan utang lama dan menolak utang baru juga sangat bertolak belakang dengan kecenderungan internasional yang semakin kritis terhadap utang. Kritik tidak hanya muncul berkaitan dengan efektivitas utang itu sendiri, tetapi juga sisi kelembagaannya, sisi ideologi, serta implikasi sosial politiknya.

Dari efektivitas, secara internal utang luar negeri tidak hanya menghambat tumbuhnya kemandirian ekonomi negara-negara pengutang. Utang juga mengakibatkan kontraksi belanja sosial, merosotnya kesejahteraan rakyat, dan melebarnya kesenjangan ekonomi (Pearson, 1969; Kindleberger dan Herrick, 1997; Todaro, 1987).
Secara eksternal, utang luar negeri juga meningkatkan ketergantungan negara-negara Dunia Ketiga pada pasar luar negeri, modal asing, dan juga pada tradisi pembuatan utang luar negeri secara berkesinambungan (Payer, 1974; Gelinas, 1998).

Dari sisi kelembagaan, lembaga-lembaga keuangan multilateral penyalur utang luar negeri, seperti IMF, Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia (ADB) sendiri dinilai tidak transparan dan tidak akuntabel. Mereka dianggap sebagai kepanjangan tangan negara-negara negara-negara maju pemegang saham utama lembaga-lembaga tersebut, untuk mengintervensi negara-negara pengutang (Rich, 1999; Stiglitz, 2002; Pincus dan Winters, 2004).

Dari sisi ideologi, utang luar negeri dituding telah dipakai oleh negara-negara kreditor, terutama AS, sebagai sarana untuk menyebarluaskan kapitalisme neoliberal ke seluruh penjuru dunia dan ”menguras dunia” (Erlerm, 1989). Dari sisi implikasi sosial politik, utang luar negeri dicurigai sengaja dikembangkan oleh negara-negara kreditor untuk mengintervensi negara-negara pengutang.

Secara tidak langsung, utang dianggap juga bertanggung jawab atas lahirnya rezim-rezim diktator, kerusakan lingkungan, meningkatnya tekanan migrasi, perdagangan obat-obatan terlarang, serta terjadinya konflik dan peperangan (Gilpin, 1987; George, 1992; Hanton, 2000).

Masalah utang luar negeri sebenarnya bukan masalah baru bagi Indonesia, karena Indonesia sudah menjadi pelanggan utang, bahkan sebelum merdeka. Tetapi, utang baru menjadi masalah serius setelah terjadi transfer negatif bersih (utang yang diterima lebih besar dibandingkan cicilan pokok dan bunga utang yang harus dibayar setiap tahun) dalam transaksi utang luar negeri pemerintah pada tahun anggaran 1984/1985.
Tahun 1950, utang pemerintah tercatat 7,8 miliar dollar AS, terdiri dari utang warisan Hindia Belanda 4 miliar dollar AS dan utang luar negeri baru 3,8 miliar dollar AS.

Pada awal kemerdekaan, sikap Soekarno-Hatta sebagai Bapak Pendiri Bangsa cenderung mendua. Di satu sisi, mereka memandang utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan yang sangat dibutuhkan untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat. Di sisi lain, mereka mewaspadai kemungkinan penggunaan utang luar negeri sebagai sarana untuk mencederai kedaulatan Indonesia sehingga mereka cenderung menetapkan persyaratan cukup ketat dalam membuat utang luar negeri.

Syarat tersebut, negara kreditor tidak boleh mencampuri urusan politik dalam negeri, dan suku bunga tidak lebih dari 3-3,5 persen per tahun. Selain itu, jangka waktu utang cukup lama, untuk keperluan industri 10-20 tahun dan untuk pembangunan infrastruktur lebih lama lagi (Hatta, 1970).

Jadi, selain melihat utang luar negeri sebagai sebuah transaksi ekonomi, mereka dengan sadar memasukkan biaya politik sebagai pertimbangan dalam berutang. Sikap ini pula yang membuat Soekarno waktu itu dengan gagah, berani mengatakan ”go to hell with your aid” kepada AS yang berusaha mengaitkan utang dengan tekanan politik.

Masihkah negeri ini dapat dikatakan merdeka, bila swastanisasi besar-besaran sudah menjadi kebijakan pemerintah. Ini tak lain karena desakan IMF dan Bank Dunia. Bila Indonesia membangkang, bisa jadi kita dipaksa membayar semua utang tersebut. Kemungkinan terburuk karena tak bisa membayar utang, Indonesia bangkrut.

Ironisnya, menteri keuangan saat ini, Sri Mulyani dan gubernur BI kita adalah orang-orang yang patuh dan mengagumi IMF. Bila ini gambaran pucuk pimpinan koordinasi keuangan, bisa dibayangkan bagaiamana kebijakan ekonomi kita, dengan mudah akan terus disetir oleh dua lembaga keuangan Barat tersebut.

Intervensi dan Kejahatan Kapitalisme di Indonesia
Istilah kapitalisme berarti kekuasaan ada di tangan kapital, sistem ekonomi bebas tanpa batas yang didasarkan pada keuntungan, di mana masyarakat bersaing dalam batasan-batasan ini. Terdapat tiga unsur penting dalam kapitalisme: pengutamaan kepentingan pribadi (individualisme), persaingan (kompetisi) dan pengerukan kuntungan. Individualisme penting dalam kapitalisme, sebab manusia melihat diri mereka sendiri bukanlah sebagai bagian dari masyarakat, akan tetapi sebagai “individu-individu” yang sendirian dan harus berjuang sendirian untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. “Masyarakat kapitalis” adalah arena di mana para individu berkompetisi satu sama lain dalam kondisi yang sangat sengit dan kasar. Ini adalah arena pertarungan sebagaimana yang dijelaskan Darwin, di mana yang kuat akan tetap hidup, sedangkan yang lemah dan tak berdaya akan terinjak dan termusnahkan, dan tempat di mana kompetisi yang sengit mendominasi.

Awan Santosa, menyebutkan beberapa kebijakan yang disinyalir erat kaitannya dengan intervensi asing tersebut. Isu-isu yang sarat dengan kebijakan pemerintah yang mendewakan Amerika ditulis oleh Awan Santosa dengan lugas. Beberapa isu tersebut adalah mengenai amandemen pasal 33 UUD 45. Kita tahu, bahwa dalam UU ini disebutkan bahwa kekayaan alam dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk kepentingan umum. Namun, setelah diamandemen, tafsir mengenai pasal ini pun menjadi buram bahkan disingkirkan.

Korporat pemilik modal berkolaborasi dengan birokrat oportunis dan intelektual (ekonom) berhaluan neo-liberal berhasil memenangkan ideologi (kepentingan) mereka untuk me-liberalisasi sistem ekonomi Indonesia (Mubyarto, 2002). Mereka yang memuja pasar bebas ini telah menyingkirkan koperasi dari UUD 1945. Membonceng agenda reformasi sistem politik (dan dalih “tidak ada Penjelasan di UUD negara-negara lain”) mereka menghapus seluruh Penjelasan UUD 1945 secara membabi buta. Tidak hanya koperasi yang mereka kerdilkan. Makna demokrasi ekonomi pun telah mereka telikung. Tidak ada lagi konsepsi “produksi dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat”, “kemakmuran bersama yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang”, dan “jika tampuk produksi ditangan orang seorang, maka rakyat yang banyak akan ditindasinya”.

Demokrasi ekonomi masuk ke pasal baru (pasal 4) dengan tafsir buram, disejajarkan dengan makna kemandirian, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Telah terjadi pelumpuhan kekuatan rakyat, di mana kedaulatan (ekonomi) rakyat berganti dengan kedaulatan pasar (Swasono, 2003). Patut disadari bahwa mudah menghancurkan ekonomi (ekonomi rakyat) suatu negara dengan mengobrak-abrik sistem konstitusi (perundang-undangan) di negara tersebut. Ironisnya, sedikit suara dan gerakan yang melawan agenda ini . Gerakan koperasi (sebagai korban) rupanya masih sibuk dengan masalah-masalah fungsional (usaha-internal) mereka sendiri sehingga alpa dengan masalah struktural (fundamental) yang (kelak) “menjegal” gerakan mereka.

Dan penulis yakin, kita kenal dengan istilah-istilah modern saat ini, yang ternyata adalah produk hasil ideologi neoliberal. Sebut saja, privatisasi (swastanisasi) BUMN, liberalisasi pasar bebas, subsidi ekonomi rakyat kepada korporasi (perusahaan) raksasa, dan ketergantungan kepada investor asing. Itu hanya sebagian dari yang penulis sebut dan masih banyak lagi produk kebijakan pemerintah yang salah kaprah karena diintervensi oleh Barat dan Amerika.

Kabar terakhir dalam pemberitaannya, Kompas menulis (25/7) bahwa Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memasukkan Indonesia pada peringkat ke 7 sebagai negara paling parah dalam menghambat investasi asing. Alasan utama OECD menempatkan Indonesia pada posisi yang rendah adalah masih dilakukannya pembatasan kepemilikan usaha.

Tampak jelas bahwa ini adalah bagian dari tekanan dan intervensi pihak asing kepada para pejabat tinggi negara Indonesia untuk mengatur ekonomi Indonesia. Menempatkan peringkat investasi di Indonesia dalam posisi yang rendah hanyalah sebuah alat untuk menekan mindset para pejabat berwenang Indonesia. Tuntutan negara-negara maju dengan gerbong perusahaan-perusahaan raksasanya terhadap Indonesia hanya satu, yakni: SERAHKAN SELURUH SUMBER DAYA EKONOMI DAN PASAR INDONESIA KE TANGAN PARA INVESTOR ASING.

John Perkins, penulis buku kontroversial “Hit Man” menguak keganasan kolonialisme ekonomi ini dengan sebuah teori korporatokrasi, yakni sebuah gerakan dalam rangka membangun imperium global, korporasi, international finance institutions dan pemerintah bergabung menyatukan kekuatan finansial dan politiknya untuk memaksa masyarakat dunia mengikuti kehendak mereka (John Perkins, Confessions of an Economic Hit Man, 2004).

Kuasa korporasi yang sangat besar di Indonesia diawali oleh peraturan perundangan yang dikeluarkan pemerintah sejak ujung kekuasaan Soekarno, diperbesar oleh rezim Soeharto dan berlangsung hingga saat ini. Di awali UU No 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing, UU No 5/67 Tentang Kehutanan, UU No 11/67 tentang Pertambangan, Kontrak Karya Pertambangan Generasi I dan II, menghantar Indonesia memasuki fase: Jual Murah; Jual Cepat; dan Jual Habis Kekayaan Alam demi kejayaan korporasi.

Dengan model ekploitasi alam yang diizinkan negara saat ini berdampak pada meningkatnya jumlah dan jenis bencana ekologis. Dalam kurun waktu 2006-2007 Bencana Ekologis (Banjir, longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana, dengan menelan korban 7.303 jiwa meninggal dunia dan 1.140 orang dinyatakan hilang; sedikitnya 3 juta orang menjadi pengungsi dan 750.000 unit rumah rusak atau terendam banjir. Data ini belum termasuk korban akibat semburan lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo.

Selain bencana ekologis juga terjadi bencana pemiskinan penduduk di Pegunungan Tengah Papua, Kutai Karta Negara, Bagian Utara NAD, Riau, Sumsel dll., kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal di Sidoarjo (Lapindo), Buyat (Newmont), Kelian (Rio Tinto) dan Murung Raya (Aurora Gold), termasuk penyingkiran dengan kekerasan dari daerah eksplorasi alam, seperti di Kontu (Muna, Sultra), Runtu (Kalteng), Buyat (Sulut).

Harun Yahya menutup artikel panjangnya dengan sebuah konklusi, “Kapitalisme telah menyeret manusia untuk menyembah hanya uang dan kekuatan yang bersumber dari uang. Dengan menganggap segala ajaran agama dan etika sebagai sesuatu yang tidak bermakna, masyarakat yang terpengaruh oleh gagasan evolusi mulai lebih mementingkan peranan dan kekuatan yang bersifat materi, dan terseret menjauhi perasaan seperti cinta, kasih sayang dan pengorbanan.”

Moralitas kapitalis ini telah menjadi sangat berpengaruh hampir di seluruh masyarakat masa kini. Dengan dalih ini, kaum miskin, lemah dan tak berdaya tidak diberikan bantuan serta perlindungan. Bahkan jika mereka terjangkiti penyakit parah dan mematikan, mereka tidak mampu mendapatkan siapa saja yang dapat membantu mengobati. Kaum papa diterlantarkan begitu saja dengan penyakitnya hingga meninggal. Di banyak negara, berbagai kedzaliman dan tindakan tak manusiawi seperti pemaksaan anak-anak secara kasar untuk bekerja [sebagai pengemis] dan perampasan hak-hak sosial sangatlah sering dijumpai. Mungkinkah ini yang sedang terjadi di negara kita?

Ekonomi Islam; Sebuah Altenatif Kebangkitan
Karakteristik dan Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Telah kita telaah bersama bagaimana sebuah konsep kapitalisme ternyata tidak membawa maslahat bagi umat manusia. Terlebih bagi negara-negara berkembang seperti di negara kita. Bisa saja ia memang membawa maslahat, tapi kepada siapa? Tentu kepada negara-negara besar dan pemilik modal yang kuat. Sementara bagi segolongan lain, hal itu merupakan pemerasan dan eksploitasi ekonomi. Tidak heran, bila sejak dicetuskannya paham ini di tahun 1970-an hingga sekarang, negara-negara berkembang yang masih menganut sistem ini tidak kunjung maju dan selalu jadi bulan-bulanan. Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Maka bagi siapa yang keukeuh berharap pada sistem ekonomi kapitalis, seperti pungguk merindukan bulan.

Lantas, apakah kita akan berdiam diri dan berbicara tanpa solusi? Akankah negara ini akan terus begini dan menjadi bulan-bulanan bangsa asing? Bagaimana dengan solusi Islam sendiri selaku way of life? Atau adakah sistem ekonomi lain sebagai pengganti bobroknya sistem ekonomi kapitalis?

Pada dasarnya, melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat kita, para ekonom penentang kapitalis menawarkan dua buah sistem. Yang pertama adalah sistem berbasis demokrasi ekonomi dan yang kedua adalah sistem ekonomi berbasis syariah. Sistem demokrasi ekonomi sengaja tidak penulis bahas di sini agar nanti tidak berkepanjangan, selain juga karena menurut anggapan penulis sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang tidak saja lebih ‘pas’ bagi bangsa ini, tapi juga lebih menentramkan.

Secara karakter, ekonomi dalam tinjauan Islam tidak dapat dipisahkan dengan akidah syariah dan akhlak. Ini pula yang disebut Dalam praktiknya, ekonomi Islam dimanivestasikan dalam kegiatan perekonomian yang menjunjung tinggi dan dibingkai oleh akhlak yang terpuji. Hanya dengan menjunjung tinggi akhlak yang terpuji (al-akhlaaq al-kariimah) kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan manusia akan terwujud. Dan telah sama-sama kita tahu, bahwa perbaikan akhlak terpuji inilah yang menjadi misi utama diutusnya Rasulullah saw.

عن ابى هريرة ان النبى صلى الله عليه و سلم قال " إِنَّمَا بُعِثْت لِأُتَمِّم صَالِح الْأَخْلَاق " و اللفظ
لأحمد

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” Dan lafaz ini dari Imam Ahmad.

Dan Maha Suci Allah yang telah menurunkan agama ini sebagai solusi atas berbagai problematika manusia. Tak terkecuali dengan permasalahan ekonomi yang menjadi sisi penting kehidupan mereka. Allah swt. berfirman,
                        
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf: 111)

Jelas bahwa Allah menurunkan Al Quran ini sebagai kitab suci sempurna, yang menjadi petunjuk manusia di dunia dengan segala dinamikanya.

Agama Islam memandang bahwa semua bentuk kegiatan ekonomi adalah bahagian dari mu’amalah. Sedangkan mu’amalah termasuk bahagian dari syari’ah, salah satu dari kedua ajaran Islam yang pokok lain yang tidak dapat dipisah-pisahkan: ‘aqidah dan akhlaq. Dalam kaitan ini Allah SWT. memberi tamsil tentang hubungan yang tak terpisahkannya ketiga ajaran pokok Islam itu dalam firman-Nya:
                  •        ••         •        

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tegak sedikitpun.” (Q.S.Ibrahim (14):24-26)

Ekonomi Islam dibangun, ditegakkan dan dilaksanakan berdasarkan ruh dan spirit serta menjunjung tinggi nilai-nilai sebagai berikut:
1. ‘Aqidah tauhid,
2. Keadilan,
3. Kebebasan, dan
4. Ke-mashlahat-an (akhlak yang terpuji).

Nilai-nilai kemuliaan itu disarikan dari firman Allah di dalam Q.S. at-Tkaatsur (102):1–2), al-Munaafiquun (63):9, an-Nuur (24):37, al-Hasyr (59):7, al-Baqarah (2):188, 273–281, al-Maidah (5):38, 90-91, al-Muthaffifin (83):1-6, dan sebagainya. Inilah yang kita sebut sebagai karakter dan ide pembangungan ekonomi Islam.
Peranan ‘aqidah, tauhid dan akhlak yang terpuji dalam semua kegiatan setiap manusia, termasuk di dalamnya kegiatan bidang ekonomi, adalah sangat penting. Kedua pokok ajaran Islam itu akan mengarahkan kegiatan perekonomian ke jalan yang sesuai dengan syari’at Islam.

Keadilan, sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an, adalah kunci dan dasar dari segala aktivitas manusia yang menginginkan terwujudnya kesejahteraan, ketenangan dan keamanan hidup di dunia dan akhirat. Dalam kaitan ini ‘aqidah tauhid sebagai fondasi dari seluruh kegiatan setiap muslim merupakan manifestasi dari keadilan. Sebaliknya, syirk, menyekutukan Allah SWT, adalah bahagian dari kezaliman (Q.S.Luqman (31):13).

Keadilan merupakan sarana terdekat untuk menuju taqwa, yaitu suatu tingkatan akhlaq terpuji yang paling tinggi (Q.S. al-Maidah (5):8) Oleh karena itu seluruh kebijakan dan kegiatan perekonomian harus dilandasi prinsip keadilan dan secara intrinsik mewujudkan keadilan, tolong menolong dan kemitraan. Ekonomi dalam pandangan Islam harus menjalankan dua misi perekonomian sekaligus, yaitu pertumbuhan dan pemerataan distribusi. Pada tataran teknis kedua misi itu tampak pada produk mudharabah (lost and profit sharing). Pada produk ini pemilik modal dan pengelola modal ditempatkan pada posisi yang sejajar dan berkeadilan.

Lebih jauh, Al-Qur’an dan Hadis memandang prinsip keadilan sebagai salah satu tujuan pokok syari’ah (Q.S. an-Nahl (16):90). Karena itu, para ulama Islam telah menetapkan kesepakatannya bahwa prinsip berkeadilan merupakan syarat utama pelaksanaan kegiatan perekonomian syari’ah untuk mencapai kesejahteraan bersama. Prinsip kebebasan dimaksudkan bahwa manusia bebas melakukan seluruh kegiatan perekonomian selama tidak ada petunjuk dan ketentuan Allah dan Rasul-Nya yang melarangnya.

Hal ini menunjukkan bahwa segala bentuk kreativitas dan inovasi di bidang perekonomian adalah merupakan keniscayaan. Pilar kebebasan yang melandasi aktivitas ekonomi menanamkan ‘aqidah dan keyakinan pada setiap muslim untuk tidak patuh dan tunduk selain kepada peraturan dan ketentuan Allah SWT. (Q.S. ar-Ra’d (13):36 dan Q.S. Luqman (31):32). Ini merupakan dasar bagi piagam kebebasan Islam dari segala bentuk perbudakan. Berkaitan dengan ini, Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa tujuan utama dari risalah kenabian Muhammad SAW. adalah membebaskan seluruh umat manusia untuk mengabdi hanya kepada Allah Yang Maha Esa saja. Islam membebaskan seluruh pemeluknya dari segala macam belenggu hawa nafsu, setan dan sebagainya (Q.S. al-A’raf (7):157)7.

Konsep Islam sangat jelas dan lantang bahwa manusia dilahirkan merdeka. Karenanya, tidak ada seorang pun bahkan negara sekalipun yang boleh merampas kemerdekaan tersebut dan membuat manusia menjadi terikat. Dengan kata lain, manusia diberi kebebasan sepanjang dapat mempertanggungjawabkan, baik kepada sosial maupun kepada Allah. Islam menjamin kebebasan setiap individu yang dibingkai oleh akhlak yang terpuji dan tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar serta tidak mengabaikan hak-hak kebebasan orang lain.

Berkaitan dengan ini, para ulama Islam telah menetapkan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menjamin hak-hak kebebasan individu dalam bermasyarakat. Prinsip-prinsip itu antara lain sebagai berikut:
1. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari pada kepentingan individu.
2. Menghilangkan kesulitan (dar’u al-mafasid) harus diprioritaskan dibanding menarik manfaat (jalbu al-mashaalih), meskipun kedua-duanya sama-sama menjadi tujuan syari’ah.
3. Memperoleh kerugian yang lebih besar yang disebabkan mendahulukan tindakan untuk menghilangkan kerugian yang lebih kecil tidak dapat diperkenankan.

Sebaliknya demikian juga, mengorbankan manfaat yang lebih besar untuk mempertahankan atau meraih manfaat yang lebih kecil juga dilarang. Demikian juga menanggung resiko bahaya yang lebih kecil untuk menghindarkan resiko bahaya yang lebih besar, atau mengorbankan manfaat yang lebih kecil untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar adalah tindakan yang dibenarkan.

Pertanggungjawaban dalam kegiatan ekonomi syari’ah memiliki arti bahwa manusia sebagai pemegang amanah memikul tanggung jawab atas segala keputusan yang telah diambil atau tindakan yang telah dilakukan. Manusia, menurut Islam, adalah makhluk yang mempunyai kebebasan untuk menentukan berbagai pilihan yang akan diambil. Konsekwensi kebebasannya ini, kelak, akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
Karena itu, hampir tidak ditemukan di dalam perkembangan ekonomi Islam tindakan-tindakan yang didasari oleh sikap positivesme – yang merupakan salah satu dari pilar penting dalam perekonomian konvensional. Positivisme yang diartikan sebagai paham bebas nilai, bebas etika atau bebas dari pertimbangan-pertimbangan normatif adalah bertentangan secara deametral dengan sikap Islam yang mengakui bahwa segala yang dimiliki manusia adalah amanat, titipan, dari Allah SWT.

Seluruh sumberdaya adalah karunia Allah yang dititipkan kepada manusia sebagai sarana mempermudah pengabdiannya kepada-Nya. Karena itu segala tindakan manusia menyangkut masalah ekonomi ini khususnya, kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya oleh Yang memberikan titipan, Allah SWT.

Universalitas dan Inklusivitas Ekonomi Islam
Secara teori dan ide terlihat bahwa ekonomi Islam akan mampu berkembang menjadi sebuah sistem ekonomi terbaik, dan solusi alternatif bagi dunia. Namun, sejauh mana sistem ini dapat diadopsi oleh dunia? Mungkinkah?
Salah satu karakter dasar ekonomi syariah ialah sifatnya yang universal dan inklusif. Ekonomi syariah mengajarkan tegaknya nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, anti korupsi, dan ekspolitasi. Artinya misi utama ekonomi syariah adalah tegaknya nilai-nilai akhlak moral dalam aktivitas bisnis, baik individu, perusahaan ataupun negara.

Sebagaimana disebut tadi, karakter fundamental dari ekonomi syariah, adalah universal dan inklusif. Bukti universalisme dan inklusivisme ekonomi syariah cukup banyak.

Pertama, bahwa ekonomi syariah telah dipraktikkan di berbagai negara Eropa, Amerika, Australia, Afrika dan Asia. Singapura sebagai negara sekuler juga mengakomodasi sistem keuangan syariah. Bank-Bank raksasa seperti ABN Amro, City Bank, HSBC dan lain-lain, sejak lama telah menerapkan sistem syari’ah. Demikian pula ANZ Australia, juga telah membuka unit syari’ah dengan nama First ANZ International Modaraba, Ltd. Jepang, Korea, Belanda juga siap mengakomodasi sistem syariah.

Fakta itu sejalan dengan laporan the Banker, seperti dikutip info bank (2006) ternyata Bank Islam bukan hanya didirikan dan dimiliki oleh negara atau kelompok muslim, tetapi juga di negara-negara non muslim, seperti United kingdom, USA, Kanada, Luxemburg, Switzerland, Denmark, Afrika Selatan, Australia, India, Srilangka, Fhilipina, Cyprus, Virgin Island, Cayman Island, Swiss, Bahama, dan sebagainya. Sekedar contoh tambahan, di luxemburg, yang menjadi Managing Directors di Islamic Bank Internasional of Denmark adalah non Muslim yaitu Dr. Ganner Thorland Jepsen dan Mr. Erick Trolle Schulzt.

Kedua, kajian akademis mengenai ekonomi syariah juga banyak dilakukan di universitas-universitas Amerika dan negara Barat lainnya . Di antaranya, Universitas Loughborough di Inggris. Universitas Wales, Universitas Lampeter yang semuanya juga di Inggeris. Demikian pula Harvard School of Law, (AS), Universitas Durhem, Universitas Wonglongong, Australia. Di Harvard University setiap tahun digelar seminar ekonomi syariah bernama Harvard University Forum yang membahas tentang Islamic Finance. Malah, di tahun 2000 Harvard University menjadi tuan rumah pelaksanaan konferensi Internasional Ekonomi Islam Ke-3.

Perhatian mereka kepada ekonomi syariah dikarenakan keunggulan doktrin dan sistem ekonomi syariah. Karena itulah, maka banyak ekonom non muslim yang menaruh perhatian kepada ekonomi syariah serta memberikan dukungan dan rasa salut pada ajaran ekonomi syariah, seperti Prof Volker Ninhaus dari Jerman (Bochum Universitry), William Shakpeare, Rodney Wilson, dan sebagainya. Dr. Iwan Triyuwono, seorang ahli akuntansi dari Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, ketika menulis disertasinya tentang akuntansi syari’ah di Universitas Wolongong, Australia, mendapat bimbingan dari promotor, seorang ahli akuntansi syari’ah yang ternyata seorang pastur.

Ketiga, harus dipahami larangan riba (usury) yang menjadi jantung sistem ekonomi syariah bukan saja ajaran agama Islam, tetapi juga larangan agama-agama lainnya, seperti Nasrani dan Yahudi. Dengan demikian, bagi pemeluk agama manapun, ekonomi syariah sesungguhnya tidak menjadi masalah.
Pandangan agama Yahudi mengenai bunga terdapat dalam kitab perjanjian lama pasal 22 ayat 25 yang berbunyi, Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umatku yang miskin diantara kamu, maka janganlah enkau berkaku seperti orang penagih hutang dan janganlah engkau bebankan bunga uang padanya, melainkan engkau harus takut pada Allahmu supaya saudaramu dapat hidup diantaramu”.

Pandangan agama Nasrani mengenal bunga, terdapat dalam kitab perjanjian lama kitab deuteronomiy pasal 23 ayat 19.”Janganlah engkau membungakan uang terhadap saudaramu baik uang maupun bahan makan yang dibungakan”.Selanjutnya dalam perjanjian baru dalam injil lukas ayat 34 disebutkan, “Jika kamu menghutangi kepada orang yang kamu harapkan imbalannya, maka dimana sebenarnya kehormatan kamu, tetapi berbuatlah kebajikan dan berikanlah pinjaman dengan tidak mengharapkan kembalinya karena pahala kamu akan banyak”.

Melihat pandangan kedua agama tersebut tentang pelarangan bunga, amatlah tepat untuk menyimpulkan bahwa umat non muslimpun harus menyambut baik lembaga-lembaga keuangan dan system ekonomi tanpa bunga. Hal ini dikarenakan ekonomi syariah telah memberikan jalan keluar dari larangan kitab suci di atas. Dan inilah agaknya sarana yang paling tepat untuk mengembangkan kerja sama dalam memerangi bunga yang telah dilarang agama samawi tersebut. Fakta kerjasama ini telah banyak terjadi di Indonesia, seperti di Kupang, Palu, Menado, Maluku Utara dan sebagainya. Para deposan dan nasabah bank-bank syariah banyak (dominan) dari kalangan non muslim dan tokohnya para pendeta.

Keempat, para filosof Yunani yang tidak beragama Islam juga mengecam sistem bunga. Sejarah mencatat, bangsa Yunani kuno yang mempunyai peradaban tinggi, melarang keras peminjaman uang dengan bunga. Aristoteles dalam karyanya politics telah mengecam sistem bunga yang berkembang pada masa Yunani kuno. Dengan mengandalkan pemikiran rasional filosofis, tanpa bimbingan wahyu, ia menilai bahwa sistem bunga merupakan sistem yang tidak adil. Menurutnya uang bukan seperti ayam yang bisa bertelur. Sekeping mata uang tidak bisa beranak kepingan uang yang lain. Selanjutnya ia mengatakan bahwa meminjamkan uang dengan bunga adalah sesuatu yang rendah derajatnya. Sementara itu, Plato (427-345 SM), dalam bukunya “LAWS”, juga mengutuk bunga dan memandangnya sebagai praktek yang zholim. Menurut Plato, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, pengukuran nilai dan penimbunan kekayaan. Uang sendiri menurutnya bersifat mandul (tidak bisa beranak dengan sendirinya).

Uang baru bisa bertambah kalau ada aktivitas bisnis riel. Pendapat yang sama juga dikemukan Cicero. Ketiga filosof Yunani yang paling terkemuka itu dipandang cukup representatif untuk mewakili pandangan filosof Yunani tentang larangan bunga.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka tidak perlu ada yang takut (phobi) kepada ekonomi syariah, karena manfaat ekonomi syariah akan dinikmati oleh semua komponen rakyat di Indonesia, bahkan jika diterapkan di skala global, akan menciptakan tata ekonomi dunia yang adil dan makmur.

Ekonomi syariah yang melarang kegiatan riba dan spekulasi, akan menciptakan stabilitas ekonomi bangsa secara menyeluruh. Ekonomi syariah yang mengedepankan gerakan sektor riil (bukan derivatif) , akan secara signifikan menumbuhkan ekonomi nasional dan tentunya ekonomi rakyat. Tegasnya, ekonomi syariah justru akan membantu pembangunan ekonomi negara dan bangsa.

Membangun Sistem Ekonomi Islam di Indonesia
Bayang-bayang kehancuran ekonomi kapitalis telah diungkapkan oleh beberapa pakar ekonom dunia. Joseph Stiglizt, seorang ekonom kawakan peraih Nobel, dalam sebuah wawancara dengan CNN mengatakan bahwa dahulu kita menyuruh negara lain untuk mengikuti dan mencontoh kita, tapi sekarang kapitalisme Amerika tengah menuju kepada kematiannya. Sebuah pernyataan yang menyiratkan bahwa ekonomi AS berada di ambang kehancuran. Bahkan, Paul R Krugman, peraih Nobel ekonomi 2008, telah berkali-kali mengingatkan akan kehancuran dan kegagalan kapitalisme ekonomi.

Kenyataan ini semakin didukung dengan adanya pertemuan di Camp David Maryland, bahwa Presiden Bush dan Presiden Sarkozy pernah bersepakat bahwa krisis keuangan global ini memungkinkan munculnya sistem keuangan yang baru.

Ini merupakan pertanda bahwa kalau kita ingin menyelamatkan kehidupan ekonomi, maka harus segera meninggalkan kapitalisme dan kembali pada aturan Allah SWT (ekonomi syariah). Akankah kehancuran dari ekonomi dan keuangan konvensional merupakan jalan bagi munculnya kekuatan mazhab ekonomi syariah yang nantinya akan mendominasi dunia?
Indonesia adalah negara yang kompleks. Dari semboyannya saja dapat kita ketahui bahwa negeri ini benar-benar berbeda. “Bhinneka Tunggal Ika,” seolah menyiratkan makna yang mendalam bahwa negeri ini terdiri dari susunan dan unsur yang tak sama. Dan, hingga sejauh ini masih banyak kalangan yang masih fobia dengan Islam, termasuk sistem ekonomi Islam. Tidak saja orang yang notabene adalah orang non-Muslim, bahkan dari kalangan Muslim sendiri banyak yang sangsi ataupun khawatir dengan hal-hal yang berbau Islam.

Bahkan penulis jadi teringat suasana pelatihan ekonomi Islam kemarin di PMIK (Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo). Waktu itu, Ustazah Yuli Yasin mengungkapkan rasa pesimisnya dengan kondisi perekonomian Indonesia. Tak heran, karena hingga saat ini belum ada orang yang ahli di bidang ini, khususnya perekonomian makro di negeri kita. Syafii Antonio memang sudah pakar, tapi ia belum mampu sepintar Gubernur BI Burhanuddin Abdullah atau menteri ekonomi kita, Boediono dan Sri Mulyani, menteri keuangan.

Hal inilah sebagai penghambat utama mengapa negara kita belum mampu menerapkan sistem ekonomi syariah di tingkat negara. Namun, paling tidak negeri ini sudah mulai menerapkan sistem ekonomi syariah sebagai alternatif dunia perbankan kita. Dan kini telah banyak ditemukan inovasi-inovasi baru pengganti perangkat ekonomi ribawi dalam dunia kapitalis.

Dan lebih lanjut, KH. Didin Hafiduddin, Ketua Umum Baznas mencoba memberikan beberapa langkah praktis tentang penerapan sistem ekonomi Islam di Indonesia. Beliau menilai bahwa hal ini sangat tergantung pada komitmen kita semua, baik pemerintah, para alim ulama, pelaku bisnis, dan masyarakat secara keseluruhan. Maukah kita semua bersama-sama menjadikan ekonomi syariah sebagai tulang punggung perekonomian bangsa dan dunia? Apalagi Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, pada pertengahan Oktober 2008 lalu telah menyerukan dunia untuk bersama-sama menciptakan sistem keuangan dunia yang baru, menggantikan sistem yang ada sekarang.

Pertama, hendaknya kita bersungguh-sungguh melaksanakan sistem ekonomi syariah dalam arti sebenarnya. Baik dalam ruh maupun praktik.

Kedua, hendaknya kita selalu bersinergi dalam mengembangkan ekonomi syariah, termasuk di dalamnya industri perbankan dan asuransi syariah maupun institusi LKS lainnya. Prinsip ta'awwun harus mampu direfleksikan dengan baik. Tidak boleh ada upaya saling menjegal dan saling menggunting dalam lipatan hanya karena mengejar keuntungan atau profit semata.

Kemudian yang ketiga, perlunya penguatan SDM yang memiliki kompetensi yang sangat luar biasa, baik secara moral maupun secara intelektual (QS Yusuf [12]: 55). Sudah saatnya kita semua, termasuk pemerintah, mulai memikirkan bagaimana menumbuhkembangkan desain kurikulum pendidikan ekonomi syariah yang terintegrasi, tepat arah, dan memiliki output serta tujuan yang jelas.

Keempat, diimbau kepada para pengambil kebijakan negeri ini, baik pemerintah maupun DPR, bersama-sama menjadikan ekonomi syariah sebagai panglima kehidupan perekonomian nasional. Segala perangkat regulasi dan aturan juga perlu untuk diperkuat secara terus-menerus dan berkelanjutan. Tanpa adanya perjuangan di tingkat regulasi, kita khawatir bahwa industri ekonomi syariah hanya akan berjalan di tempat. Kita berharap bahwa pemerintah dan DPR tidak perlu ragu lagi untuk terus menggulirkan kebijakan yang proekonomi syariah.

Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa benarlah apa yang dikatakan Allah swt dalam firmannya,
              
“Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran: 83)

Borok dan penyakit sistem kapitalis telah terkuak lebar. Baik itu sejarah, fakta, teori, komentar dan bahkan oleh Islam sendiri telah disebutkan. Semua bukti dan fakta mengarah lurus pada ketimpangan sistem ekonomi kapitalis. Dunia dulu pernah disilaukan oleh sistem ini. Dunia dulu buta akan kamuflase yang dipakainya. Tapi sekarang, semua kejahatan dan kebobrokan sistem ini telah terkuak. Yang jadi pertanyaan kemudian adalah, sudah siapkah kita menyongsong kebangkitan ekonomi Indonesia lewat sistem ekonomi syariah?

Wallahu a’lam bishowab.